Pembuatan Kiswah Di Saudi Arabia

Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan kiswah ke tanah Hijaz. Namun melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dibawah Raja Abdul Aziz Bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah sendiri pada 1931 di Makkah. Hingga akhirnya kiswah dibuat di Saudi Arabia hingga saat ini.
Kemudian keluar perintah dari raja Faisal bin Abdul Aziz tahun 1382 H untuk memperbaruhi pabrik pembuatan kiswah Ka’bah dan gedung baru sebagai pabrik pembuatan kiswah diresmikan. Pabrik kiswah ini  terletak di Ummul Juud – Makkah.

Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat,  Allah Jalla Jalalluh,  La Ilaha Illallah, dan  Muhammad Rasulullah . Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.
Pintalan-pintalan benang berwarna emas maupun perak bersatu padu merangkai goresan kalam Ilahi. kiswah menjadi sangat berharga, bukan hanya karena firman-firman Allah yang suci yang dipintal pada kiswah, tetapi juga karena keindahan pintalan benang berwarna emas dan perak pada permukaannya.
Untuk sebuah kiswah minimal diperlukan sekitar 600 meter atau sekitar 670 kg kain sutera buatan sendiri, ukuran itu sudah disesuaikan untuk hajat menutupi bidang kubus Ka’bah pada keempat sisinya. Sedangkan untuk sulaman kain kiswah diperlukan sampai 120 kg emas, sebagian lagi ada yang mengatakan hanya 50 kg emas saja. Keseluruhan bidang kiswah dibordir oleh tangan-tangan trampil yang bekerja secara tekun.

Kiswah Ka’bah terdiri dari 5 potong. Empat potong untuk menutup empat sisi Ka’bah, satu potong menutup pintunya. Kiswah diganti setiap tanggal 9 Dzulhijjah, saat semua jamaah haji melakukan wukuf di Arafah. Tangal 10 Dzulhijjah, atau setiap Idul Adha, Kiswah Ka’bah selalu dalam keadaan baru.
Itulah yang membuat Ka’bah begitu istimewa dan mulia di mata umat Islam. Sejak dulu,  para khalifah memberikan Ka’bah pakaian untuk menghargai nilai-nilai keistimewaannya dan melindunginya dari berbagai macam kotoran serta debu.
Terjadi pasang surut sepanjang sejarah umat manusia, tetapi tempat itu yang dijaga Allah sepanjang masa. Inilah rumah pertama sekaligus rumah ibadah pertama di muka bumi. Dia senantiasa menjadi pusat kerinduan, kehormatan, dan kebanggaan berjuta-juta umat manusia hingga akhir hayat nanti, sampai hari kiamat.