Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Jumat, 29 Juli 2011
SYAFA'AT RASULULLAH SAW DI HARI KIAMAT
SYAFA'AT RASULULLAH SAW DI HARI KIAMAT
=====================================
Tentang syafa’at di hari kiamat adalah bagian alam ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt. Oleh karena itu, tidak ada yang dapat membicarakan hal tersebut kecuali al Qur’an dan hadits Nabi. Rasulullah s.a.w dalam sebuah haditsnya berikut ini membeberkan keadaan alam ghaib tersebut dengan gamblang yang artinya:
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a berkata: Bahwasanya kaum muslimin pada zaman Rasulullah s.a.w bertanya: “Wahai Rasulullah, adakah kami dapat melihat Tuhan kami nanti pada Hari Kiamat?”, Rasulullah s.a.w bersabda: “Ya!! Adakah kamu terhalang melihat matahari pada siang hari yang cerah yang tidak ada awan? Adakah kamu terhalang melihat bulan pada malam purnama yang cerah tanpa ada awan?” Kaum muslimin menjawab: “Tidak, wahai Rasulullah”. Rasulullah s.a.w bersabda: “Kamu tidak akan terhalang melihat Allah Ta’ala pada hari kiamat sebagaimana kamu tidak terhalang melihat salah satu dari matahari dan bulan”.
Ketika hari kiamat datang, para penyeru menyampaikan pengumaman: “Setiap umat hendaklah mengikuti yang mereka sembah selama hidup di dunia”. Maka tidak ada yang tertinggal seorangpun dari mereka yang menyembah selain dari Allah, yakni dari golongan yang menyembah berhala-berhala. Mereka saling berguguran di neraka sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang yang menyembah Allah. Mereka itu terdiri orang-orang yang baik dan orang-orang jahat serta para pembesar Ahli Kitab.
Orang-orang Yahudi dipanggil dan ditanyakan kepada mereka: “Apakah yang kamu sembah sewaktu di dunia?” Mereka menjawab: “Kami menyembah Uzair Ibnullah”. Lalu dikatakan kepada mereka: “Kamu telah berdusta. Allah tidak pernah menjadikan seorang pendamping, baik sebagai isteri maupun anak”. Mereka ditanya lagi: “Apa sekarang yang kamu inginkan?” Mereka menjawab: “Kami haus wahai Tuhanku!, berilah kami minum”. Lalu diisyaratkan kepada mereka: “Tidakkah kamu inginkan air?” Selanjutnya mereka digiring beramai-ramai ke neraka. Saat itu neraka bagi mereka tampak seperti fatamorgana, mereka saling berebut untuk mendapatkannya sehingga antara mereka saling menghancurkan kepada yang lainnya. Selanjutnya mereka bersama-sama dilemparkan ke dalam neraka.
Orang-orang Nasrani juga dipanggil dan ditanya: “Apakah yang kamu sembah sewaktu di dunia?” Mereka menjawab: “Kami menyembah al-Masih anak Allah”. Dikatakan kepada mereka: “Kamu telah berdusta!, Allah tidak pernah menjadikan seorang pendamping, baik sebagai isteri maupun anak”. Mereka kamudian ditanya lagi: “Apakah yang kamu inginkan sekarang?” Mereka menjawab: “Kami haus wahai Tuhanku, berilah kami minum”. Lalu ditunjukkan kepada mereka: “Tidakkah kamu inginkan air?”. Mereka digiring ke neraka Jahanam dan neraka seolah-olah fatamorgana bagi mereka, maka mereka saling berebut untuk mendapatkannya sehingga sebagian dari mereka menghancurkan sebagian yang lain, selanjutnya mereka dilemparkan ke dalam neraka.
Yang tertinggal kemudian hanyalah orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala. Baik dari golongan yang berbuat baik maupun berbuat jahat. Allah Swt. Tuhan sekalian alam datang kepada mereka dalam bentuk yang lebih rendah dari bentuk yang mereka ketahui, lalu berfirman: “Apakah yang kamu tunggu?” Setiap umat akan mengikuti apa yang dahulunya mereka sembah. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami! Di dunia, kami menghindari orang-orang yang menyusahkan kami untuk membantu penghidupannya dan kami tidak mau berkawan dengan mereka karena mereka menyimpang dari jalan yang digariskan oleh agama”. Allah berfirman lagi kepada mereka: “Akulah Tuhan kamu!” Mereka berkata: “Kami mohon perlindungan dari Allah kepada kamu, kami tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatupun untuk yang kedua kalinya atau yang ketiga kalinya”. Sehingga sebagian dari mereka telah berubah seakan-akan telah kembali berbuat kebenaran. Allah berfirman: “Apakah di antara kamu dan Allah terdapat tanda-tanda yang membuktikan bahwa kamu dapat mengenali-Nya?” Mereka menjawab: “Ya!” Lalu dibukakan kepada mereka keadaan yang menakutkan itu dan tidaklah tertinggal bagi setiap orang yang dahulu bersujud kepada Allah dengan kehendaknya sendiri kecuali mendapat izin untuk sujud kepada-Nya sedangkan orang yang dahulu sujud hanya karena ikut-ikutan dan berbuat riya’, Allah telah merekatkan sendi-sendi tulang belakang mereka menjadi satu ruas sehingga mereka tidak dapat bersujud. Setiap kali hendak bersujud, mereka hanya dapat menundukkan tengkuknya. Ketika mereka mengangkat kepala, Allah telah berganti rupa sebagaimana gambaran yang mereka lihat pada pertama kali. Allahpun berfirman: “Akulah Tuhanmu”. Mereka menjawab: “Engkau Tuhan Kami!”
Sebuah jembatan kemudian dibentangkan di atas Neraka Jahanam dan sejak saat itu syafa’at Rasul-rasul dipermaklumkan. Mereka mengucapkan: “Ya Allah, selamatkanlah kami, selamatkanlah kami”. Ditanyakan kepada Rasulullah s.a.w: “Wahai Rasulullah, apakah jembatan itu?” Rasulullah bersabda: “Ia adalah bagaikan lumpur yang licin dan juga terdapat besi berkait dan besi berduri, seperti tumbuhan berduri yang berada di Najad yang disebut Sakdan”.
Orang-orang mukmin melintasi jembatan itu. Sebagian mereka ada yang berjalan secepat kedipan mata, seperti kilat menyambar, seperti angin berhembus, seperti burung terbang dan seperti kuda atau unta yang berlari kencang. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok; sekelompok yang selamat dengan tidak mendapat suatu rintangan apapun, sekelompok lagi selamat tetapi terpaksa menempuh banyak rintangan dan sekelompok lagi terkoyak serta terjerumus ke dalam neraka Jahanam. Terhadap keadaan kelompok pertama, Rasulullah s.a.w bersabda:
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِإِخْوَانِهِمِ الَّذِينَ فِي النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتِ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ
“Maka demi zat yang menguasai diriku (Rasulullah s.a.w), tidak ada seorang pun di antara salah satu dari kalian yang lebih bersungguh-sungguh di dalam mencari kebenaran di sisi Allah dengan memberi kepedulian kepada sesama saudara mereka—yang masih berada di Neraka—yang melebihi orang yang beriman kepada Allah. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya dulu mereka berpuasa bersama kami, mendirikan sholat dan mengerjakan haji”. Lalu Allah berfirman: “Keluarkanlah orang-orang yang kamu kenal karena wajah-wajah mereka diharamkan atas api Neraka”. Maka banyaklah yang dapat dikeluarkan dari Neraka. Ada yang sudah terbakar hingga separuh betis dan lututnya”.
Orang-orang mukmin itu berkata: “Wahai Tuhan kami, tidakkah ada lagi yang tertinggal di dalam Neraka setelah Engkau perintahkan untuk dikeluarkan?” Allah berfirman: “Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan yang di hatinya ada kebaikan meskipun hanya seberat satu dinar, maka keluarkanlah”. Sehingga mereka dapat mengeluarkan banyak manusia lagi. Lalu mereka berkata lagi: “Wahai Tuhan kami, kami tidak tahu apakah masih ada di Neraka seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan”. Allah berfirman: “Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan di hatinya ada kebaikan meskipun hanya seberat setengah dinar, maka keluarkanlah”. Mereka dapat mengeluarkan banyak lagi manusia. Setelah itu mereka berkata lagi: “Wahai Tuhan kami, kami tidak tahu, apakah di sana masih ada seseorang yang Engkau perintahkan untuk dikeluarkan”. Allah berfirman: “Kembalilah, siapa saja yang kamu temukan di dalam hatinya terdapat kebaikan meskipun hanya seberat zarrah, maka keluarkanlah”. Bertambah banyak lagi orang yang dapat dikeluarkan. Kemudian mereka berkata lagi: “Wahai Tuhan kami, kami tak tahu adakah di sana masih ada pemilik kebaikan?” Sesungguhnya Abu Said al-Khudri r.a berkata: “Jika kau tak mempercayaiku mengenai Hadits ini, maka bacalah QS. an-Nisa’ Ayat 40:
( إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا )
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada seseorang walaupun sebesar zarah dan jika ada kebaikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipatgandakan serta memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”.
Allah Swt. berfirman: “Para Malaikat telah meminta syafa’at, para nabi telah meminta syafa’at dan orang-orang mukmin juga telah meminta syafa’at. Yang tertinggal hanyalah Zat Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang”. Lalu Allah mengambil dari Neraka dan mengeluarkan sekelompok orang yang sama sekali tidak pernah berbuat kebaikan. Mereka telah menjadi arang. Mereka dilempar ke sebuah sungai di pintu Surga, yang disebut Sungai Kehidupan. Selanjutnya mereka keluar seperti tunas kecil yang keluar setelah terjadi banjir. Bukankah kamu sering melihat tunas-tunas kecil di celah-celah batu atau pohon? Bagian yang terkena sinar matahari akan berwarna sedikit kekuningan dan hijau, sedangkan yang berada di bawah tempat teduh akan menjadi putih? Para Sahabat berkata: “Wahai Rasulullah seakan-akan engkau pernah menggembala di gurun pasir”. Rasulullah s.a.w meneruskan sabdanya: “Lalu mereka keluar bagaikan mutiara dan di leher mereka terdapat seuntai kalung sehingga para ahli Surga dapat mengenali mereka. Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Allah dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga dengan tanpa amalan yang pernah mereka kerjakan dan juga tanpa kebaikan yang pernah mereka lakukan”.
Allah berfirman: “Masuklah kamu ke dalam Surga, dan apa-apa yang kamu lihat adalah untukmu”. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, Engkau telah berikan kepada kami pemberian yang belum pernah Engkau berikan kepada seorangpun di antara orang-orang di seluruh alam”. Allah berfirman: “Di sisi-Ku masih ada pemberian lagi untuk kamu yang lebih baik daripada pemberian ini”. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, apa lagi yang lebih baik daripada pemberian ini?”. Allah berfirman: “Ridla-Ku, lalu Aku tidak akan memurkai kamu setelah itu untuk selama-lamanya”.
1. Riwayat Bukhari di dalam Kitab Iman hadits nomor 21
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Iman hadits nomor 269
3. Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Sifat Surga hadits nomor 2478
4. Riwayat Nasa’i di dalam Kitab Pelaksanaan hadits nomor 1128
5. Riwayat Ad Darimi di dalam Kitab Meminta Simpati hadits nomor 2696.
*) Hadits Nabi di atas menyimpan beberapa rahasia kaitan tawasul.
Meski yang berhak memberikan syafa’at hanya Rasulullah Muhammad s.a.w, namun para pelaksana pemberian syafa’at tersebut ternayata bukan Beliau sendiri malainkan dari umatnya yang telah memberikan kepedulian kepada saudaranya sesama orang beriman.
Orang-orang yang mampu menyelamatkan saudara seimannya yang terlanjur masuk neraka, tidak lain adalah guru-guru mursyid thoriqoh yang suci lagi mulai. Adapun orang-orang yang diselamatkan adalah murid-muridnya yang mau bertawasul kepada mereka. Oleh karena selama hidupnya mereka telah menyelamatkan murid-murid itu dari perbuatan maksiat dan dosa, hal itu mereka lakukan sebagai bentuk ibadah secara horizontal, maka disamping mereka masuk surga dengan selamat, juga mendapatkan hak untuk memberikan syafa’at kepada murid-murid tersebut yang terlanjur terpeleset di neraka. Selain mereka tidak mampu melakukan hal itu. Fenomena membuktikan, hanya orang suci itu yang mampu meneladani perilaku Rasulullah s.a.w. Sampai sekarang kita bisa melihat hasil karya mereka. Guru mursyid yang suci itu, bekerja sama dengan para sahabatnya yang terdari dari para Habaib yang mulia, terbukti berhasil membangun komunitas manusia dalam naungan panji-panji persaudaraan fillah dan rahmatan lil alamin. Beliau mengumpulkan orang banyak itu bukan supaya mereka memilih dirinya menjadi pejabat atau wakil pejabat sebagaimana marak dilakukan orang belakangan ini, tetapi untuk dibimbing menjadi orang yang kenal kepada dirinya sendiri dan kenal kepada Tuhannya, menjadi hamba -hamba yang cinta dan ma’rifat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala meridhoi mereka dan memberikan keberkahan kepada kita semua.
sumber:http://pecintamajlisrasulullah.blogspot.com/2010/01/syafaat-rasulullah-saw-di-hari-kiamat.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar