MUNAS-KONBES NU 2012
Sambutan Ketua Umum PBNU
==================
Alhamdulillah
berkat dan rahmat dari Allah SWT, Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar
Nahdlatul Ulama ini bisa terlaksana dengan penuh semarak dan penuh
hidmat.
Hal ini tidak lain berkat dukungan dari semua pihak, baik dari
kalangan alim ulama, kalangan pejabat dan kalangan pengusaha. Dan yang
tidak kalah pentingnya adalah berkat pengabdian, sumbangan yang tulus
tak terhingga dari rakyat atau masyarakat di sekitar pesantren.
Hanya NU organisasi yang berani menyelenggarakan hajat nasional bertempat pesantren di desa terpencil. Tahun 1983-1984 lalu NU menyelenggarakan Munas dan Muktaar di desa terpencil Asembagus di Situbondo sana. Tetapi ingin di desa terpencil itu NU menegaskan kembali ke Khittah 1926 dan menegaskan di hadapan rakyat dan dihadapan presiden yang hadir di desa itu bahwa Pancasila dan NKRI harga mati. Tahun 1986 NU juga menyelenggarakan Munas di desa terpencil Kasugihan Cilacap di situ ditelorkan gagasan besar mengenai pembangunan Nasional dan konsep Ijtihad yang mampu menggerakkan dunia pemikiran Islam. Lalu tahun 1987 NU menyelenggarakan Munas di Bagu, sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Barat. Di situ NU mengeluarkan keputusan dibolehkannya wanita menjadi presiden, yang saat itu dianggap masih sangat controversial.
Sekarang NU kembali mengadakan Munas- Konbes di desa yaitu di pesantren Kempek di desa yang sederhana ini yang mungkin masih banyak kekurangan di sana sini, baik fasilitas maupun cara penyambutannya, yang memang semuanya dipersiapkan dengan mendadak. Tetapi kami berharap kekurangan yang ada ini tidak menghalangi kita untuk merumuskan dan melahirkan gagasan-gagasan besar seperti Munas-Kobes sebelumnya, yang diharapkan oleh umat dan bangsa ini. Karena para ulama, para kiai yang biasa hidup sederhana dan selalu bekerja keras, bisa berkarya besar tanpa harus dengan fasilitas lengkap. Banyak kaia melahirkan karya besar yang mempengaruhi dunia justeru dari pesantren terpencil.
Hadirin sekalian
Kali ini NU sengaja menyelenggarakan hajat penting ini di pesantren desa, karena NU saat ini bertekad untuk kembali ke pesantren, baik secara spirit dan secara fisik. Di tengah kehidipan yang serba materialistis dan pragmatis ini kita mencoba untuk kembali pada spirit pesantren yang mengutamakan nilai kejujuran, pengabdian, kesederhanaan, gotong royong, kebersamaan. Kembali secara spirit dan filosofis ini perlu disertai kembali secara fisik, karena dengan kembali ke pesantren, kita dihadapkan pada fasilitas seadanya, dilayani secara apa adanya. Tetapi dari sini bisa kita bangkitkan pola hidup sederhana dan kebersamaan.
Kita berani menyelenggarakan kegiatan nasional di desa karena melihat kesiapan masyarakatnya. Meskipun mereka tidak terbilang kaya, tetapi mereka dermawan yang siap membantu pelaksanaan Munas ini dengan penuh semangat dengan menyumbangkan harta dan tenaganya. Sejak menjelang munas mereka telah menyumbangkan beras, sapi, sayuran secara suka rela dan mereka melakukan kerjabakti membersihkan kampong, jalan dan saluran air demi menyambut peserta Munas. Ini menujukkan bahwa kswadayaan masyarakat masih ada, kegotongroyongan masih ada. Ini berarati Pancasila masih ada, Pancasila masih hidup dan berkembang di masyarakat dalam bentuk nyata. Itulah cara NU dan kaum pesantren ber-Pancasila.
Hadirin yang terhormat
Dengan menyenggarakan Munas di pesantren desa sebenarnya kita ingin menjunjung martabat rakyat ternyata mereka bisa. Hal itulah yang dilakukan rakyat ketika membantu memberikan perlindungan dan menyokong logistic tentara pejuang yang memerdekakan negeri ini. Dan ternyata semangat juang rakyat masih ada. Terbukti saat ini mampu menyelenggarakan Munas di Pesantren Kempek ini. Ini menunjukkan bahawa Semangat proklamasi semangat perjuangan 1945 maasih ada pada rakyat kita, walaupun mereka generasi baru, tetapi mendapatkan warisan spirit dari orang tua, guru dan para ulama, agar menjadi pejuang dan pembela Indonesia.
Cita-cita Rakyat, cita-cita bangsa itulah yang kemudian kita anggap menjadi tema Munas Alim Ulam dan Konbes NU ini mengangkat tema Kembali ke Khittah Indonesia 1945, yang tidak lain adalah ajakan untuk kembali pada semangat Proklamasi untuk membangun Indonesian yang merdeka dan berdaulat. Kermbali pada nilai-nilai luhur Pancasila dan juga kembali kepada amanat Mukadimah UUD 1945. Dari situ pula NU mengajak semua pihak untuk mengevaluasi proses perjalanan bangsa ini baik bidang peolitik, ekonomi dan budaya. Kebebasan perlu dibuka, tagar muncul kreativitas dan tanggung jawab. Semuanya akan dibahas dan diputuskan sebagai landasan kerja NU ke depan.
Sebagai tuan rumah sekali lagi kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananu Munas-Konbes ini kami ucapkan banyak terima kasih jaza kumullah khairal jaza. Dan juga kami tidak lupa mohon maaaf atas segala kelemahan, kekurangan dalam penyelenggaraaan Munas-Konbes ini, kekorang sopanan dalam menyambut para kiai, dan segenap undangan. Ini semua bukan kesengajaan tetapi hanya itu kemampuan kami. Maka semuanaya mohon dimaafkan. Wallaul muwafiq ila aqwamit thariq.
Cirebon, 17 September 2012
Dr. KH. Said Aqil Siroj
Hanya NU organisasi yang berani menyelenggarakan hajat nasional bertempat pesantren di desa terpencil. Tahun 1983-1984 lalu NU menyelenggarakan Munas dan Muktaar di desa terpencil Asembagus di Situbondo sana. Tetapi ingin di desa terpencil itu NU menegaskan kembali ke Khittah 1926 dan menegaskan di hadapan rakyat dan dihadapan presiden yang hadir di desa itu bahwa Pancasila dan NKRI harga mati. Tahun 1986 NU juga menyelenggarakan Munas di desa terpencil Kasugihan Cilacap di situ ditelorkan gagasan besar mengenai pembangunan Nasional dan konsep Ijtihad yang mampu menggerakkan dunia pemikiran Islam. Lalu tahun 1987 NU menyelenggarakan Munas di Bagu, sebuah desa terpencil di Nusa Tenggara Barat. Di situ NU mengeluarkan keputusan dibolehkannya wanita menjadi presiden, yang saat itu dianggap masih sangat controversial.
Sekarang NU kembali mengadakan Munas- Konbes di desa yaitu di pesantren Kempek di desa yang sederhana ini yang mungkin masih banyak kekurangan di sana sini, baik fasilitas maupun cara penyambutannya, yang memang semuanya dipersiapkan dengan mendadak. Tetapi kami berharap kekurangan yang ada ini tidak menghalangi kita untuk merumuskan dan melahirkan gagasan-gagasan besar seperti Munas-Kobes sebelumnya, yang diharapkan oleh umat dan bangsa ini. Karena para ulama, para kiai yang biasa hidup sederhana dan selalu bekerja keras, bisa berkarya besar tanpa harus dengan fasilitas lengkap. Banyak kaia melahirkan karya besar yang mempengaruhi dunia justeru dari pesantren terpencil.
Hadirin sekalian
Kali ini NU sengaja menyelenggarakan hajat penting ini di pesantren desa, karena NU saat ini bertekad untuk kembali ke pesantren, baik secara spirit dan secara fisik. Di tengah kehidipan yang serba materialistis dan pragmatis ini kita mencoba untuk kembali pada spirit pesantren yang mengutamakan nilai kejujuran, pengabdian, kesederhanaan, gotong royong, kebersamaan. Kembali secara spirit dan filosofis ini perlu disertai kembali secara fisik, karena dengan kembali ke pesantren, kita dihadapkan pada fasilitas seadanya, dilayani secara apa adanya. Tetapi dari sini bisa kita bangkitkan pola hidup sederhana dan kebersamaan.
Kita berani menyelenggarakan kegiatan nasional di desa karena melihat kesiapan masyarakatnya. Meskipun mereka tidak terbilang kaya, tetapi mereka dermawan yang siap membantu pelaksanaan Munas ini dengan penuh semangat dengan menyumbangkan harta dan tenaganya. Sejak menjelang munas mereka telah menyumbangkan beras, sapi, sayuran secara suka rela dan mereka melakukan kerjabakti membersihkan kampong, jalan dan saluran air demi menyambut peserta Munas. Ini menujukkan bahwa kswadayaan masyarakat masih ada, kegotongroyongan masih ada. Ini berarati Pancasila masih ada, Pancasila masih hidup dan berkembang di masyarakat dalam bentuk nyata. Itulah cara NU dan kaum pesantren ber-Pancasila.
Hadirin yang terhormat
Dengan menyenggarakan Munas di pesantren desa sebenarnya kita ingin menjunjung martabat rakyat ternyata mereka bisa. Hal itulah yang dilakukan rakyat ketika membantu memberikan perlindungan dan menyokong logistic tentara pejuang yang memerdekakan negeri ini. Dan ternyata semangat juang rakyat masih ada. Terbukti saat ini mampu menyelenggarakan Munas di Pesantren Kempek ini. Ini menunjukkan bahawa Semangat proklamasi semangat perjuangan 1945 maasih ada pada rakyat kita, walaupun mereka generasi baru, tetapi mendapatkan warisan spirit dari orang tua, guru dan para ulama, agar menjadi pejuang dan pembela Indonesia.
Cita-cita Rakyat, cita-cita bangsa itulah yang kemudian kita anggap menjadi tema Munas Alim Ulam dan Konbes NU ini mengangkat tema Kembali ke Khittah Indonesia 1945, yang tidak lain adalah ajakan untuk kembali pada semangat Proklamasi untuk membangun Indonesian yang merdeka dan berdaulat. Kermbali pada nilai-nilai luhur Pancasila dan juga kembali kepada amanat Mukadimah UUD 1945. Dari situ pula NU mengajak semua pihak untuk mengevaluasi proses perjalanan bangsa ini baik bidang peolitik, ekonomi dan budaya. Kebebasan perlu dibuka, tagar muncul kreativitas dan tanggung jawab. Semuanya akan dibahas dan diputuskan sebagai landasan kerja NU ke depan.
Sebagai tuan rumah sekali lagi kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananu Munas-Konbes ini kami ucapkan banyak terima kasih jaza kumullah khairal jaza. Dan juga kami tidak lupa mohon maaaf atas segala kelemahan, kekurangan dalam penyelenggaraaan Munas-Konbes ini, kekorang sopanan dalam menyambut para kiai, dan segenap undangan. Ini semua bukan kesengajaan tetapi hanya itu kemampuan kami. Maka semuanaya mohon dimaafkan. Wallaul muwafiq ila aqwamit thariq.
Cirebon, 17 September 2012
Dr. KH. Said Aqil Siroj
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,6-id,39732-lang,id-c,taushiyah-t,Sambutan+Ketua+Umum+PBNU-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar