ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Minggu, 17 Juni 2012

MENGENAL THORIQOH MU'TABAROH

================================ Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti jalan, yakni jalan untuk mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertianini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan,sehingga sebagian sufi menyatakan, Aturuk biadadi anfasilmahluk, yang artinya jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnyamahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati demikianorang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati,karena dinyatakan pula, Faminha Mardudah waminha maqbulah,yang artinya dari sekian banyak jalan itu, ada yang sah dan adayang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.Yang dalam istilah ahli Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan,Mu'tabaroh. Wa ghoiru Mu'tabaroh.KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabiyang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi,semua Thoriqoh yang Mu'tabaroh itu, sanad(silsilah)-nya muttashil(bersambung) sampai kepada Nabi. Kalau suatu Thoriqohsanadnya tidak muttashil sampai kepada Nabi bisa disebutThoriqoh tidak (ghoiru) Mu'tabaroh. Barometer lain untukmenentukan ke-mu'tabaroh-an suatu Thoriqoh adalahpelaksanaan syari'at. Dalam semua Thoriqoh Mu'tabaroh syariatdilaksanakan secara benar dan ketat.Diantara Thoriqoh Muktabaroh itu adalah : Thoriqoh Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M).Thoriqoh Syathariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah danMedinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082)dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama iniditeruskan oleh Syekh 'Abd al-Rauf al-Sinkili ke Nusantara,kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din keMinangkabau. Thoriqoh Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din,berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama silsilahyang diterima dari Imam Maulana. Kedua, silsilah yang dibuat olehTuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, silsilahyang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat;silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yangberjudul Syifa' al-Qulub. Thoriqoh ini berkembang di Minangkabaudan sekitarnya. Untuk mendukung ke1embagaan Thoriqoh, kaumSyathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosialkeagamaan Jama'ah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabangdan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan dipropinsi-tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnyakelembagaan Thoriqoh Syathariyah dapat ditemukan wujudnyapada kegiatan ziarah bersama ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan. Thoriqoh Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan Minangkabaupada tahun 1850. Thoriqoh Naqsyabandiyah sudah masuk keMinangkabau sejak abad ke 17, pintu masuknya me1alui daerahPesisir Pariaman, kemudian terus ke Agam dan Limapuluh kota.Thoriqoh Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruhpertama abad ketujuh belas oleh Jamal al-Din, seorangMinangkabau yang mula-mula belajar di Pasai sebelum diamelanjukan ke Bayt al-Faqih, Aden, Haramain, Mesir dan India.Naqsyabandiyah merupakan salah satu Thoriqoh sufi yang palingluas penyebarannya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslimserta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermuladi Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulaimenyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktuseratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru denganmunculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama SyekhAhmad Sirhindi Mujaddidi Alfi Tsani (Pembaru Milenium kedua, w.1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim denganThoriqoh tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah,dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari ThoriqohNaqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat,keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadapmusik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati(Sirri). Penyebaran Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah ditunjangoleh ulama ulama Minangkabau yang menuntut ilmu di Mekah danMedinah, mereka mendapat bai'ah dari Syekh Jabal Qubays diMekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Medinah. Misalnya, SyekhAbdurrahman di Batu Hampar Payakumbuh (w. 1899 M), SyekhIbrahim Kumpulan Lubuk Sikaping, Syekh Khatib Ali Padang (w.1936), dan Syekh Muhammad Sai'd Bonjol. Mereka adalah ulamabesar dan berpengaruh pada zamannya serta mempunyai anakmurid mencapai ratusan ribu, yang kemudian turut menyebarkanThoriqoh ini ke daerah asal masing masing Di Jawa TengahThoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyyah disebarkan oleh KH. AbdulHadi Girikusumo Mranggen yang kemudian menyebar kePopongan Klaten, KH. Arwani Amin Kudus, KH. Abdullah SalamKajen Margoyoso Pati, KH. Hafidh Rembang. Dari dari tanganmereka yang penuh berkah, pengikut Thoriqoh ini berkembangmenjadi ratusan ribu. Ajaran dasar Thoriqoh Naqsyabandiyahpada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu:syari'at, thariqat, hakikat dan ma'rifat. Ajaran ThoriqohNaqsyabandiyah ini pada prinsipnya adalah cara-cara atau jalanyang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakannikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak kepermukaan dan memiliki tata aturan adalah khalwat atau suluk.Khalwat ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempatyang terpencil, guna melakukan zikir dibawah bimbingan seorangSyekh atau khalifahnya, selama waktu 10 hari atau 20 hari dansempurnanya adalah 40 hari. Tata cara khalwat ditentukan olehsyekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelahmelewati masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengansuami atau istri; makan dan minumnya diatur sedemikian rupa,kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannyasepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan olehsyekh atau khalifah. Ahmadiyah didirikan oleh Ahmad ibn 'Aly (al-Husainy al-Badawy).Diantara nama-nama gelaran yang telah diberikan kepada beliauialah Syihabuddin, al-Aqthab, Abu al-Fityah, Syaikh al-'Arab danal-Quthab an-Nabawy. Malah, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy telahdiberikan nama gelar (laqab) yang banyak, sampai dua puluhsembilan nama. Al-Ghautha al-Kabir, al-Quthab al-Syahir,Shahibul-Barakat wal-Karamat, asy-Syaikh Ahmad al-Badawyadalah seorang lelaki keturunan Rasulullah SallAllahu 'alaihi wasallam, melalui Sayidina al-Husain. Sholawat Badawiyah sughrodan Kubro, adalah sholawat yang amat dikenal masarakatIndonesia, dinisbatkan kepada waliyullah Sayid Ahmad Badawi ini,akan tetapi Tarekat badawiyah sendiri tidak berkembang secaraluas di indonesia khususnya di JawaAbul Hasan Ali asy-Sadzili, merupakan tokoh Thoriqoh Sadziliyahyang tidak meninggalkan karya tulis di bidang tasawuf, begitu jugamuridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya ajaran lisantasawuf, Doa, dan hizib. Ketika ditanya akan hal itu, iamenegaskan :"karyaku adalah murid muridku", Asadzilimempunyai murid yang amat banyak dan kebanyakan merekaadalah ulama ulama masyhur pada zamannya, dan bahkandikenal dan dibaca karya tulisnya hingga hari ini. Ibn Atha'illah as-Sukandari adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehinggakasanah Thoriqoh Sadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah jugaorang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentangaturan-aturan Thoriqoh Sadziliah, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, yang menjadi rujukan bagi angkatan-angkatansetelahnya. Sebagai ajaran, Thoriqoh ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Sadzili kepadamurid-muridnya: "Jika kalian mengajukan suatu permohonanankepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali".Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, al-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqifwa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad,Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya IbnAtah'illah. Thoriqoh Sadzaliah berkembang pesat di Jawa, tercatatPonpes Mangkuyudan Solo, Kyai Umar , Simbah Kyai DalharWatucongol, Simbah Kyai Abdul malik Kedongparo Purwokerto, KHMuhaiminan Parakan, KH. Abdul Jalil Tulung Agung. KH . HabibLutfi Bin Yahya, Pekalongan .Simbah KH.M.Idris, kacanganBoyolali, adalah pemuka pemuka Sadzaliah yang telah membaiatdan membina ratusan ribu bahkan jutaan murid Sadziliah. Thoriqoh Qodiriyah dinisbahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani(wafat 561 H/1166M) yang bernama lengkap Muhy al-Din AbuMuhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani. Lahirdi Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilanmenuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Riwayat hidup dankeutamaan akhlak (Manaqib) Syech Abdul Qodir Jaelani ini,dikenal luas oleh masarakat Indonesia khususnya di Jawa Tengahdan Jawa Timur, dan dibaca dalam acara-acara tertentu gunatabarruk dan tawassul kepada Syekh Abdul Qodir. ThoriqohQodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yangdiikuti oleh jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir,India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejakabad ke-13, Thoriqoh ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15M. Di India misalnya baru berkembang setelah MuhammadGhawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Syekh Abdul QodirJaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberigelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, Thoriqoh Qodiriyahsudah berdiri sejak 1180 H/1669 M. Thoriqoh Qodiriyah ini dikenalluwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syekh, makamurid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikutiThoriqoh gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasiThoriqoh yang lain ke dalam Thoriqohnya. Hal itu seperti tampakpada ungkapan Syekh Abdul Qadir Jaelani sendiri,"Bahwa muridyang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandirisebagai syekh dan Allah-lah yang menjadi walinya untukseterusnya." Seperti halnya Thoriqoh di Timur Tengah. SejarahThoriqoh Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah al-Mukarromah. Thoriqoh Qodiriyah menyebar ke Indonesia padaabad ke-16, khususnya di seluruh Jawa, seperti di PesantrenPegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya JawaBarat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur danPesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syekh Abdul Karimdari Banten adalah murid kesayangan Syekh Khatib Sambas yangbermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalampenyebaran Thoriqoh Qodiriyah. Murid-murid Syekh Sambas yangberasal dari Jawa dan Madura, setelah pulang ke Indonesiamenjadi penyebar Thoriqoh Qodiriyah tersebut. Di Jawa Tengah Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah munculdan berkembang antara lain dari Mbah Ibrahim BrumbungMranggen diturunkan kepada antara lain KH. Muslih pendiri PonpesFutuhiyyah ,Mranggen. Dari Kyai Muslih ini lahir murid-muridThoriqoh yang banyak. Dan dari tangan mereka berkembangmenjadi ratusan ribu pengikut. Demikian pula halnya Simbah KyaiSiradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh ini ke berbagaitempat melalui anak muridnya yang tersebar ke pelosok JawaTengah hingga mencapai puluhan ribu pengikut. Sementara diJawa Timur, Thoriqoh ini dikembangkan oleh KH. Musta'in RomliRejoso Jombang dan Simbah Kyai Utsman yang kemudiandilanjutnya putra-putranya diantaranya KH. Asrori yang jugamempunyai murid ratusan ribu. Di Jawa Barat tepatnya di PonpesSuryalaya Tasikmalaya juga turut andil membesarkan Thoriqoh inisejak mulai zaman Abah Sepuh hingga Abah Anom dan murid-muridnya yang tersebar di berbagai penjuru Jawa Barat. Thoriqoh Alawiyyah berbeda dengan Thoriqoh sufi lain padaumumnya. Perbedaan itu, misalnya, terletak dari praktiknya yangtidak menekankan segi-segi riyadlah (olah ruhani) yang berat,melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapawirid serta dzikir ringan. Sehingga wirid dan dzikir ini dapatdengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meski tanpa dibimbingoleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakniWirid Al-Lathif dan Ratib Al-Haddad.serta beberapa ratib lainnyaseperti Ratib Al Attas dan Alaydrus juga dapat dikatakan, bahwaThoriqoh ini merupakan jalan tengah antara Thoriqoh Syadziliyah(yang menekankan olah hati) dan batiniah) dan Thoriqoh Al-Ghazaliyah (yang menekankan olah fisik). Thoriqoh ini berasaldari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar hingga ke berbagainegara, seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasukIndonesia). Thoriqoh ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir-lengkapnya Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir-seorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramat. Al ImamFaqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Baalwi, juga merupakantokoh kunci Thoriqoh ini. Dalam perkembangannya kemudian,Thoriqoh Alawiyyah dikenal juga dengan Thoriqoh Haddadiyah,yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah al-Haddad, Attasiyahyang dinisbatkan kepada Habib Umar bin Abdulrahman Al Attas,serta Idrusiyah yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah bin AbiBakar Alaydrus, selaku generasi penerusnya. Sementara nama"Alawiyyah" berasal dari Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Thoriqoh Alawiyyah, secara umum, adalah Thoriqohyang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenal sebagaisaadah atau kaum sayyid - keturunan Nabi Muhammad SAW-yangmerupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakatHadhrami. Karena itu, pada masa-masa awal Thoriqoh inididirikan, pengikut Thoriqoh Alawiyyah kebanyakan dari kaumsayyid di Hadhramaut, atau Ba Alawi.Thoriqoh ini dikenal pulasebagai Toriqotul abak wal ajdad, karena mata rantai silisilahnyaturun temurun dari kakek,ayah, ke anak anak mereka, dansetelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat muslim laindari non-Hadhrami. Di Purworejo dan sekitarnya Thoriqoh iniberkembang pesat, diikuti bukan hanya oleh para saadahmelainkan juga masarakat non saadah , Sayid Dahlan Baabud,tercatat sebagai pengembang Thoriqoh ini, yang sekarangdilanjutkan oleh anak cucunya. Umumnya, nama sebuah Thoriqoh diambil dari nama sang pendiriThoriqoh bersangkutan, seperti Qadiriyah dari Syekh Abdul QadirAl-Jailani atau Naqsyabandiyah dari Baha Uddin Naqsyaband. TapiThoriqoh Khalwatiyah justru diambil dari kata "khalwat", yangartinya menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama inidikarenakan seringnya Syekh Muhammad Al-Khalwati (w. 717 H),pendiri Thoriqoh Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat sepi. Secara "nasabiyah", Thoriqoh Khalwatiyahmerupakan cabang dari Thoriqoh Az-Zahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari As-Suhrawardiyah, yang didirikan olehSyekh Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi(539-632 H). Thoriqoh Khalwatiyah berkembang secara luas diMesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa binKamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asalDamaskus, Syiria. Ia mengambil Thoriqoh tersebut dari gurunyayang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi.Karena pesatnya perkembangan Thoriqoh inh di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah olehpara pengikutnya. Karena selain aktif menyebarkan ajaranKhalwatiyah ia juga banyak melahirkan karya sastra sufistik.Diantara karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat Al-Ahzan(Pelipur Duka). Thoriqoh Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad binMuhammad bin al-Mukhtar at-Tijani (1737-1815), salah seorangtokoh dari gerakan "Neosufisme". Ciri dari gerakan ini ialahkarena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufismedan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuansyari'at dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruhNabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu denganTuhan. At-Tijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di 'Ain Madi,bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapatmenghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislamanlain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadiguru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun. Padatahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapatahun. Setelah itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsanselama lima tahun. Di Indonesia, Tijaniyah ditentang keras olehThoriqoh-Thoriqoh lain. Gugatan keras dari kalangan ulamaThoriqoh itu dipicu oleh pernyataan bahwa para pengikut ThoriqohTijaniyah beserta keturunannya sampai tujuh generasi akandiperlakukan secara khusus pada hari kiamat, dan bahwa pahalayang diperoleh dari pembacaan Shalawat Fatih, sama denganmembaca seluruh al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu,para pengikut Thoriqoh Tijaniyah diminta untuk melepaskanafiliasinya dengan para guru Thoriqoh lain, Meski demikian,Thoriqoh ini terus berkembang, utamanya di Buntet- Cirebon danseputar Garut (Jawa Barat), dan Jati barang brebes, Sjekh AliBasalamah, dan kemudian dilanjutkan putranya, SjekhMuhammad Basalamah, adalah muqaddam Tijaniah di Jatibarangyang pengajian rutinnya, dihadiri oleh puluhan ribu ummat Islampengikut Tijaniah. Demikian pula Madura dan ujung Timur pulauJawa, tercatat juga, sebagai pusat peredarannya. Penentanganterhadap Thoriqoh ini, mereda setelah, Jam'iyyah Ahlith-ThariqahAn-Nahdliyyah menetapkan keputusan, Thoriqoh ini bukanlahThoriqoh sesat, karena amalan-amalannya sesuai dan tidakbertentangan dengan ajaran Islam. Keputusan itu diambil setelahpara ulama ahli Thoriqoh memeriksa wirid dan wadzifah Thoriqoh ini. Thoriqah Sammaniyah didirikan oleh Syekh Muhammad Sammanyang bernama asli Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-Madani al-Qadiri al-Quraisyi dan lebih dikenal dengan panggilanSamman. Beliau lahir di Madinah 1132 H/1718 M dan berasal darikeluarga suku Quraisy. Semula ia belajar Thoriqoh Khalwatiyyahdi Damaskus, lama kelamaan ia mulai membuka pengajian yangberisi teknik dzikir, wirid dan ajaran teosofi lainnya. Ia menyusuncara pendekatan diri dengan Allah yang akhirnya disebut sebagaiThoriqoh Sammaniyah. Sehingga ada yang mengatakan bahwaThoriqoh Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah. DiIndonesia, Thoriqoh ini berkembang di Sumatera, Kalimantan danJawa. Sammaniyah masuk ke Indonesia pada penghujung abad 18yang banyak mendapatkan pengikut karena popularitas ImamSamman. Sehingga manaqib Syekh Samman juga sering dibacaberikut dzikir Ratib Samman yang dibaca dengan gerakantertentu. Di Palembang misalnya ada tiga ulama Thoriqoh yangpernah berguru langsung pada Syekh Samman, ia adalah SyekhAbd Shamad, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syekh Syihabuddindan Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad. Di Aceh juga terkenalapa yang disebut Ratib Samman yang selalu dibaca sebagai dzikir(team Al Mihrab ) sumber:http://www.scribd.com/doc/19465215/MENGENAL-THORIQOH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar