Imam memiliki 77 Cabang sebagaimna dijelaskan oleh Syeikh Zainuddin bin Ali Al-Malibary RA dalam kitab Syu'abul Iman yg disyarahi Oleh Al-Syeikh Al-Imam Nawawy Al-Bantany RA
(أبو عبد الله أو أبو عبد المعطي محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي البنتني التناري المصري ثم المكي الشافعي الصوفي
) SEBUAH KITAB YANG DIKAJI DI :
ا لمعهد ا لإ سلا مي و مجلس ا لتعليم ا لخير ا ت
PASURUAN, JAWA TIMUR INDONESIA.
قامع الطغيان على منظومة شعب الإيمان
هو شرح على منظومة شعب الإيمان لزين الدين المليبارى (توحيد) وبهامشه هداية الأذكياء وهي منظومة لزين الدين المذكور
===================================================
بسم الله الرحمن الرحيم
Al-Syeikh Muhammad Nawawi bin 'Umar Banten mengawali ulasan syair yang menuturkan cabang-cabang iman dengan tiga syair pembuka kitab Syu'ab al-Iman sebagai berikut:
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى قَدْ صَـيَّرَا * اِيْمَانَ شَخْصٍ ذَا شُعَبْ فَتُتَمَّمُ
هَذِىْ بُيوْتٌ مِنْ كِتَابِ الْكُوْشِنِى * مَنْ قَـالَ بَعْدَ صَـلاَتِنَا َنُسَـلِّمُ
لِمُحَـمَّدٍ وَِلآلِـهِ وَصَــحَـابَتِهْ * مَادَارَ شَمْسٌ فِى السَّمَـاءِ وَاَنْجُمُ
هَذِىْ بُيوْتٌ مِنْ كِتَابِ الْكُوْشِنِى * مَنْ قَـالَ بَعْدَ صَـلاَتِنَا َنُسَـلِّمُ
لِمُحَـمَّدٍ وَِلآلِـهِ وَصَــحَـابَتِهْ * مَادَارَ شَمْسٌ فِى السَّمَـاءِ وَاَنْجُمُ
- Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang mempunyai cabang-cabang, sehingga cabang tersebut harus disempurnakan.
- Bait-bait syair ini diambil dari kitab Syeikh Zainuddin al-Kusyini, yaitu orang yang berkata setelah kami membaca salawat dan salam,
- bagi Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau, selama matahari dan bintang-bintang di langit masih beredar.
Iman Memiliki sebanyak 77 cabang Iman, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh para ahli hadits sebagai berikut:
اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً ، اَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ
اِلهَ إِلاَّ اللّهُ وَاَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيْمَانِ . رَوَاهُ الْمُحَدِّثُوْنَ .
Iman itu tujuh puluh tujuh cabangnya. Cabang yang paling utama adalah
mengucapkan kalimah "Laa ilaaha illallaah" dan cabang yang paling
rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan. Dan malu berbuat
maksiat adalah salah satu cabang dari iman. (H.R. para ahli hadits)
Ketujuh puluh tujuh cabang iman tersebut dituturkan oleh Syeikh Zainuddin bin Ali dalam kitab Syu'abul Iman sebagai berikut:
- Beriman kepada Allah.
- Beriman kepada para malaikat.
- Beriman kepada kitab-kitab Allah.
- Beriman kepada para nabi.
- Beriman kepada hari kiamat.
- Beriman kepada kepada kebangkitan orang yang sudah mati.
- Beriman kepada qadar.
- Beriman bahwa para makhluk semuanya sesudah dibangkitkan dari kubur, akan digiring ke padang mahsyar, yaitu tempat pemberhentian mereka di hari kiamat.
- Beriman bahwa sesungguhnya surga itu adalah tempat tinggal yang kekal bagi orang muslim.
- Mencintai Allah ta'ala.
- Takut kepada siksa Allah.
- Mengharap rahmat Allah ta'ala.
- Tawakkal.
- Mencintai Nabi Muhammad saw.
- Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw.
- Bakhil dengan agama Islam.
- Mencari ilmu;
- Menyebarkan ilmu agama Islam.
- Mengagungkan dan menghormati Al Qur'an.
- Bersuci.
- Menunaikan shalat lima waktu dengan sempurna.
- Memberikan zakat kepada yang berhak menerimanya dengan niat yang khusus.
- Berpuasa pada bulan Ramadlan.
- I'tikaf.
- Menunaikan ibadah haji.
- Berjuang membela agama.
- Mempertahankan garis demarkasi.
- Tetap dalam memerangi musuh dan tidak lari dari medan pertempuran.
- Memberikan seperlima dari harta rampasan perang.
- Memerdekakan budak yang mu'min.
- Membayar kafarat.
- Memenuhi janji.
- Bersyukur.
- Menjaga lidah dari omongan yang tidak pantas.
- Menjaga kemaluan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.
- Menunaikan amanat kepada yang berhak.
- Meninggalkan membunuh orang muslim.
- Menjaga diri dari makanan dan minuman yang diharamkan.
- Menjaga diri dari harta yang haram.
- Menjaga diri dari pakaian, perhiasan dan tempat (bejana) yang diharamkan.
- Menjaga diri dari permaianan-permainan yang dilarang.
- Sederhana dalam membelanjakan harta.
- Meninggalkan dendam dan hasud.
- Melarang mencela orang-orang muslim, baik di hadapan mereka atau tidak.
- Ikhlas dalam beramal karena Allah ta'ala.
- Senang sebab ta'at, susah sebab kehilangan ta'at dan menyesal sebab maksiat.
- Bertaubat.
- Menyembelih kurban, aqiqah dan hadiah.
- Ta'at kepada ulil amri, mengenai perintah mereka yang berjalan menurut kaidah-kaidah syara', demikian pula ta'at kepada larangan mereka yang sesuai dengan kaidah-kaidah syara'.
- Berpegang teguh pada apa yang telah disepakati jama'ah.
- Menghukumi manusia dengan adil.
- Menyuruh perkara yang telah diketahui kebaikannya dan melarang parkara yang mungkar.
- Saling membantu dalam kebajikan dan ketaqwaan.
- Malu kepada Allah.
- Berbuat baik kepada kedua orang tua.
- Silatur rahim.
- Berbudi pekerti yang baik.
- Berbuat baik kepada budak belian.
- Ketaatan budak kepada majikannya.
- Menjaga hak isteri dan anak-anak.
- Menyintai ahli agama.
- Menjawab salam dari orang-orang muslim.
- Mengunjungi orang yang sakit.
- Menyalati mmayit yang muslim.
- Membacakan "tasymit" kepada orang yang bersin yang membaca "hamdalah".
- Menjauhi setiap orang yang berbuat kerusakan.
- Memuliakan tetangga.
- Memuliakan tamu.
- Menutupi cacat orang-orang muslim.
- Sabar dalam menjalankan keta'atan sehingga dapat melaksanakannya.
- Zuhud.
- Cemburu dan tidak membiarkan isterinya bercumbu rayu dengan laki-laki lain.
- Berpaling dari omongan yang tidak berguna.
- Dermawan.
- Menghormati orang tua dan menyayangi anak muda.
- Mendamaikan pertikaian yang ada di antara orang-orang muslim.
- Mencintai untuk orang lain apa saja yang dicintai untuk dirinya sendiri. ===========================
Syekh Zainuddin Al Malibari – Ulama Besar dari Negeri Bollywood
Tak diketahui secara persis, kapan Syekh Zainuddin Al-Malibari lahir. Bahkan, wafatnya pun muncul berbagai pendapat. Ia diperkirakan meninggal dunia sekitar tahun 970-990 H dan di makamkan di pinggiran kora Ponani, India.
Syekh Zainuddin Al-Malibari merupakan keturunan bangsa Arab. Ia dikenal pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan daerah tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutny dengan nama Zainuddin Makhdum, atau Zainuddin Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada dirinya.
Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang pertama kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Ia termasuk seorang ulama yang mengikuti madzhab Syafi’i. Tidak seperti masjid masa kini, Masjid Agung Ponani ini menggabungkan arsitektur lokal dengan arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan, Islam masuk ke India yang dibawa oleh pedagang Arab yang datang melalui laut dan diterima oleh raja-raja Hindu setempat. Makam Syekh Zainuddin Al-Malibari terletak di samping masjid.
Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di India ini juga mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan menyesuaikan pada kondisi yang ada.
Syekh Zainuddin Al-Malibari, selain dikenal sebagai ulama fikih, ia juga dikenal sebagai ahli tasawuf, sejarah dan sastra. Karyanya Fath al-Mu’in (Pintu Pertolongan), adalah syarah (komentar) atas kitab Qurrat al-Ayn Hidayat al-Azkiya ila Thariq al-Auliya, serta Irsyad Al-Ibad ila Sabili al-Rasyad, dan Tuhfat al-Mujahidin.
Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syekh Zainuddin Al-Malibari juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis, konsisten, dan memiliki pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim dan penasehat kerajaan, dan diplomat. (sya/republika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar