ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 12 Juni 2012

APA YG ADA DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADITS: PASTI BENAR DAN TERJADI

IBNU 'ATHO'ILLAH ASSAKANDARY: لاَ يُشَكِّكَنَّكَ فِيْ الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَإِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلاَّ يَكُوْنَ ذَلِكَ قَدْحاً فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَإِخْماَداً لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ “Jangan sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan membuatmu ragu meskipun waktunya telah jelas. Hal itu supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimu dan memadamkan cahaya lubuk jiwamu.” Tidak satu pun orang beriman yang tidak yakin akan janji-Nya. Sebab, yang diberitakan Kitab dan Rasul-Nya adalah benar dan pasti terjadi. Kita sungguh tidak layak meragukan kesucian sifat Allah. Apa yang kita anggap tidak sesuai dengan janji-Nya kadang berkaitan dengan apa yang terjadi dengan kita. Bisa jadi kita sendiri yang hakikinya belum siap menerima, sebab bergumulnya kelemahan, kekurangan, aib, cela, dan sifat buruk dalam diri kita. Sungguh, sikap putus asa terhadap kenyataan yang harus dijalani dan dialami bisa menjadi “tabir” yang menutupi kejernihan pandangan kita menuju-Nya. Manusia selalu memohon keutamaan kepada Tuhan karena Allah-lah yang mempunyai keutamaan yang agung. Allah Maha Agung. Jika engkau meminta sesuatu yang agung, mintalah kepada Yang Maha Agung. Jika seseorang meminjam uang kepada pegawai rendahan, ia hanya akan mampu bilang, “Pinjami saya seratus ribu.” atau “Pinjami saya dua ratus ribu.” Tetapi, kalau ia meminjam kepada milyarder, ia bisa bilang, “Saya pinjam seratus juta. Saya ingin membuat proyek.” Maka, bagaimana dengan orang yang meminta kepada Tuhan Yang Maha Kaya? Manusia berdoa, tapi terkadang terlambat dikabulkan. Saat itu timbullah rasa putus asa dan amalnya menurun. “Aku telah memohon agar dikabulkan pada waktu tertentu, tapi itu tidak terjadi,” katanya. Orang mukmin berdoa kepada Tuhan dengan meyakini tiga hal; doanya dikabulkan, atau dia akan dihindarkan dari musibah yang akan menimpanya, atau doa itu akan dijadikan sebagai pahala pada hari Kiamat. Firman Allah Swt., “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” Saat kita renungkan huruf ‘athaf (kata sambung) “dan” yang berada di antara kalimat “Kami akan mengembalikannya kepadamu” dan kalimat “menjadikannya (salah eorang) dari para rasul”, kata “dan” ini berarti sama dengan empat puluh tahun. “Kami akan mengembalikannya kepadamu” itu hari ini, maka “menjadikannya (salah seorang) dari para rasul” itu empat puluh tahun kemudian. Sang ibu menunggu selama empat puluh tahun hingga anaknya datang menyatakan bahwa dia telah menjadi seorang rasul dan Allah berbicara kepadanya. Saya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan akal yang serba terbatas, “Andaikata Allah memberikan ini kepadaku, itu lebih baik bagiku.” Masalahnya tidak seperti itu. Baik adalah baik menurut Allah, dan buruk adalah buruk menurut Allah. Kita sebagai manusia memiliki akal yang sangat terbatas, memiliki pikiran yang terbatas, dan memiliki wawasan yang terbatas. Kita hanya melihat apa yang berada di depan mata kita, yang berada di dalam pikiran kita, yang berada di akal kita dengan ilmu kita yang terbatas. Akan tetapi Tuhan Yang Maha Melihat dan tidak dapat dilihat, melakukan demi kemaslahatan hamba-Nya. Seorang hamba ketika terus berdoa dan mendapati doanya telat terkabul, ia tidak boleh ragu terhadap apa yang dijanjikannya. Ia harus paham bahwa Allah menundanya karena ada hikmah yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Allah Swt. mengambil Nabi Musa dari ibunya dan memerintahkannya melemparkannya ke sungai. Namun saat ia bersabar, putranya kembali lagi kepadanya dan ia senantiasa mendapatkan rizki setelah iitu, hingga Nabi Saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang bertawakal dengan sebenar-benarnya adalah seperti ibu Nabi Musa; ia menyusui anaknya serta mengambil upahnya.” Akan tetapi dengan akal yang terbatas, bagaimana mungkin seorang ibu bisa meletakkan anaknya di peti, lalu melemparkannya ke sungai? Ini tidak sesuai dengan logika, jika hanya berdasarkan akal semata. Ini hanya bisa dimengerti dengan kayakinan akan hasil yang hanya diketahui oleh Tuhan. Bukan saya atau Anda yang tahu hasilnya. Kita hanya wajib menanam, tidak wajib menentukan keberhasilan. Ibrahim membawa anak dan istrinya ke suatu lembah gersang tanpa tanaman di Baitullah. Satu pertanyaan yang ditanyakan oleh Hajar, istrinya, “Apakah Allah memerintahkanmu melakukan ini?” “Ya,” jawabnya. “Kalau demikian, Dia tidak akan menelantarkan kami.” Hamba harus bersabar dan berusaha, kemudian berdoa kepada Tuhan. Dengarkanlah doa Nabi Ibrahim as. dan anaknya saat keduanya meninggikan dasar-dasar baitullah, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” Anak cucu ini adalah kita, umat Nabi Muhammad Saw. Kita muncul 2000 atau 3000 tahun setelah doa ini. Saat seorang berdoa, janganlah berputus asa, karena Dia akan memberikan yang terbaik menurut-Nya, bukan yang baik menurut kita. Karena itu Ibnu Atha’ berkata, “Jangan sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan membuatmu ragu meskipun waktunya telah jelas. Hal itu supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimu dan memadamkan cahaya lubuk jiwamu.” Seorang hamba yang muslim dan bertakwa kepada Allah berdoa dan menunggu terkabulnya doa. Menunggu pengabulan doa adalah termasuk ibadah. Saat seorang hamba berdoa, Allah malu mengembalikan tangan hamba dalam keadaan kosong. Akan tetapi saat Allah ingin mengabulkan dia, Dia menyiapkan pendahuluan-pendahuluannya. Dan saat berdoa seyogyanya kita memperhatikan tata krama berdoa; dalam keadaan suci, menghadap kiblat, merendahkan diri di hadapan Allah, mendahuluinya dengan bersedekah, dan memohon ampun. Tiga orang yang terkurung dalam gua dan tidak bisa keluar, masing-masing menyebutkan amal shaleh yang mereka lakukan. Maka saat kita mendekatkan diri kepada Allah, lihatlah amal ikhlas yang kita lakukan karena Allah. Saat itu Allah akan memuliakan kita dengan semulia-mulianya. Adakalanya dengan segera mengabulkan doa, adakalanya dengan menghindarkan kita dari malapetaka yang akan menimpa kita, dan adakalanya menyimpannya untuk kita sebagai pahala pada hari Kiamat. Pengetahuan itu hanya milik Allah. Janganlah sampai tidak terwujudnya apa yang Dia janjikan membuat kita ragu, meskipun waktunya telah jelas. Hal itu supaya tidak mengaburkan pandangan mata hati kita dan memadamkan cahaya lubuk jiwa kita. Lubuk hati hamba itu dapat disinari dengan ketaatan, keyakinan, tawakal, niat yang benar, dan ikhlas yang benar terhadap Tuhan. Kita harus yakin bahwa Allah yang memilih buat kita. Seperti kata ulama, ‘Pilihlah tidak memilih, atau aturlah agar tidak diatur, sesungguhnya Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendakinya dan memilihkan.’ Kita tidak punya pilihan berhadapan dengan pilihan Allah. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS 33:36). Kita boleh berdoa, kita bisa berikhtiar, dan tunggulah keputusan Allah, karena kelapangan dari Allah itu dekat. Manusia dalam hidup ini harus memahami bahwa terkabulnya doa itu terjadi pada saat yang dikehendaki oleh Allah, bukan pada waktu yang kita inginkan, dengan cara yang Allah kehendaki, bukan dengan cara yang kita harapkan. Kita hanyalah hamba Allah, kepunyaan-Nya. Hanya bisa berdoa siang malam, memohon agar doa kita dikabulkan. Allah turun pada sepertiga malam yang akhir ke langit dunia. Firman-Nya, “Adakah yang butuh, hingga Aku bisa memenuhinya. Adakah yang berdoa, hingga Aku bisa kabulkan.” Hingga terbit fajar. Ya Allah, kami memohon kabulkanlah doa kami, penuhilah kebutuhan-kebutuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan kasihilah kami, karena Engkau Dzat Yang Maha Pengasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar