Legenda Ranu Grati
Ki Ageng Bangil mengambil telur ular sanca di hutan, untuk mengobati
istrinya (Purwosari) yang sakit lumpuh. Setelah meminum telur ular sanca itu,
secara ajaib kaki Purwosari sembuh. Tapi sepasang ular sanca raksasa pemilik
telur itu mengamuk di kampung Bangil, untuk mengambil telurnya. Sepasang ular
sanca itu berhasil dikalahkan Ki Ageng Bangil dengan tongkat emas yang sakti.
Tahu kalau telurnya sudah diminumkan ke istrinya, ular sanca kembang mengutuk,
kalau anak yang tengah dikandung Purwosari akan segera lahir dengan kulit
bersisik ular. Kutukan itu benar terjadi, karena bayi perempuan yang dilahirkan
Purwosari, kulitnya berisisik seperti ular.
Untuk menutupi aib, Ki Ageng Bangil mengungsikan anak dan
istrinya di sebuah gubuk di tengah hutan. Tapi Purwosari sangat menyayangi
anaknya dan diberi nama Grati. Sepasang ular sanca memberi tahu, bahwa sisik
ular di kulit Grati akan hilang kalau ada yang berhasil mengeluarkan mustika
merah delima dari dalam tubuhnya. Tapi mustika merah delima itu harus
diserahkan kepada sepasang ular sanca, karena merupakan intisari dari telur
yang diminum Purwosari. Jika mustika itu keluar tapi hilang, Grati akan dimakan
sebagai gantinya. Merasa bersalah, Ki Ageng Bangil membuang tongkat emasnya di
kawah gunung berapi.
__________________________________________________________________
Setelah 10 tahun berlalu.
Grati tumbuh sebagai Gadis cilik bersisik ular. Ia tidak dibolehkan keluar dari
hutan dan hanya bermain dengan berbagai jenis ular, termasuk sepasang ular
sanca yang selalu mengawasi sekaligus melindungi. Suatu ketika, ada bocah
laki-laki (Ranu) tersesat di hutan dan terjebak lumpur hidup. Grati menolongnya. Sejak itu Ranu dan
Grati berteman.
__________________________________________________________________
Sementara itu di desa Pakis, Ki Lurah Pakis (ayahnya Ranu) yang mau mengambil empedu ular raja kobra malah kena patok. Akibat bisa ular itu, Ki Lurah Pakis mengalami sakit kepala tengleng. Menurut Ki Sronen (pawang ular) sakit kepala tengleng Ki Lurah pakis hanya bisa disembuhkan dengan mustika ular. Perburuan ularpun segera dilakukan. Grati dan para ular melakukan perlawanan. Tapi suling ajaib yang ditiup Ki Sronen mampu melumpuhkan semua ular. Bahkan Grati dibikin tak berdaya oleh suara suling. Melihat cahaya merah delima memancar dari dada Grati, Ki Sronen langsung yakin, kalau mustika ular itu ada di dalam tubuh Grati. Dengan suling ajaib, Ki Sronen berusaha mengeluarkan mustika dari tubuh Grati. Grati kejang-kejang oleh suara suling. Anehnya, sisik-sisik ular ditubuh Grati berontokan dan menjadi kepingan emas. Ki Lurah Pakis dan istrinya yang tamak, segera mengambili semua kepingan emas itu. Setelah sisik terakhir terlepas, mustika berwarna merah delima juga keluar dari dalam tubuh Grati.
Dengan meminum air
rendaman mustika itu, sakit kepala tengleng Ki Lurah Pakis berhasil
disembuhkan. Ki Ageng Bangil datang meminta mustika itu untuk dikembalikan pada
sepasang ular sanca. Tapi Ki Lurah Pakis tidak mau memberikan mustika, kecuali
ditukar dengan tongkat emas milik Ki Ageng Bangil. Karena tongkat emas itu
sudah dibuang dikawah gunung berapi, Grati berniat mengambilnya. Diam-diam Ranu
mengikuti. Setelah melewati berbagai halangan, Ranu dan Grati berhasil
mengambil tongkat emas itu. Tapi Ki Lurah Pakis tidak mau menyerhkan mustika ular.
Bahkan Ki Lurah Pakis dan Ki Sronen malah saling berebut tongkat emas yang
dikenal sakti itu. Grati kesal, menancapkan tongkat emas itu di tanah. Ki Lurah
Pakis dan Ki Sronen tak sanggup mencabutnya. Bahkan semua warga kampung yang
ingin memiliki tongkat emas itu juga tak ada yang sanggup mencabutnya.
Menurut Ki Ageng Bangil, yang bisa mencabut hanya anak yang
masih suci, berhati bersih dan berpikiran jernih, tanpa maksud untuk
memilikinya. Akhirnya Ranu dan Grati bersedia mencabut tongkat emas itu, asal
diberikan mustikanya. Ki Lurah Pakis memberikan mustika pada Grati. Ranu dan
Grati berhasil mencabut tongkat emas itu dengan mudah. Tapi dari lobang bekas
tancapan tongkat emas, memancar air beserta kepingan-kepingan emas. Warga pada
berebut menghumpulkan kepingan emas itu, sementara Ki Lurah Pakis berebut
tongkat dengan Ki Sronen. Ki Ageng Bangil segera membawa pergi Ranu dan Grati
beserta sebagian warga yang mau mengungsi meninggalkan desa Pakis. Dalam waktu
singkat, muncratan air menjadi banjir bah yang dahsyat. Ki Lurah Pakis dan Ki
Sronen yang berebut tongkat emas, serta warga yang berebut mengumpulkan
kepingan, semuanya ikut tenggelam karena desa Pakis sudah berubah menjadi
danau. Danau itu kemudian diberi nama Ranu Grati.
Wisata Danau Ranu
Danau Ranu Grati merupakan salah satu obyek wisata alam kabupaten pasuruan. yang memiliki luas lebih kurang 198 hektar ini, Lokasi danau Ranu Grati berada di sebelah selatan tidak jauh dari akses jalan antar propinsi melalui jalur pantura. Di Danau Ranu Grati ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk budidaya ikan keramba, ini yang membuat menarik karena disamping kita bisa melihat para petani budidaya ikan tersebut bekerja, kita juga bisa membeli untuk dinikmati di tempat ini.
Danau Ranu Grati ini terletak diantara 3 desa di kecamatan Grati, yaitu Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon. Jumlah penduduk yang bermukim di sekitar Ranu Grati
Wisata Danau Ranu
Danau Ranu Grati merupakan salah satu obyek wisata alam kabupaten pasuruan. yang memiliki luas lebih kurang 198 hektar ini, Lokasi danau Ranu Grati berada di sebelah selatan tidak jauh dari akses jalan antar propinsi melalui jalur pantura. Di Danau Ranu Grati ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk budidaya ikan keramba, ini yang membuat menarik karena disamping kita bisa melihat para petani budidaya ikan tersebut bekerja, kita juga bisa membeli untuk dinikmati di tempat ini.
Danau Ranu Grati ini terletak diantara 3 desa di kecamatan Grati, yaitu Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon. Jumlah penduduk yang bermukim di sekitar Ranu Grati
Sumber:http://www.pasuruantourism.com/2011/09/danau-ranu-grati.html?showComment=1315808459082
Tidak ada komentar:
Posting Komentar