Kedudukan Ilmu Nasab
Berfirman Allah swt dalam alquran :
‘Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan, dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa,
supaya kamu mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di
sisi Allah ialah yang paling bertaqwa’.[1]
Diriwayatkan oleh Ibu Asakir dari Abdullah bin Abbas, Rasulullah saw bersabda :
‘Aku
adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin
Firh (Quraisy) bin Malik (bin al-Nadhir) bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ah bin Adnan’.[2]
Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Saad :
‘Ketika
aku bertanya kepada Rasulullah saw : Siapakah aku ini ya Rasulullah saw
? Beliau saw menjawab : ‘Engkau adalah Saad bin Malik bin Wuhaib bin
Abdi Manaf bin Zuhrah. Siapa saja yang mengatakan selain dari pada itu,
maka baginya laknat Allah’.[3]
Diriwayatkan oleh Khalifah bin Khayyat dari Amr bin Murrah al-Juhni :
‘Pada
suatu hari aku berada di sisi Rasulullah saw kemudian beliau saw
bersabda : ‘Siapa yang berasal dari keturunan Maad hendaklah berdiri’.
Maka aku berdiri tetapi Rasulullah saw menyuruhku duduk hingga tiga
kali. Lalu aku bertanya : Dari keturunan siapa kami ya Rasulullah ?
Beliau saw menjawab : ‘Engkau dari keturunan Qudha’ah bin Malik bin
Humair bin Saba’.[4]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda :
‘Pelajarilah
silsilah nasab kalian agar kalian mengenali tali darah kalian, sebab
menyambung tali darah dapat menambah kasih sayang dalam keluarga,
menambah harta dan dapat menambah usia’.
Berkata Umar bin Khattab :
‘Pelajarilah
silsilah nasab kalian, janganlah seperti kaum Nabat hitam jika salah
satu di antara mereka ditanya dari mana asalnya, maka ia berkata dari
desa ini’.
Imam al-Halimi berkata :
‘Hadits-hadits
tersebut menjelaskan tentang arti pertalian nasab seseorang sampai
kepada leluhurnya, dan apa yang dikatakan nabi Muhammad saw tentang
nasab tersebut bukanlah suatu kesombongan atau kecongkakan, sebaliknya
hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan dan martabat mereka’.
Di
lain riwayat dikatakan bahwa itu bukan suatu kesombongan akan tetapi
hal itu merupakan isyarat kepada ni’mat Allah swt, yaitu sebagai tahadduts bi al-ni’mah. Sedangkan Imam Ibnu Hazm berpendapat bahwa mempelajari ilmu nasab adalah fardhu kifayah.
Pengarang kitab al-Iqdu al-Farid, Abdul al-Rabbih berkata :
‘Siapa
yang tidak mengenal silsilah nasabnya berarti ia tidak mengenal
manusia, maka siapa yang tidak mengenal manusia tidak pantas baginya
kembali kepada manusia’.
Dalam Mukaddimah al-Ansab, al-Sam’ani berkata :
‘Dan
ilmu silsilah nasab merupakan ni’mat yang besar dari Allah swt, yang
karena hal itu Allah swt memberikan kemuliaan kepada hambanya. Karena
dengan ilmu silsilah mempermudah untuk menyatukan nasab-nasab yang
terpisah-pisah dalam bentuk kabilah-kabilah dan kelompok-kelompok,
sehingga dengan ilmu silsilah nasab menjadi sebab yang memudahkan
penyatuan tersebut’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar