ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Selasa, 12 Juni 2012

BILA BELUM TERKABUL DO'A, ULANGI TERUS, JANGAN MEMBUATMU FRUSTASI

IBNU 'ATHO'ILLAH ASSAKANDARY: لا يكن تأخر أمد العطاء مع الإلحاح في الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك الاستجابة فيما يختاره لك لا فيما تختاره لنفسك وفي الوقت الذي يريد لا في الوقت الذي تريد “Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan.” Allah-lah yang paling tahu keadaan dan keinginan kita. Bahkan, saat kita sendiri bingung dengan keadaan yang meliputi kita dan banyaknya keinginan yang mengganggu pikiran kita. Kita saja yang sering kali tidak sabar pada ketentuan-Nya. Atau, bisa jadi abai terhadap setiap “tanda” pengabulan-Nya. Permintaan kita berubah-ubah, tidak istiqamah. Tetapi pengabulan-Nya selalu kita “tuntut” tunai. Doa kita perlakukan seperti sebuah garansi tanpa batas. Padahal, berulangnya doa tak berarti berturut-turutnya pengabulan. Allah Maha Mengetahui kebutuhan kita. Terkadang kita memohon sesuatu kepada Allah Swt. Kita memohon diberikan rizki, pekerjaan, istri, atau lainnya. Kita memohon dan terus memohon, namun tak kunjung terkabul. Pada saat itu datanglah setan menghembuskan rasa putus asa. Maka berkatalah ia, “Aku telah berdoa dan berdoa.” Itulah ketergesaan seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw., “Allah Swt. akan mengabulkan doa hamba selama tidak tergesa-gesa.” Ketika beliau ditanya, “Bagaimana bisa tergesa-gesa?” Beliau bersabda, “Aku telah berdoa dan berdoa, namun tidak dikabulkan, pada saat itulah ia berhenti berdoa.” Banyak sekali hamba yang berdoa, namun Allah Swt. tidak menyegerakan permohonannya karena Dia senang mendengarkan suara mereka. Dan terkadang Allah Swt. segera mengabulkan permohonan sebagian orang karena Ia tidak ingin mendengar mereka, sebab mereka hanya mau berdoa untuk suatu permohonan. Dan saat permohonan tersebut terkabul, mereka berhenti berdoa. Ajaibnya, kebanyakan manusia pasti akan marah saat kita pinta dua atau tiga kali. Namun, Allah akan marah apabila kita tidak meminta kepada-Nya. Saat kita memohon kepada Allah Swt., kita bisa menantikan salah satu dari tiga hal; doa tersebut langsung dikabulkan, atau dengan doa tersebut Allah Swt. menghilangkan kesusahan dan kesulitan kita, atau Allah Swt. memberikan pahala penuh kepada kita karena doa tersebut pada hari Kiamat. Inilah 3 buah daripada doa. Doa adalah otaknya ibadah. Tuhan adalah Tuhan, sedangkan hamba adalah hamba. Jarak antara langit dan bumi merupakan doa yang mustajab. Saat seorang hamba menengadahkan kedua tangannya ke langit dan memohon kepada Tuhan semesta alam, Allah Swt. akan merasa malu mengembalikannya tanpa memberikan apa-apa. Persoalan sebenarnya adalah keyakinan pada diri hamba. Hamba harus senantiasa berdoa, tidak boleh putus asa, tidak boleh tergesa-gesa, tidak boleh berkata, “Aku telah berdoa dan terus berdoa.” sebab Ibnu Atha’ berkata, “Tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan.” Kenapa? Ibnu Atha’ mengatakan alasannya, “Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan.” Manusia sering memilihkan untuk dirinya sendiri banyak hal. Betapa sering Rasulullah Saw. berharap agar pamannya, Abu Thalib, masuk Islam. Namun Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah akan memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” Betapa sering Nuh as. mengharapkan agar anak istrinya beriman. Ia senantiasa berdoa siang dan malam. Manusia punya keinginan, sedangkan Allah Swt. punya kehendak lain. Betapa keras keinginan Fir’aun untuk membantai seluruh anak Bani Israil. Namun apa yang dikatakan takdir kepadanya? Takdir berkata, “Wahai Fir’aun, Musa tidak akan dirawat dan dibesarkan, kecuali di pangkuanmu, di bawah asuhanmu, di rumahmu, dan di istanamu.” Persoalannya adalah engkau ingin, sedangkan Aku Maha berkehendak. Firman Allah Swt., kepada nabi Daud as., “Wahai Daud, engkau ingin, sedangkan Aku Maha berkehendak. Jika engkau rela terhadap apa yang Aku kehendaki, Aku berikan apa yang engkau inginkan. Dan jika engkau tidak rela terhadap apa yang Aku kehendaki, Aku payahkan engkau terhadap apa yang engkau inginkan. Kemudian yang terjadi adalah apa yang Aku kehendaki, karena Aku Maha mengerjakan apa yang Aku kehendaki.” Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan. Dikisahkan, ada seorang raja yang setiap pergi berburu selalu ditemani oleh seorang sahabatnya yang terkenal dengan ketakwaan dan wirainya. Tiap kali raja menemui sesuatu yang tidak mengenakkan, sahabatnya selalu berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Kata-kata ini selalu diulang-ulanginya pada setiap kejadian yang secara dhahir adalah kejadian buruk. Pada suatu hari saat sang raja berburu bersama sahabatnya ditemani oleh pengawalnya, jari raja terkena tombak dan terpotong. Darah pun mengucur. Si sahabat berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakannya. Saat pengawal ditanya, “Apa yang dikatakannya saat kalian menutup pintu penjara?” Pengawal menjawab, “Ia hanya mengatakan, ‘Semoga ini baik, insya Allah.” Suatu ketika saat raja pergi berburu tanpa ditemani oleh sahabatnya, ia tersesat di hutan. Sedangkan di hutan tersebut terdapat suku yang menyembah berhala dan tiap tahun mengorbankan orang kepada berhalanya tersebut. Raja pun ditangkap oleh suku tersebut. Namun, saat diperiksa didapati bahwa jari raja tidak lengkap. Mereka pun menolak mengorbankannya, sebab korban harus dalam kondisi yang sempurna. Raja lalu dilepas dan ia kembali ke istananya. Akhirnya ia menyadari kebenaran ucapan sahabatnya. Sahabatnya pun dikeluarkan dari penjara. Raja bertanya, “Ketika engkau mengatakan, ‘Semoga itu baik, insya Allah.’ Saat jariku terpotong, aku menyadari bahwa kebaikan itu adalah aku tidak jadi disembelih untuk berhala karena fisikku tidak sempurna. Sekarang saat engkau dipenjara, apakah kebaikan itu?” Ia menjawab, “Andaikata saat itu saya bersamamu, maka mereka akan menyembelih saya sebagai penggantimu.” Manusia tidak bisa menerjemahkan kehidupannya sendiri. Kebahagiaan manusia hanya bisa diperoleh dengan takwa kepada Allah Swt. Kebahagiaan manusia hanya bisa didapatkan dengan menunggu rahmat dan karunia Allah Swt. dalam segala hal baik besar maupun kecil. Maka tertundanya pemberian setelah engkau mengulang-ulang permintaan, janganlah membuatmu berpatah harapan. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan. Waktu yang kita inginkan dalam berdoa mungkin mengandung bahaya, sedangkan waktu yang dikehendaki oleh Allah Swt. semuanya adalah baik. Manusia harus senantiasa berdoa siang malam, jangan menyerah saat belum dikabulkan. Ia tidak boleh menarik dirinya dan beranggapan bahwa Allah Swt. marah dengan tidak mengabulkan doanya. Akan tetapi Allah Swt. menyukai hamba-Nya yang bersikeras dalam berdoa. Allah turun pada sepertiga malam yang akhir dan Dia berfirman, “Adakah yang memohon ampun kepadaku, maka Aku akan ampuninya. Adakah yang mempunyai kebutuhan, maka Aku akan penuhi kebutuhannya. Adakah yang bertaubat, maka Aku akan terima taubatnya, hingga terbit fajar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar