ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Jumat, 08 Februari 2013

Pemiskinan di Tengah Kekayaan Alam

========================
Pemiskinan di Tengah Kekayaan Alam
============================

Gelombang pemiskinan terjadi lagi di Tanah Air yang dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang sebelumnya telah didahului melambung dan langkanya minyak goreng, terigu, minyak tanah serta gas, sehingga banyak usaha kecil dan menengah yang ambruk. Ribuan pedagang, mulai dari penjual gorengan, bakso, mi dorong hingga warung tegal pun rontok secara bergiliran. Sebelumnya, perusahaan roti dan tempe banyak yang gulung tikar karena melambungnya bahan baku.

Semua kenaikan itu menyebabkan ambruknya usaha rakyat yang berakibat terjadinya kemiskinan massal. Hal ini terjadi akibat kebijakan ekonomi politik pemerintah yang tidak memihak pada kepentingan rakyat dan kepentingan bangsa, melainkan hanya berpihak pada kepentingan pengusaha besar. Mereka disubsidi habis-habisan, mendapatkan akses bank yang sangat besar. Sementara, usaha rakyat satu persatu dipreteli lewat berbagai keputusan politik yang kolutif.

Ketahuilah bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia dikaruniai kekayaaan yang sangat melimpah, mulai dengan tanah yang subur yang bisa ditanami berbagai bahan kebutuhan. Laut dengan kekayaan yang tak terbatas, serta tanah yang mengandung beraneka tambang mulai dari minyak, gas, emas, batubara dan sebagainya. Apabila kekayaan tersebut diambil dan dikelola dengan semestinya, tentu akan menjadikan bangsa ini kaya raya. Hanya saja karena kesalahan para pemimpin, maka kita menjadi miskin di tengah alam yang kaya raya.

Sejak orde baru berdiri, negeri ini telah kehilangan kedaulatannya, seluruh sektor kehidupan mulai dari politik, ekonomi, pendidikan kebudayaan semuanya diatur oleh pihak asing yang memberikan hutang pada Indonesia. Akibat yang paling fatal adalah penguasaan pada sumber alam. Pada awalnya monopoli asing terhadap sumber alam itu masih belum seberapa, tetapi hari demi hari semakin terpusat. Lebih celaka lagi bangsa ini dijebak dengan berbagai hutang yang takterbayarkan baik karena dimanipulasi negara pemberi utang maupun dikorupsi peminjamnya.

Dulu ketika Indonesia masih sebagai negara pengekspor minyak, bangsa ini menjadi makmur ketika terjadi kenaikan harga minyak dan gas. Tetapi ketika seluruh sumber alam telah dikuasai asing, maka seluruh hasil tambang tidak lagi membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Seperti kenaikan harga minyak dunia saat ini, semestinya Indonesia menjadi negara petro dollar. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Indonesia malah mengalami kerugian besar, karena terjadi pembuletan logika, negeri ini sebagai eksportir tetapi juga sekaligus sebagai importir.

Ketika kekayaan alam terutama minyak dan gas yang melimpah itu semuanya telah menjadi milik orang lain, karena kelengahan para pemimpin politik yang mengambil keputusan. Akhirnya negara tidak berkutik menghadapi para pengusaha asing pemilik sumber alam kita. Mereka mengeskploitasi sumber alam kita untuk keperluan negara mereka, bangsa Indonesia hanya diberi sisanya, sementara keseluruhan biaya investasi ditanggung bangsa ini.

Para elit politik kita yang sudah tidak berdaya itu dengan mudah didikte, sehingga perusahaan-perusahaan milik negara yang lain, juga satu-persatu mulai diserahkan pada perusahaan asing, seperti Indosat dan beberapa pabrik semen. Sementara itu, banyak pula perusahaan-perusahaan yang juga akan segera dijual seperti Garuda Indonesia, pertambangan-pertambangan, PLN dan Krakatau Steel, yang merupakan industri dasar yang selama ini menjadi penopang industri nasional.

Karenanya, bangsa Indonesia mesti menghentikan proses swastanisasi (perampokan) perusahaan negara, sebab kalau ini diteruskan bangsa ini akan semakin miskin dan tak berdaya. Secara lebih tegas bangsa ini harus berani melakukan upaya nasionalisasi terhadap berbagai perusahaan milik negara yang saat ini dikuasai asing.

Memang dibutuhkan pemerintahan yang kuat dan berani dan rakyat harus dimilitansi, karena nasionalisasi akan mendapat tantangan yang berat, bukan hanya dari perusahaan kapitalis dan imperialis asing, tetapi juga dari bangsa sendiri yang telah kehilangan kepedulian pada rakyat dan telah kehilangan komitmen terhadap negara dan bangsa.

Langkah ini pernah dilakukan bangsa Indonesia sesaat setelah kemerdekaan, sehingga bangsa kita waktu itu tidak hanya memproklamasikan kemerdekaan secara politik, tetapi juga diikuti kemerdekaan secara ekonomi dengan secara bertahap menasionalisasi seluruh perusahaan kolonial yang menghisap kekayaan bangsa ini.

Hanya cara ini yang bisa menyelamatkan negeri ini. Sudah banyak contoh baik di Asia maupun di Amerika Latin, setelah mereka mampu menasionalisasi sistem politik dan sistem ekonominya, negara menjadi segera bangkit dan rakyat menjadi sejahtera sehingga menjadi bangsa yang bermnartabat.

Usaha nasionalisiasi ini memang butuh perjuangan, sebagaimana usaha untuk kemerdekaan, tetapi sesulit apapun langkah ini harus diperjuangkan walaupun pemerintah berjanji pada para perusahaan kolonial tidak akan melakukan hal ini. Tetapi rakyat dan bangsa harus tetap melakukannya demi kemakmuran rakyat dan kejayaan bangsa. 

sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,3-id,12328-lang,id-c,analisa+berita-t,Pemiskinan+di+Tengah+Kekayaan+Alam-.phpx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar