MUNAS-KONBES NU 2012
Pidato Iftitah Rais Aam PBNU
====================
Pidato
Iftitah Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Pada Pembukaan
Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar NU Di Pesantren Kempek Cirebon,
Tanggal 15 September 2012.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين, وبه نستعين على أمور الدنيا والدين, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين, اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك خاتم النبيين, المبعوث رحمة
للعالمين, سيدنا وحبيبنا وشفيعنا محمد وعلى آله وصحبه ومن سار على نهجه واهتدى بهديه إلى يوم الدين. أما بعد
Yang kami muliakan para alim ulama, habaib dan masyayikh panutan umat
Yang kami hormati peserta Munas dan Konbes NU yang datang dari berbagai penjuru tanah air.
Yang kami hormati sahabat-sahabat insan pers baik dari media cetak maupun media elektronik.
Para hadirin dan hadirat yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja-puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas perkenan dan ridla-Nya, yang telah memungkinkan kita untuk bertemu dalam forum yang mulia ini, Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Kempek Cirebon Jawa Barat. Shalawat dan salam semoga senantiasa melimpah pada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW, Nabi penebar rahmat untuk semesta alam.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama merupakan agenda organisasi yang diamanatkan oleh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Musyawarah Nasional merupakan forum permusyawaratan para alim ulama NU, baik yang duduk dalam struktur kepengurusan maupun berkedudukan sebagai ulama NU non-struktural. Forum ini dimaksudkan untuk membahas berbagai perkembangan masalah keagamaan dan kebangsaan yang terjadi pasca muktamar NU yang ke-32 di Makassar. Sedangkan Konferensi Besar merupakan forum permusyawaratan para pelaksana organisasi NU (tanfidziyah) guna mengevaluasi perjalanan organisasi dalam periode yang sama, guna melangkah untuk waktu-waktu berikutnya.
Dengan demikian, Munas dan Konbes NU tidak saja berkutat membicarakan persoalan internal organisasi Nahdlatul Ulama, melainkan lebih dari itu membahas persoalan bangsa dan negara, di mana NU merupakan salah satu bagiannya yang penting.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Dalam kaitannya dengan masalah internal organisasi, Munas dan Konbes merasa wajib untuk melakukan evaluasi diri (muhasabah) terkait dengan keberadaannya sebagai organisasi sosial keagamaan (jam`iyyah diniyyah ijtima`iyyah) yang mengusung paham keagamaan ahlus-sunnah wal jamaah (aswaja). NU sangat menyadari bahwa puluhan bahkan ratusan juta penganut paham aswaja di Indonesia masih selalu membutuhkan bimbingan dan arahan dari para ulama. Di sinilah kita layak mempertanyakan, sejauh mana NU melalui para pemimpin dan tokohnya telah melakukan tugas bimbingan dan pengarahan (irsyad wa tawjih) terhadap umat yang haus akan bimbingan itu. Begitu pula peran NU dalam bidang sosial kemasyarakatan perlu terus menerus dipertanyakan. Kerja sosial NU dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, kebudayaaan dan yang semacamnya harus selalu ditingkatkan. Dengan cara seperti itulah, warga dan umat bisa merasakan manfaat dari keberadaan Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi. Jangan sampai terjadi bahwa warga NU dan umat serta bangsa justru merasa bahwa ada atau tiadanya NU sebagai sesuatu yang tidak penting, yang dalam bahasa santri terkenal dengan ungkapan :
وُجُوْدُهَا كَعَدَمِهاَ
(adanya NU sama saja dengan tiadanya).
نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ ذلِكَ
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Adapun dalam kaitannya dengan
masalah-masalah di luar NU, yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa, NU merasa memiliki kewajiban untuk memberikan sumbangan
pemikiran secara pro aktif demi tercapainya tujuan NKRI, yakni
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. NU
menyadari bahwa kelangsungan hidup NKRI ini sangat bergantung kepada
partisipasi segenap elemen bangsa di mana NU merupakan bagian yang tidak
bisa diabaikan. Untuk itulah dalam Munas NU kali ini berbagai persoalan
bangsa dikaji dalam perspektif keagamaan dan kebangsaan dalam rangka
upaya mendekatkan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara kepada
tujuan proklamasi.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Sebagaimana kita maklumi bersama, bangsa kita telah melalui tahapan sejarah yang telah mewarnai pasang surut kehidupannya;sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan era reformasi. Kita wajib mengakui bahwa kehidupan di era reformasi telah terbukti membawa kemajuan yang berarti. Kehidupan politik bangsa semakin demokratis, kebebasan pers, kebebasan berorganisasi, menyalurkan aspirasi politik, mengembangkan pendidikan dan dakwah tanpa pembatasan-pembatasan, semakin dirasakan oleh rakyat. Berbagai tindakan represif yang di era sebelumnya banyak dirasakan oleh sebagian masyarakat, kini semakin berkurang, bahkan hampir tiada. Begitu pula perkembangan ekonomi masyarakat relatif stabil. Namun, demikian hal ini tidak boleh menjadikan kita terlena dan puas diri. Harus diakui bahwa di sana sini masih terdapat berbagai kekurangan, baik karena hal itu belum tersentuh oleh upaya reformasi, maupun dikarenakan sebagai ekses dari reformasi itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui reformasi, yang `terlalu` bersemangat kadang-kadang harus membawa dampak yang kurang baik bahkan kontra produktif. Itulah antara lain makna ungkapan Al- Imam Hujjatul-Islam Abu Hamid al-Ghazali:
كُلُّ مَا جَاوَزَ حَدَّهُ عَادَ إِلَى ضِدِّهِ
(segala sesuatu yang melampaui batasnya akan kembali kepada hal yang sebaliknya). Untuk itulah, dalam Munas kali ini berbagai persoalan yang dianggap sebagai kekurangan dan kelemahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dibahas untuk dicarikan solusinya. Kita lakukan semua itu dalam rangka semangat yang terkandung dalam ungkapan khalifah ke 2 Sayyiduna `Umar ibnul-Khaththab RA :
مراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
(Merujuk kembali kepada yang benar lebih baik daripada berlarut-larut mempertahankan yang salah)
Akhirnya kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan partisipasinya dalam penyelenggaraan Munas dan Konbes ini, kami atas nama PBNU menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, teriring doa:
جزاكم الله خير الجزاء وأحسنه آمين
Atas segala kekhilafan dan kekurangan dalam penyelenggaraan Munas dan Konbes kali ini, kami memohon maaf sedalam-dalamnya. Untuk kesuksesan Munas dan Konbes ini pula kami memohon bantuan doa, saran dan masukan. Semoga Allah berkenan mengabulkan! Amin.
Hadirin dan hadirat yang berbahagia
Sebagaimana kita maklumi bersama, bangsa kita telah melalui tahapan sejarah yang telah mewarnai pasang surut kehidupannya;sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, dan era reformasi. Kita wajib mengakui bahwa kehidupan di era reformasi telah terbukti membawa kemajuan yang berarti. Kehidupan politik bangsa semakin demokratis, kebebasan pers, kebebasan berorganisasi, menyalurkan aspirasi politik, mengembangkan pendidikan dan dakwah tanpa pembatasan-pembatasan, semakin dirasakan oleh rakyat. Berbagai tindakan represif yang di era sebelumnya banyak dirasakan oleh sebagian masyarakat, kini semakin berkurang, bahkan hampir tiada. Begitu pula perkembangan ekonomi masyarakat relatif stabil. Namun, demikian hal ini tidak boleh menjadikan kita terlena dan puas diri. Harus diakui bahwa di sana sini masih terdapat berbagai kekurangan, baik karena hal itu belum tersentuh oleh upaya reformasi, maupun dikarenakan sebagai ekses dari reformasi itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui reformasi, yang `terlalu` bersemangat kadang-kadang harus membawa dampak yang kurang baik bahkan kontra produktif. Itulah antara lain makna ungkapan Al- Imam Hujjatul-Islam Abu Hamid al-Ghazali:
كُلُّ مَا جَاوَزَ حَدَّهُ عَادَ إِلَى ضِدِّهِ
(segala sesuatu yang melampaui batasnya akan kembali kepada hal yang sebaliknya). Untuk itulah, dalam Munas kali ini berbagai persoalan yang dianggap sebagai kekurangan dan kelemahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dibahas untuk dicarikan solusinya. Kita lakukan semua itu dalam rangka semangat yang terkandung dalam ungkapan khalifah ke 2 Sayyiduna `Umar ibnul-Khaththab RA :
مراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
(Merujuk kembali kepada yang benar lebih baik daripada berlarut-larut mempertahankan yang salah)
Akhirnya kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan partisipasinya dalam penyelenggaraan Munas dan Konbes ini, kami atas nama PBNU menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, teriring doa:
جزاكم الله خير الجزاء وأحسنه آمين
Atas segala kekhilafan dan kekurangan dalam penyelenggaraan Munas dan Konbes kali ini, kami memohon maaf sedalam-dalamnya. Untuk kesuksesan Munas dan Konbes ini pula kami memohon bantuan doa, saran dan masukan. Semoga Allah berkenan mengabulkan! Amin.
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والله الموفق إلى أقوم الطريق, وهو الهادى إلى الصراط المستقيم,
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Cirebon, 15 September 2012
DR. KH. M. A. SAHAL MAHFUDHRais ‘Aam PBNU
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,39733-lang,id-c,taushiyah-t,Pidato+Iftitah+Rais+Aam+PBNU-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar