Habib Luthfi: Hari Lahir itu Tantangan
===============
Brebes, NU Online
Peringatan suatu kelahiran bukanlah suatu kebanggaan tetapi merupakan tantangan. Tantangan untuk menghadapi melewati jembatan emas kehidupan berikutnya. Jangan hanya bangga dengan apa yang telah diperoleh sementara jembatan emas yang masih terlalu panjang belum dilewati.
Demikian dinyatakan Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an-Nahdiyah Habib Luthfi bin Yahya saat menyampaikan ceramah pada peringatan harlah ke-35 MTs Negeri Brebes di halaman sekolah, Senin (6/1).
Untuk itu, kata Habib, sebagai generasi muda jangan sampai mengecewakan diri sendiri, orang tua, guru-guru, pemerintah Kabupaten Brebes dan bangsa Indonesia. Sebagai siswa harus mampu menorehkan prestasi sebagai wujud bakti kita kepada mereka.
Habib mengingatkan, bahwa Al Quran itu tidak hanya mengajak umat manusia untuk bertakwa, menceritakan surga dan neraka saja. Tetapi ada berbagai ilmu yang terkandung di dalamnya belum bisa terkuak oleh umat Islam sendiri.
Pada siswa siswi MTs N Model Brebes, Habib Luthfi berpesan untuk tidak hanya bangga sebagai alumni MTs sementara tidak mampu membuktikan diri. Jadilah ekonom, dokter spesialis, ahli pertanian, teknokrat dan lainnya tetapi memiliki kemampuan ahli quran, beriman, dan bertakwa.
Mampu membedah Al Quran yang memiliki kandungan ilmu dunia akhirat. “Untuk itu, gunakan waktu seefektif mungkin untuk menimba ilmu sejak dini,” pesan Habib.
Kepada para siswa, juga jangan lupa menyiapkan buku harian belajar. Dalam artian ketidakmampuan saat menangkap pelajaran hendaklah dicatat terus untuk ditanyakan kepada guru segala kesulitan pelajaran yang dihadapinya.
Habib menceritakan betapa Sunan Ampel yang memiliki 11 anak tetapi seluruhnya berhasil. Begitupun tokoh pewayangan yang digambarkan oleh Sunan Kalijaga, pada hakekatnya gambaran kebaikan dan keburukan. Seperti tubuh hitam yang dimiliki oleh Kresna, Werkudara dan Semar memiliki tubuh hitam yang menggambarkan keteguhan jatidiri.
Para tokoh yang ada di diri para Wali Sanga, lanjutnya, juga ada pada para siswa. “Para siswa, penerus perjuangan yang terdahulu,” tuturnya.
Ceramah Habib Luthfi ditutup dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba dan pementasan kreatifitas siswa. Antara lain tari saman, drama dengan bahasa inggris yang mengambil lakon Siti Masithoh serta penampilan hadrah dan band siswa.
Peringatan suatu kelahiran bukanlah suatu kebanggaan tetapi merupakan tantangan. Tantangan untuk menghadapi melewati jembatan emas kehidupan berikutnya. Jangan hanya bangga dengan apa yang telah diperoleh sementara jembatan emas yang masih terlalu panjang belum dilewati.
Demikian dinyatakan Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an-Nahdiyah Habib Luthfi bin Yahya saat menyampaikan ceramah pada peringatan harlah ke-35 MTs Negeri Brebes di halaman sekolah, Senin (6/1).
Untuk itu, kata Habib, sebagai generasi muda jangan sampai mengecewakan diri sendiri, orang tua, guru-guru, pemerintah Kabupaten Brebes dan bangsa Indonesia. Sebagai siswa harus mampu menorehkan prestasi sebagai wujud bakti kita kepada mereka.
Habib mengingatkan, bahwa Al Quran itu tidak hanya mengajak umat manusia untuk bertakwa, menceritakan surga dan neraka saja. Tetapi ada berbagai ilmu yang terkandung di dalamnya belum bisa terkuak oleh umat Islam sendiri.
Pada siswa siswi MTs N Model Brebes, Habib Luthfi berpesan untuk tidak hanya bangga sebagai alumni MTs sementara tidak mampu membuktikan diri. Jadilah ekonom, dokter spesialis, ahli pertanian, teknokrat dan lainnya tetapi memiliki kemampuan ahli quran, beriman, dan bertakwa.
Mampu membedah Al Quran yang memiliki kandungan ilmu dunia akhirat. “Untuk itu, gunakan waktu seefektif mungkin untuk menimba ilmu sejak dini,” pesan Habib.
Kepada para siswa, juga jangan lupa menyiapkan buku harian belajar. Dalam artian ketidakmampuan saat menangkap pelajaran hendaklah dicatat terus untuk ditanyakan kepada guru segala kesulitan pelajaran yang dihadapinya.
Habib menceritakan betapa Sunan Ampel yang memiliki 11 anak tetapi seluruhnya berhasil. Begitupun tokoh pewayangan yang digambarkan oleh Sunan Kalijaga, pada hakekatnya gambaran kebaikan dan keburukan. Seperti tubuh hitam yang dimiliki oleh Kresna, Werkudara dan Semar memiliki tubuh hitam yang menggambarkan keteguhan jatidiri.
Para tokoh yang ada di diri para Wali Sanga, lanjutnya, juga ada pada para siswa. “Para siswa, penerus perjuangan yang terdahulu,” tuturnya.
Ceramah Habib Luthfi ditutup dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang lomba dan pementasan kreatifitas siswa. Antara lain tari saman, drama dengan bahasa inggris yang mengambil lakon Siti Masithoh serta penampilan hadrah dan band siswa.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,49261-lang,id-c,nasional-t,Habib+Luthfi++Hari+Lahir+itu+Tantangan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar