Mujahadah tokoh Alawiyin (2)
Syaikh Abu Bakar bin Salim,
pernah tinggal selama beberapa lama, berpuasa tanpa berbuka kecuali
kurma keras. Juga pernah berdiam selama empat puluh tahun melaksanakan
shalat Subuh dengan wudhlu’ dari shalat Isya’.
Dikisahkan oleh salah seorang murid
beliau Syaikh Hasan Basyu’aeb, bahwa beliau pernah merasa lapar selama
satu atau dua minggu. Bahkan pernah melalui masa satu tahun tanpa
memejamkan mata. Dikisahkan, beliau di Yabkhar pernah tidak makan selama
sembilan puluh hari, artinya tiga bulan. Dan bahwa beliau pernah
melaksanakan shalat Subuh dengan wudhu’ Isya’ selama empat puluh tahun.
Setiap malam beliau pergi berziarah ke pekuburan di kota Tarim. Kemudian
kembali dan melaksanakan shalat Subuh di Masjid Ba’isa di Lasik.
Beliau berkata: “Saya pernah mendengar kakek saya Syaikh Ahmad bin Hasan Basyu’aeb, bahwa beliau membaca kitab Al-Minhâj sebanyak tiga kali. Dan melalui kisah dari beliau atau orang lain, bahwa kakeknya sudah membaca kitab Al-Ihyâ sebanyak empat puluh kali.
Syaikh Abdullah bin Alawi al-Haddad sejak
kecil melakukan shalat sebanyak dua ratus rakaat di masjid Bani Alawi.
Apabila pulang dari tempat pendidikan pada waktu Dhuha, beliau suka
mengunjungi beberapa masjid bersama rekan belajarnya, Syaikh Ahmad bin
Abdullah Bilfaqih. Lalu masing-masing melakukan shalat seratus rakaat.
Beliau juga banyak membaca zikir terutama ucapan “lâ ilâha illallâh” bahkan ketika sedang berbincang-bincang dengan orang lain ataupun sedang belajar.
Syaikh Ahmad bin Zein al-Habsyi pada masa
kanak-kanak, beliau sudah cenderung, berupaya dan berambisi untuk
meningkatkan perbuatan-perbuatan baik dan kebaktian, khususnya dalam
bidang menuntut ilmu. Beliau suka melakukan perjalanan ke kota-kota
sekitarnya, sejak dari al-Ghirfah, ke Syibam, Turais dan Sewun dengan
berjalan kaki sampai ke Tarim dalam rangka menuntut ilmu. Tanpa
mempersoalkan masalah makan. Beliau makan seadanya. Menekan diri hidup
dengan sederhana, sehingga sudah merasa cukup dengan hanya tiga suap.
Bahkan tidak mampu makan lebih dari tiga suap. Adakalanya beliau
berhasrat kepada makanan-makanan yang baik, tetapi ia tidak dapat
memakannya karena usus-ususnya sudah menyempit sehingga tidak dapat
memuatnya.
Salah seorang guru kami Al-’ârif billâh
Habib Hasan bin Shalih al-Bahar juga memiliki kepribadian serupa,
sebagaimana hal itu kami dengar dari orang-orang terpercaya. Seorang
guru kami yang juga merupakan guru dari para guru kami Al-’ârif billâh Habib Idrus bin Umar al-Habsyi menanyakan kisah tersebut kepada guru beliau Habib Hasan, lalu beliau pun membenarkannya.
Di antaranya membatasi makan, tekun melakukan riyadhah
(latihan jiwa), sampai jiwanya tidak dapat menerima makanan. Apabila
sesekali ia makan roti milik ibunya, maka roti itu tidak dapat bertahan
di perutnya, tetapi cenderung hendak keluar, lalu ia pun
mengeluarkannya. Ia pun tinggal sekian lama dalam rangka menuntut ilmu
di Tarim kepada al-Aswadain dengan hanya makan kurma dan air.
Guru kami yang juga guru para guru kami
Habib Idrus berkata: “Habib Hasan bin Shalih suka bepergian ke Tarim
untuk menuntut ilmu. Beliau bersama dengan Mu’allim Abdullah bin Salim
bin Sumair, keduanya tinggal beberapa lama di sana tanpa makanan kecuali
sedikit kurma untuk pagi dan petang dalam rangka melatih jiwa dan dalam
rangka meneladani beliau SAW. yang mana Rasul SAW. pernah melalui masa
dua bulan tanpa makanan kecuali kurma dan air.
Lebih lanjut Habib Hasan berkata kepada
Mu’allim Abdullah: “Marilah kita ganti makanan kita dengan tepung masam
dan bukan kurma. Sebab cahaya dari makanan tepung lebih utuh dan lebih
sempurna dibanding kurma.” Mu’allim menjawab: “Cukuplah bagi kita cahaya
kurma, tidak perlu kita memperluas ke cahaya tepung.”
Demikian diriwayatkan oleh salah seorang
ulama besar muridnya, yaitu Habib Ubaidullah bin Muhsin as-Saggaf yang
telah menghimpun ucapan-ucapan beliau.
Yang dimaksud dengan makanan “tepung masam” di atas, adalah makanan sejenis adonan tepung yang minyaknya sudah dikeluarkan.
Pada masa-masa beliau tinggal di Syibam,
maka beliau berbuka dalam bulan Ramadhan dengan hanya roti jagung yang
kerapkali bersifat kurang bersih dan tidak lezat. Disertai dengan minum
kopi. Bahkan beliau juga melakukan puasa selama beberapa hari tanpa
merasakan minum kopi sekalipun di dalam berbuka.
Beliau banyak membaca al-Quran di dalam
shalat dua rakaat. Pada malam-malam tertentu, beliau suka membaca Surat
al-Ikhlâsh sampai sembilan puluh ribu kali. Dan terjadi beberapa kali,
beliau membaca Surat Yaa Siin sebanyak empat puluh kali di dalam satu
kali duduk. Secara rutin membaca kalimat tauhid. Maka tersingkaplah
kepada beliau berbagai kasyf (penglihatan ke alam gaib) yang penting.
Masa-masa ketika beliau tinggal di Tarim, tidak lain hanya sekedar untuk mengistirahatkan kepala beliau.
Pernah terjadi pada awal beliau menjadi
populer, ketika itu beliau tinggal di Tarim, tiba-tiba ada tiga ekor
ayam jantan naik ke atas dinding tempat beliau berada. Lalu salah seekor
daripadanya mengajaknya berbicara dengan bahasa yang jelas dan uraian
yang fasih.”
Terdapat cerita-cerita lain tentang mujahadahnya dan juga keanehan-keanehan dalam jumlah banyak.
Demikian juga salah seorang guru dari para guru kami Imam Besar Abdullah bin Husain bin Thahir. Beliau melakukan mujahadah-mujahadah
yang berat dalam upaya menjaga waktu, mengerahkan perhatian untuk
berzikir dan berdoa. Setiap hari beliau membaca 25.000 (dua puluh lima
ribu) kali “lâ ilâha illallâh”, 25.000 kali “yâ Allâh”,
dan bershalawat kepada Nabi SAW. sebanyak 25.000 kali. Masih ditambah
dengan berbagai wirid dan zikir. Beliau suka mandi dan memakai minyak
wangi setiap hendak melaksanakan ibadah wajib.
Pernah ada seseorang yang memberi hadiah
sebuah jam kepada beliau dan mengajarkan kepada beliau cara
menjalankannya. Tiba-tiba jam itu tidak berjalan. Beliau ditanya tentang
jam itu. Lalu menjawab: “Saya tidak punya waktu untuk menjalankannya.”
Habib Umar bin Zein bin Smith termasuk seorang ahli mujahadah yang ulung. Beliau pernah tinggal selama sekitar tujuh belas tahun tanpa menempatkan punggungnya ke lantai.
Habib Shalih bin Abdullah Al-’Aththas, pada awalnya beliau memiliki berbagai jenis mujahadah.
Tinggal di Makkah selama tiga bulan tanpa makanan kecuali air zam-zam.
Beliau selalu perhatian kepada Allah sekalipun berada di tengah khalayak
ramai dan mengucilkan diri dari mereka.
Habib Abu Bakar Al-’Aththas memiliki berbagai ragam mujahadah
dan zikir. Di antara wirid beliau setiap malam adalah membaca Surat Yâ
Sîn seribu kali. Kemudian menguranginya pada akhir usia beliau sebatas
dua ratus lima puluh kali setiap malam. Guru kami mengatakan: “Kami
belum pernah melihat sedikit pun dari wirid-wirid beliau yang lain
(selain Surat Yâ Sîn –pen).” Atau ucapan seperti itu.
Habib Thahir bin Umar al-Haddad tidak
tidur pada malam hari selain hanya tiga jam saja. Seluruh waktunya
dikerahkan untuk tugas-tugas ibadah, tidak pernah kosong.
Guru kami mengatakan: “Abid-abid dari
kalangan kami pada zaman ini adalah Thahir bin Umar al-Haddad, Abdullah
bin Hasan al-Bahar, Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur, dan Zain bin
Shalih bin Aqil bin Salim.”
Menurut pendapat kami, mereka juga
memiliki berbagai metode-metode, upaya-upaya mengerahkan perhatian, juga
konsenstrasi dalam ibadah yang terlalu panjang lebar untuk dijelaskan.
Kakek kami Habib Abdullah bin Thaha
al-Haddad, tergolong orang yang memfokuskan diri ke arah keilmuan dan
ibadah, disertai sikap zuhud dan kesederhanaan. Selanjutnya beliau pun
dikuasai suasana zikir hati dan lidah, baik pada malam maupun siang
hari, dalam keadaan terjaga maupun tidur, sehingga beliau dijuluki “si
tukang bergumam”, karena banyak bergumam di dalam dzikrullah,
bershalawat serta salam kepada Rasulullah SAW. Seperti itu pula sikap
putra beliau, yaitu paman kami Habib Shalih bin Abdullah al-Haddad.
Sementara guru kami penyusun kitab
manaqib, maka sudah kami jelaskan sebagian dari kepribadian beliau pada
pasal pertama yang lalu. Berikut nanti akan kami tambahkan dengan
beberapa hal yang belum dijelaskan.
Sumber : Kitab Uqudul Almas karya sayid Alwi bin Thahir al-Haddad.
sumber:http://benmashoor.wordpress.com/2009/08/25/mujahadah-tokoh-alawiyin-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar