ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Jumat, 17 November 2017

KISAH SUFI KAYA DAN SUFI MISKIN

KISAH SUFI KAYA DAN SUFI MISKIN
============
Suatu ketika, seorang guru Sufi merekomendasikan kepada muridnya untuk berguru kepada seorang Sufi ternama. Setelah melewati perjalanan yang amat jauh, sang Murid akhirnya bisa berjumpa dengan Sufi yang dimaksud oleh gurunya.

Betapa kagetnya setelah ia mengatahui rumah Sufi tersebut yang sangat mewah bak istana raja. Ia lalu bertanya kepada para tetangganya, apakah benar bahwa istana itu tempat tinggal sang Sufi sebagaimana yang direkomendasikan oleh gurunya. Semuanya menjawab “Ya”.
Lebih kaget lagi setelah si pemilik istana itu datang dengan pakaian yang mewah dan kendaraan yang luar biasa bagusnya. Sang murid bertanya-tanya dalam hatinya, merasa ragu apakah benar ini sang Sufi ternama yang dimaksudkan oleh gurunya. Akan tetapi karena telanjur sudah menempuh perjalanan jauh yang sangat melelahkan, iapun menjumpai Sufi yang kaya raya tersebut. Setelah menyampaikan salam dari gurunya, ia pun menyampaikan maksud dan tujuannya.

Betapa kagetnya sang murid setelah mendengar kata-kata yang keluar dari lisan Sufi yang kaya raya itu. Sang Sufi berkata, “Tolong sampaikan salam saya kembali kepada gurumu. Aku berpesan agar dia tidak selalu sibuk dengan urusan dunia.”
Bak disambar petir di siang bolong. Bagaimana mungkin orang kaya raya itu memberi nasehat kepada gurunya yang jauh dari kehidupan dunia agar tidak sibuk dengan urusan dunia. Bukankah yang lebih sibuk mengurus dunia adalah orang kaya tersebut !? Ia pamit pulang, tidak jadi berguru kepada orang yang direkomendasikan oleh gurunya.

Sesampai di padepokan gurunya, ia melaporkan semua kejadian yang dialaminya, termasuk nasihat orang kaya itu kepada gurunya. Sang murid lebih tidak mengerti lagi setelah sang guru yang sangat dihormati tersebut ternyata menangis dan membenarkan nasehat orang kaya raya tersebut.

Sang guru akhirnya menjelaskan bahwa orang kaya raya yang dijumpai oleh muridnya itu memang memiliki istana yang mewah, kendaraan yang bagus dan selalu berpakaian indah. Tanah perkebunannya luas serta memiliki pabrik yang mempekerjakan banyak karyawan. Namun demikian, harta yang melimpah itu tidak menyebabkannya lalai dan lupa kepada ALLAH ﷻ.
Hartanya tidak mengganggu dzikirnya kepada ALLAH ﷻ. Ia tidak sombong karena hartanya dan jika sewaktu-waktu hartanya diambil oleh pemiliknya, ALLAH ﷻ, ia pun tidak merasa terhina. Ia memandang harta biasa-biasa saja.

Sementara saya, kata sang Guru, biar tidak punya harta yang melimpah, tapi hari-hari masih disibukkan untuk memikirkan harta. Bahkan bisa jadi saya, kata sang guru, lebih sibuk memikirkan urusan harta dari pada si Sufi yang kaya raya tersebut.
.
Pesan nasehat untuk mereka yang diberi karunia rizki yang lebih oleh ALLAH ﷻ, hendaknya mereka dapat mengelola hartanya sebagai sarana untuk mendapatkan harta kekayaan yang lebih besar kelak di akhirat. Tak perlu bersikap kontra produktif dengan meninggalkan kehidupan dunia. Janganlah mengharamkan yang dihalalkan oleh ALLAH ﷻ.
Adapun terhadap orang-orang yang belum mendapatkan rizki lebih dari ALLAH ﷻ, hendaklah tetap menjalankan ketaatan kepada ALLAH ﷻ dengan tulus dan ikhlas. Nikmati kemiskinan dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada ALLAH ﷻ.
Akhirnya, tidak ada halangan bagi orang kaya untuk menjadi shalih dan dekat dengan ALLAH ﷻ. Demikian juga tidak ada alasan bagi orang miskin untuk tidak mendekat kepada ALLAH ﷻ karena kemiskinannya.
Orang kaya dan orang miskin mempunyai kesempatan yang sama untuk dekat dengan ALLAH ﷻ.


🌹اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد🌹
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar