ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 23 November 2017

AKU AKAN TETAP MENGADAKAN MAULID NABI, SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA AALIHI WA SHOH IHI WASALLAM, WALAUPUN LEHERKU TARUHANNYA .

AKU AKAN TETAP MENGADAKAN MAULID NABI, SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA AALIHI WA SHOH IHI WASALLAM, WALAUPUN LEHERKU TARUHANNYA .

Ketika Abuya Sayyid Ahmad mengadakan Maulid besar-besaran. Dimana jamaah yang hadir saat itu bukan hanya dari Makkah saja. Ahli Madinah dan Thoif juga banyak yang hadir. Dari luar negeripun juga banyak yang hadir. Bahkan ruang ruang aula pun saat itu sampai tidak mampu menampung hadirin.

Namun setelah acara tersebut sekitar semingguan acara maulidan besar-besaran itu, Abuya Sayyid Ahmad dipanggil pemerintah.persis
Seperti Abahnya ( yakni Abuya Sayyid Muhamad ) ketika dipanggil raja.

Para santri yang biasanya setiap hari disibukkan dengan pelajaran,
saat itu Abuya Sayyid Ahmad memerintahkan untuk menghentikan pelajaran. Siang dan malam hanya kita isi dengan bacaan dzikir-dzikir serta bermunajat,ketika Pas dihari pemanggilan Abuya Sayyid Ahmad,
Semua santripun tampak tegang,khawatir terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh gurunya tercinta,maklum pemerintahan disana sangat anti dengan namanya perayaan Maulid Nabi.

Ketika waktu sudah beranjak siang dan Abuya pun telah kembali dari memenuhi panggilan raja,maka saat itu Abuya berkata kepada para santri-santrinya : ‘ALA ROQOBATII
MA UWAQQI’
Abuya Sayyid Ahmad menceritakan kejadian saat beliau
diinterograsi. Kata Abuya, “Anak-anakku... tadi aku dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan
untuk tidak mengadakan Maulidan lagi. Tadi aku jawab mereka dengan jawaban demikian, ‘ALA ROQOBATII MA UWAQQI’ (taruhan leherku, aku tidak akan menandatangani)!”. Allahu Akbar.

Beliau kemudian melanjutkan ceritanya, sedang raut wajah para santripun begitu tegang, “Ya aulaadii, kata yang menginterograsi aku tadi, aku masih akan dipanggil lagi. Jika aku tidak lagi bersama kalian, maka tolong teruskan perjuangan ini. Jangan kalian putus perjuangan ini hanya karena tidak ada aku”,
begitu dawuh Abuya, yang membuat mata para santri saat itu
berkaca-berkaca. Bahkan banyak dari para santri saat itu sampai sesenggukan. Tidak tega dan empati dengan apa yang dialami Abuya Ahmad, sekaligus
dipenuhi perasaan mencekam. Dan sampai sekarang Abuya Ahmad tetap tidak berkenan untuk
menandatangani pernyataan untuk tidak lagi mengadakan maulidan.

Semenjak peristiwa itu, orang-orang sepuh Makkah sering
mentahbis beliau dengan sebuah pameo, “hadza
as syibl min dzak al asad” (anak singa ini dari singa yang itu).

Sungguh keberanian yang menggetarkan semesta. Sungguh kejantanan yang terwarisi dari kakek beliau Habibuna Muhammad.
Sungguh keberanian yang terwarisi oleh lisan yang mengucap “Allah. Allah. Allah” dihadapan Du’tsur
ketika si Du’tsur menghunuskan pedang ke lehernya seraya berkata, “sekarang, siapa yang bisa
menyelematkan engkau dari aku, hai Muhammad?”,
dan terjatuhlah pedang Du’tsur tersetrum oleh kalimat yang terhentak dari lisan pemimpin para
pemberani itu, Habibuna Muhammad.

Meskipun kita tidak bisa mentauladani syaja’ah istimewa ini seratus persen, semoga kita masih
terciprati sedikit sifat syaja’ah beliau.

Alfatihah ila Abuya Sayyid Ahmad Muhammad Alawi al-Maliki,semoga Alloh senantiasa menjaganya,memanjagkan usianya fi tho'atillah,meridloi setiap langkah da'wahnya,dan semoga Alloh senantiasa menjaganya dari para musuh-musuhnya, dan semoga kita mendapatkan keberkahannya, bisirril Fatihah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar