ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Jumat, 08 Februari 2013

Kemerdekaan untuk Mengatasi Kesenjangan

===============
Kemerdekaan untuk Mengatasi Kesenjangan
===============================

Peristiwa kemerdekaan bagi bangsa yang pernah terjajah memang merupakan peristiwa yang sangat mengesankan, karena dari sana semua harapan bisa tumbuh dan berkembang. Karena itu ulang tahun kemerdekaan dirayakan secara spontan oleh rakyat dari desa hingga kota, tanpa perlu ada seruan dari penguasa manapun, baik penguasa politik, penguasa ekonomi atau penguasa kebudayaan termasuk penguasa keagamaan.

Tampaknya melakukan kegiatan bersyukur telah menjiwai bangsa ini, berbagai peristiwa lain boleh dilupakan tetapi peristiwa kemerdekaan akan selalu dikenang, bahkan terus dijadikan motivasi untuk melakukan perjuangan. Perjuangan bangsa ini memang belum selesai, bahkan semakin hancurnya sistem politik karena diatur dengan sistem demokrasi liberal keadaaan politik semakin kacau. Tidak ada pengabdian baik pada rakyat maupun negara. Karena itu negeri ini mengalami kesenjangan sosial yang luar biasa.

Saat ini banyak orang terlampau kaya, yang bisa memiliki rumah, kendaraan serba mewah dengan beaya sekolah yang sangat mahal. Bisa dilihat berbagai restoran mewah dan super mewah yang bertebaran di seluruh penjuru kota penuh sesak dengan antrean pembeli kelas berada. Sebaliknya bisa dilihat ribuan warga miskin yang berdesakan menunggu bantuan langsung tunai, antrean berbagai macam santunan, karena mereka keksulitan makan. Juga ribuan anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan mereka karena tidak tersedia dana.

Bagi komunitas yang linuwih (affluence society) juga selalu menuntut kebebasan yaitu kebebasan untuk berbicara, kebebasasn berekspresi, kebebasan berkumpul. Sebagai kebebasan bagi kelompok yang mapan dan berkecukupan, yang tidak peduli pada penderitaan rakyat. Inilah yang kemudian dianggap sebagai indikator demokrasi, yaitu demokrasi liberal yang hanya memfasilitsi orang kaya. Demokrasi hanya untuk memenuhi nafsu seolah kebebasan itu tanpa batas, persis nafsu mereka yang tidak mengenal batas.

Sebaliknya bangsa Indonesia yang dengan tekun dan hikmat merayakan kemerdekaan sebenarnya dalam diri mereka sedang melakukan cita-cita untuk memperoleh kemerdekaan kembali, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari keterbelakangan, merdeka dari berbagai penderitaan. Tetapi sayangnya aspirasi itu tidak terbaca oleh para pimpinan yang hanya silau oleh kibaran bendera, namun tidak mampu merasakan getaran hati masyarakat yang mengibarkan.

Sejarah revolusi, sejarah perjuangan hingga proklamasi itu direproduksi terus menerus seoleh peristiwa yang terjadi 65 tahun yang lalu itu seolah terjadi kemarin sore atau paling lama seminggu yang lalu. Dengan adanya kesadaran sejarah itu semangat proklamasi terus membara, sehingga menjadi pendorong penting bagi masyarakat untuk memperjuangkan nasibnya sekarang ini.

Di tengah pelaksanaan demokrasi liberal ini kedaulatan rakyat lenyap, orang baru tersadar dan tiba-tiba menanyakan dengan nada bingung ada di mana kedaulatan rakyat. Bagi pemeluk demokrasi liberal fanatik mereka hanya bingung, tidak mampu mengetahui sebabnya. Karena itu dengan naif terus mencari kedaulatan rakyat dalam demokrasi kapitalis itu, yang dikiranya ada dimensi kerakyatannya.

Itulah yang pertama kali diperjuangkan para tokoh pejuang kemerdekaan, yakni kemerdekaan nasional, untuk memperoleh kedaulatan negara dan bangsa, bukan kedaulatan rakyat itu sendiri. Kedaulatan rakyat tidak ada tanpa kedaulatan negara, kedaulatan rakyat hanya bisa diwujudkan setelah terbangun kedaulatan negara. Proses ini yang selalu dilupakan, karena rakyat takut pada bangsa dan takut pada negara. Sebuah cara pandanga keliru yang perlu diluruskan. Di situlah perjuangan kemerdekaan harus dimulai.

sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,3-id,13568-lang,id-c,analisa+berita-t,Kemerdekaan+untuk+Mengatasi+Kesenjangan-.phpx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar