ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 02 November 2017

Islam masuk Indonesia sejak Rasulullah masih hidup

*Ini bukti Islam masuk Indonesia sejak Rasulullah masih hidup*
===========
Terdapat perbedaan pendapat dalam menyingkap tabir masuknya Islam ke tanah Indonesia. Setidaknya terdapat tiga teori atau pendapat yang  cukup populer mengenai hal tersebut.  Pendapat pertama menyebutkan, Islam masuk ke Indonesia dari Persia pada abad ke XIII . Sesuai dengan bukti-bukti sejarah adanya beberapa bentuk upacara simbolik keagamaan seperti pada peringatan 10 Muharram sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucu Rasulullah Saw, di beberapa tempat di Sumatra.

Pendapat kedua yang diusung oleh Snouck Hurgronje menjelaskan, Islam masuk ke Indonesia dari wilayah-wilayah di anak benua India. Daerah Gujarat, Bengali, dan Malabar merupakan asal masuknya Islam di Nusantara. Teori tersebut didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam pada masa-masa awal yaitu pada abad XII dan XIII.

Berbeda dengan pendapat pertama dan kedua, pendapat ketiga mengungkapkan, Islam datang langsung dari Arab pada abad ke VII. Islam masuk ke Indonesia pada masa abad pertama Hijriah bahkan pada masa Khulafaur Rasyiddin. Islam Ekspedisi ke Indonesia telah dilakukan pada masa Abu Bakar Ash Shidiq dan dilanjutkan oleh khalifah-khalifah setelahnya. Dalam sumber-sumber literatur Cina menyebutkan bahwa menjelang seperempat abad VII, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra. Manakah teori atau pendapat yang sebenarnya?

Masuknya Islam di Mata Para Ahli

Seorang ahli sejarah bernama Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang be­rarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubung­kan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.

Bahkan para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina, banyak barang perunggu Cina pada masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering di­jarah.

Di lain pihak HAMKA mengungkapkan, seorang pencatat sejarah Tiongkok pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang berdiam di pesisir Barat Sumatera. Penemuan tersebut telah men­gubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. HAMKA menekankan temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown Univer­sity di Amerika.

Hal yang sama juga diungkapkan G.R. Tibbetts  yang tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara.

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah, di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.

Saat Rasulullah Hidup, Islam Telah Masuk Indonesia.

Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada masa Rasulullah masih hidup. Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diamb periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama ta­hun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.

Sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Sury­anegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang be­rasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.

Gujarat Sekadar Tempat Singgah

Jelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dike­nal sebagai Teori Makkah. Islam di Nusantara bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) karena para pedagang yang datang dari India, sebenarnya berasal dari Jazirah Arab yang sebelumnya singgah dulu di India.

Apabila dilihat di atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab men­jadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera mau­pun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.

Berdasarkan pemaparan dan hasil riset dari sejumlah ahli sejarah di atas sekaligus menepis pendapat dari Snouck Hurgronje yang menyebutkan bahwa Islam masuk Nusantara (Indonesia-red) pada abad ke-14. Padahal Islam di Indonesia telah masuk saat Rasulullah SAW masih hidup, yakni di abad ke-7.

Perlu ditekankan, walaupun terdapat perbedaan pendapat tentang kapan masuknya Islam di Indonesia sebagaimana tertera di atas, namun para ilmuwan sepakat bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren (dalam hal ini mirip mandala dalam agama Hindhu di Jawa), penyebaran da’i, perkumpulan tarekat, penyuluhan pertanian, dan sebagainya. Wallahu’alam🙏🏻

Sumber:
http://beritalangitan.com/fakta-opini/ternyata-islam-di-indonesia-sejak-rasulullah-masih-hidup-ini-buktinya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar