ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 13 Juli 2017

Mbah Hamid Pasuruan: Paling Hanya 3-5 Kader Saja Yang Bisa Diandalkan Dari 100 Lulusan

*PETUAH MBAH HAMID, WALIULLAH PASURUAN JAWA TIMUR*

Ada satu kisah dari waliyullah agung dari Pasuruan, Kiai Hamid, tentang bagaimana cara kita mengajak, mendidik atau mengajari siapapun, tapi tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Suatu hari di sekitar tahun 60-an, salah seorang santri beliau yang menjadi pimpinan GP Ansor Cabang Pasuruan nyaris putus asa dalam kaderisasi di ranting-ranting.

Pasalnya, dari 100 lulusan pelatihan, paling hanya ada 3-5 orang kader saja yg betul-betul bisa diandalkan.

Dalam kegalauannya ini, si santri memutuskan sowan pada Kiai Hamid dahulu untuk konsultasi.

Saat dia sowan, sembari menunjuk pada pohon-pohon kelapa yang berjejer  di pekarangan rumah, Kiai Hamid berkata panjang lebar :
*“Aku menanam pohon ini, yang aku butuhkan itu buah kelapanya. Ternyata yang keluar pertama kali malah blarak, bukan kelapa.*

*Setelah itu glugu, baru setelah beberapa waktu keluar mancung. Mancung pecah, nongol manggar,  yang (sebagian rontok lalu sisanya) kemudian jadi bluluk, terus (banyak yang rontok juga dan sisanya) jadi cengkir, terus (sebagian lagi) jadi degan, baru kemudian jadi kelapa.*

*Lho setelah jadi kelapa pun masih ada saput, batok, kulit tipis (yang semua itu bukan yg saya butuhkan tadi).*

*Lantas, ketika mau diambil santannya, masih harus diparut kemudian diperas. Yang jadi santan tinggal sedikit. Lha itu sunnatulloh.*

*Lha yang 95 orang kader itu, carilah, jadi apa dia. Glugu bisa dipakai untuk perkakas rumah, blarak untuk ketupat.”*

*Kalau inginnya mencetak orang ‘alim, tidak bisa diharapkan bahwa semua murid di kelas itu bakal jadi ‘alim semua. Pasti ada seleksi alam, akan ada proses pengerucutan. Meski begitu, bukan berarti pendidikan itu gagal.*

*Katakanlah yang jadi hanya 5 %, tapi yang lain bukan lantas terbuang percuma. Yang lain tetap berguna, tapi untuk fungsi lain, untuk peran lain".*

*(Dari Buku Percik-percik Keteladanan Mbah  Kyai Hamid Pasuruan).*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar