Nabi Menaklukan Makkah
Nabi Menaklukan Makkah
Kemenangan demi kemenangan telah diraih oleh Rasulallah selama beliau berada di Madinah. Akhirnya beliau mengumumkan bahwa beliau hendak berangkat ke Mekkah dan memerintahkan kaum muslimin dengan serius untuk bersiap-siap. Beliau berdoa, ‘Ya Allah, rahasiakan informasi ini dari orang-orang Quraisy Makkah, agar kami bisa menyerang mereka dengan tiba-tiba di negeri mereka sendiri”. Lalu kaum muslimin pun bersiap-siap.
Ketika Rasulullah memutuskan berangkat ke Mekkah, Hathib bin Abu Balta’ah mengirim surat kepada orang-orang Quraisy Makkah. Dalam surat-nya, Hathib bin Abu Balta’ah menjelaskan tentang keputusan Rasulullah untuk berangkat ke tempat mereka. Surat tersebut dititipkan Hathib kepada seorang wanita bayaran bernama Muzainah agar mengantarkan suratnya kepada orang-orang Quraisy. Wanita tersebut meletakkan surat Hathib bin Abu Balta’ah di kepalanya, memintalnya dengan gelungan rambut, kemudian ia berangkat ke Mekkah.
Lalu Rasululullah saw menerima wahyu dari langit tentang perbuatan Hathib bin Abu Balta’ah tersebut, kemudian beliau mengutus Ali bin Abu Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Beliau bersabda kepada keduanya, ”Kejarlah wanita yang membawa surat Hathib bin Abu Balta’ah yang berisi penjelasan kepada orang-orang Quraisy tentang rencana kita terhadap mereka”.
Ali bin Abu Thalib ra dan Az-Zubair bin Al-Awwam ra berangkat dan berhasil menangkap wanita tersebut disalah satu tempat. Keduanya menyuruh wanita tersebut turun dari unta dan membongkar semua barang bawaannya, namun tidak menemukan apa-apa.
Ali bin Abu Thalib ra berkata kepada wanita tersebut, ”Demi Allah aku bersumpah bahwa Rasulullah tidak berdusta dan kami tidak mendustakannya. Serahkan surat yang engkau bawa kepada kami. Kalau tidak, kami akan menelanjangimu”.
Saat melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib ra, wanita itu ketakutan lalu berkata: ”Berpalinglah dariku”. Ali bin Abu Thalib ra berpaling, kemudian wanita tersebut membuka gelungan rambutnya dan mengeluarkan surat tersebut. Lalu diserahkannya kepada Ali bin Abu Thalib ra, kemudian Ali bin Abu Thalib membawa surat kepada Rasulallah saw.
Rasulullah memanggil Hathib bin Abu Balta’ah dan berkata kepadanya: ”Ya Hathib, apa maksudmu melakukan hal ini?”. Hathib menjawab, ”Wahai Rasulullah, demi Allah, aku beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Aku tidak berubah dan tidak berganti agama. Hanya saja, aku ini orang yang tidak mempunyai keluarga, sedangkan anak dan istriku berada sekarang di tempat mereka. Aku bermaksud agar mereka memberi perlindungan untuk keluargaku”. Umar bin Khaththab ra yang berada disamping Nabi saw berkata, ”Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang ini, karena ia munafik”. Rasulullah bersabda, ”Hai Umar, engkau tidak tahu bahwa Allah melihat mujahidin Badar di Perang Badar, kemudian berfirman, ‘Kerjakan apa saja yang kalian inginkan, karena Aku telah mengampuni kalian”.
Rasulullah berangkat ke menunjuk Aburahman Al-Ghifari sebagai amir sementara di Madinah. Itu terjadi pada tanggal sepuluh Ramadhan, jadi, beliau berpuasa begitu juga kaum muslimin. Ketika beliau tiba di Al-Kudaid, tempat antara Usfan dengan Araj, beliau membatalkan puasanya.
Rasulullah terus berjalan bersama sepuluh ribu kaum muslimin. Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar ikut bersama Rasulullah sedang orang-orang Quraisy tidak mendengar informasi seputar beliau dan apa yang akan beliau lakukan. Di sisi lain, pada malam tersebut, keluarlah Abu Sofyan bin Harb, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Warqa’ guna mencari informasi dan melihat-lihat siapa tahu mereka mendapatkan informasi atau mendengarnya.
Al-Abbas bertemu dengan Abu Sofyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah dan menyarankanya untuk bertemu dengan Rasulullah saw untuk meminta perlindungan. Mereka bertemu dengan beliau di Niqul Uqab, daerah di antara Makkah dengan Madinah. Abu Sofyan bin Al-Harits menyatakan ke-Islamannya dan permohonan maafnya akan dosa-dosa masa silamnya, Para ulama mengatakan bahwa ketika Abu Sofyan bin Al-Harits masuk islam, ia melantunkan bait syair kepada Rasulullah, ”Orang yang pernah aku usir bersama Allah telah mendapatkanku, beliau menepuk dadanya, kemudian bersabda, ”Engkaulah orang yang pernah mengusirku?’”
Abu Sofyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang benar dan masuk Islam. Lalu Al-Abbas ra berkata, ‘Wahai Rasulullah, Abu Sofyan bin Harb adalah orang yang senang dengan kedudukan, oleh karena itu, berikan sesuatu kepadanya”. Rasulullah bersabda, ”Ya, barangsiapa memasuki rumah Abu Sofyan bin Harb, ia akan aman. Barangsiapa menutup pintu rumah-nya, ia akan aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, ia akan aman”.
Tidak lama kemudian, berbagai kabilah berjalan menuju Makkah dengan membawa bendera masing-masing, hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan pasukannya yang berwarna hijau. Pasukan Rasulullah dikatakan hijau karena baju besinya berwarna hijau lebih mewarnai pasukan ini. Dalam pasukan tersebut terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka semua mengenakan baju besi. Itulah Rasulullah saw bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Tidak ada satu pun orang yang mempunyai kekuatan untuk menghadapi mereka di Makkah.
Ketika Rasulullah tiba di suatu tempat yang bernama Dzi Thuwa yang terletak di daerah Jarwal yang sekarang penuh dihuni oleh penduduk Makkah, beliau berdiri di atas hewan kendaraannya, bersorban dengan separoh burdah dari Yaman yang berjahit dan berwarna merah. Beliau menundukkan wajah karena tawadhu’ dan tunduk kepada Allah SWT ketika melihat penaklukan yang diberikan Allah kepada beliau, hingga jenggotnya nyaris menyentuh bagian tengah pelananya.
sumber:http://hasansagaf.wordpress.com/2010/06/15/nabi-menaklukan-makkah/?preview=true&preview_id=51&preview_nonce=c602768e10
Kemenangan demi kemenangan telah diraih oleh Rasulallah selama beliau berada di Madinah. Akhirnya beliau mengumumkan bahwa beliau hendak berangkat ke Mekkah dan memerintahkan kaum muslimin dengan serius untuk bersiap-siap. Beliau berdoa, ‘Ya Allah, rahasiakan informasi ini dari orang-orang Quraisy Makkah, agar kami bisa menyerang mereka dengan tiba-tiba di negeri mereka sendiri”. Lalu kaum muslimin pun bersiap-siap.
Ketika Rasulullah memutuskan berangkat ke Mekkah, Hathib bin Abu Balta’ah mengirim surat kepada orang-orang Quraisy Makkah. Dalam surat-nya, Hathib bin Abu Balta’ah menjelaskan tentang keputusan Rasulullah untuk berangkat ke tempat mereka. Surat tersebut dititipkan Hathib kepada seorang wanita bayaran bernama Muzainah agar mengantarkan suratnya kepada orang-orang Quraisy. Wanita tersebut meletakkan surat Hathib bin Abu Balta’ah di kepalanya, memintalnya dengan gelungan rambut, kemudian ia berangkat ke Mekkah.
Lalu Rasululullah saw menerima wahyu dari langit tentang perbuatan Hathib bin Abu Balta’ah tersebut, kemudian beliau mengutus Ali bin Abu Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam. Beliau bersabda kepada keduanya, ”Kejarlah wanita yang membawa surat Hathib bin Abu Balta’ah yang berisi penjelasan kepada orang-orang Quraisy tentang rencana kita terhadap mereka”.
Ali bin Abu Thalib ra dan Az-Zubair bin Al-Awwam ra berangkat dan berhasil menangkap wanita tersebut disalah satu tempat. Keduanya menyuruh wanita tersebut turun dari unta dan membongkar semua barang bawaannya, namun tidak menemukan apa-apa.
Ali bin Abu Thalib ra berkata kepada wanita tersebut, ”Demi Allah aku bersumpah bahwa Rasulullah tidak berdusta dan kami tidak mendustakannya. Serahkan surat yang engkau bawa kepada kami. Kalau tidak, kami akan menelanjangimu”.
Saat melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib ra, wanita itu ketakutan lalu berkata: ”Berpalinglah dariku”. Ali bin Abu Thalib ra berpaling, kemudian wanita tersebut membuka gelungan rambutnya dan mengeluarkan surat tersebut. Lalu diserahkannya kepada Ali bin Abu Thalib ra, kemudian Ali bin Abu Thalib membawa surat kepada Rasulallah saw.
Rasulullah memanggil Hathib bin Abu Balta’ah dan berkata kepadanya: ”Ya Hathib, apa maksudmu melakukan hal ini?”. Hathib menjawab, ”Wahai Rasulullah, demi Allah, aku beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Aku tidak berubah dan tidak berganti agama. Hanya saja, aku ini orang yang tidak mempunyai keluarga, sedangkan anak dan istriku berada sekarang di tempat mereka. Aku bermaksud agar mereka memberi perlindungan untuk keluargaku”. Umar bin Khaththab ra yang berada disamping Nabi saw berkata, ”Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang ini, karena ia munafik”. Rasulullah bersabda, ”Hai Umar, engkau tidak tahu bahwa Allah melihat mujahidin Badar di Perang Badar, kemudian berfirman, ‘Kerjakan apa saja yang kalian inginkan, karena Aku telah mengampuni kalian”.
Rasulullah berangkat ke menunjuk Aburahman Al-Ghifari sebagai amir sementara di Madinah. Itu terjadi pada tanggal sepuluh Ramadhan, jadi, beliau berpuasa begitu juga kaum muslimin. Ketika beliau tiba di Al-Kudaid, tempat antara Usfan dengan Araj, beliau membatalkan puasanya.
Rasulullah terus berjalan bersama sepuluh ribu kaum muslimin. Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar ikut bersama Rasulullah sedang orang-orang Quraisy tidak mendengar informasi seputar beliau dan apa yang akan beliau lakukan. Di sisi lain, pada malam tersebut, keluarlah Abu Sofyan bin Harb, Hakim bin Hizam, dan Budail bin Warqa’ guna mencari informasi dan melihat-lihat siapa tahu mereka mendapatkan informasi atau mendengarnya.
Al-Abbas bertemu dengan Abu Sofyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah dan menyarankanya untuk bertemu dengan Rasulullah saw untuk meminta perlindungan. Mereka bertemu dengan beliau di Niqul Uqab, daerah di antara Makkah dengan Madinah. Abu Sofyan bin Al-Harits menyatakan ke-Islamannya dan permohonan maafnya akan dosa-dosa masa silamnya, Para ulama mengatakan bahwa ketika Abu Sofyan bin Al-Harits masuk islam, ia melantunkan bait syair kepada Rasulullah, ”Orang yang pernah aku usir bersama Allah telah mendapatkanku, beliau menepuk dadanya, kemudian bersabda, ”Engkaulah orang yang pernah mengusirku?’”
Abu Sofyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang benar dan masuk Islam. Lalu Al-Abbas ra berkata, ‘Wahai Rasulullah, Abu Sofyan bin Harb adalah orang yang senang dengan kedudukan, oleh karena itu, berikan sesuatu kepadanya”. Rasulullah bersabda, ”Ya, barangsiapa memasuki rumah Abu Sofyan bin Harb, ia akan aman. Barangsiapa menutup pintu rumah-nya, ia akan aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, ia akan aman”.
Tidak lama kemudian, berbagai kabilah berjalan menuju Makkah dengan membawa bendera masing-masing, hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan pasukannya yang berwarna hijau. Pasukan Rasulullah dikatakan hijau karena baju besinya berwarna hijau lebih mewarnai pasukan ini. Dalam pasukan tersebut terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka semua mengenakan baju besi. Itulah Rasulullah saw bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Tidak ada satu pun orang yang mempunyai kekuatan untuk menghadapi mereka di Makkah.
Ketika Rasulullah tiba di suatu tempat yang bernama Dzi Thuwa yang terletak di daerah Jarwal yang sekarang penuh dihuni oleh penduduk Makkah, beliau berdiri di atas hewan kendaraannya, bersorban dengan separoh burdah dari Yaman yang berjahit dan berwarna merah. Beliau menundukkan wajah karena tawadhu’ dan tunduk kepada Allah SWT ketika melihat penaklukan yang diberikan Allah kepada beliau, hingga jenggotnya nyaris menyentuh bagian tengah pelananya.
sumber:http://hasansagaf.wordpress.com/2010/06/15/nabi-menaklukan-makkah/?preview=true&preview_id=51&preview_nonce=c602768e10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar