Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Jumat, 08 Juni 2012
Bila engkau ingin bebas terbang, milikilah 2 sayap yg seimbang (ROJA' DAN KHOUF)
===========================
IBNU 'ATHO'ILLAH ASSAKANDARY:
إِذاَ أَرَدْتَ أَنْ يَفْتَحَ لَكَ باَبَ الرَّجاَءِ فَاشْهَدْ ماَ مِنْهُ إِلَيْكَ ، وَإِذاَ أَرَدْتَ أَنْ يَفْتَحَ لَكَ باَبَ الْخَوْفِ فَاشْهَدْ ماَ مِنْكَ إِلَيْهِ
“Jika engkau ingin dibukakan pintu rasa harap, lihatlah karunia-Nya padamu. Namun jika engkau ingin dibukakan pintu rasa takut, lihatlah amal yang kau persembahkan untuk-Nya.”
Bila engkau ingin bebas terbang, milikilah dua sayap yang seimbang. Hingga engkau akan terus bijaksana dalam memandang. Lihatlah semua karunia-Nya kepadamu, segala kebaikan yang telah dilekatkan kepadamu, maka engkau akan terus mengepakkan sayap pengharapanmu kepada-Nya (ar-raja’). Lihatlah semua sikap aniayamu, segala keburukan yang telah engkau haturkan kepada-Nya, maka engkau akan terus mengepakkan sayap ketakutanmu kepada-Nya (al-khauf). Bila sikapmu demikian, hidupmu akan seimbang. Pengharapanmu menghadirkan suasana lapang dan senang. Kecemasanmu melahirkan suasana sedih dan penderitaan. Dalam sayap yang seimbang, engkau akan bijak menimbang. Dan engkau terbang bebas menuju-Nya dengan pandangan yang sempurna tentang-Nya.
Manusia berada di antara harapan dan rasa cemas. Ada perbedaan antara harapan dan angan-angan. Angan-angan adalah harapan tanpa usaha. Firman Allah, “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab.” (QS 4:123). Angan-angan itu seperti mahasiswa yang gagal; tidur sepanjang tahun, tidak hadir di kelas, tidak mengulangi pelajaran, tidak mengikuti kuliah, sedangkan ia mempunyai harapan lulus pada akhir tahun, bahkan dengan predikat cumlaude. Orang ini sedang mengarungi samudera angan-angan. “Barangsiapa mengarungi samudera angan-angan, ia mengambil modal dari orang yang bangkrut,” kata mereka. Samudera angan-angan adalah modal orang yang pailit, yaitu yang barang dagangannya telah habis, tapi ia tidak mendapatkan keuntungan sepeser pun. “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli kitab.” (QS 4:123).
Iman tidak didapat dengan angan-angan. Iman adalah apa yang menancap di dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan. Sedangkan harapan adalah angan-angan yang dibuktikan dengan perbuatan. Firman Allah, “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut terhadap (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” (QS 39:9). Harapan ini adalah angan-angan yang disertai dengan aksi; shalat malam, berpuasa, bertakwa kepada Allah, menyampaikan hak kepada pemiliknya, tidak menganiaya orang lain, tidak mengambil hak orang lain, dll.
Pertanyaannya adalah, manakah yang lebih diutamakan oleh seorang muslim; sisi harapan ataukah sisi rasa cemas? Menurut pendapat ulama, saat muda seorang mukmin seyogyanya lebih mengutamakan rasa cemas daripada harapan; merasa amalnya sedikit, menganggap banyak maksiat, dan memperbanyak taubat. Rasa cemasnya harus lebih banyak daripada harapannya. Ketika ia sudah mencapai usia senja dan tulangnya menjadi lemah, saat itu ia harus memperbesar harapannya. Siapa yang berbaik sangka pada Allah, Allah akan berbaik sangka padanya. Manusia harus selalu berbaik sangka terhadap Allah dan memperbesar harapan ketika ajalnya sudah dekat. Maka kata Ibnu Atha’ dalam hikmah hari ini, “Jika engkau ingin dibukakan pintu rasa harap, lihatlah karunia-Nya padamu.” Bila engkau ingin melihat rahmat Allah, lihatlah karunia-Nya kepadamu. “Allah telah memberiku rizki dan hidayah.” Kata Imam Syafi’i, “Tuhanku, Engkau menganugerahiku Islam, padahal aku tidak memintanya. Ya Allah, anugerahilah aku surga, dan aku memintanya kepadamu.” Hamba tidak pernah meminta Islam. Ia keluar dari perut ibunya – berkat keutamaan Allah – dalam keadaan muslim, tumbuh dalam keluarga muslim, hidup di antara orang-orang Islam, mendengar suara Azan lima kali sehari, mendapati moment-moment yang bagus, seperti bulan Ramadhan, haji, dll., dan seluruh masyarakat pun dengan semangat menyambut moment-moment tersebut. Semuanya merupakan nikmat Allah yang terus mengalir kepada hamba. Jika engkau ingin dibukakan pintu harapan, lihatlah karunia Allah kepadamu. “Allah memberiku rizki, mewujudkanku di dalam kehidupan ini, membekaliku dengan segala keperluannya, kemudian memberiku nikmat yang paling agung, yaitu nikmat Islam, nikmat dicintai manusia, nikmat ditutupinya dosa-dosa dari manusia.” Manusia memuliakan kita karena mereka tidak melihat dosa-dosa kita. Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui oleh malaikat. Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui oleh Tuhan. Ketidaktahuan kita ini merupakan nikmat dari Allah Swt. Sebaliknya, “jika engkau ingin dibukakan pintu rasa takut, lihatlah amal yang kau persembahkan untuk-Nya.” Engkau perlu khawatir, ketika melihat dosa-dosamu naik kepada Tuhan setiap saat, saat engkau teledor melaksanakan perintah-perintah Allah, saat engkau tidak ingat kepada Allah, saat anggota tubuhmu tidak menyibukkan diri dengan apa yang diperintahkan kepadamu, saat hatimu tidak dipenuhi oleh ketawakalan yang benar, keimanan, rasa takut terhadap Allah, rasa cinta kepada Allah, dan cinta kepada makhluk Allah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar