Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Rabu, 06 Juni 2012
SHOLAT ADALAH TEMPAT MUNAJAT
Ibnu 'Ato'illah Asakandari berkata bhw
Sholat adalah tempat munajat dan wahana pembersihan qollbu. Di dalam sholat, ada medan rahasia demikian luas dan kilau cahaya bersinar. Dia mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangannya. Dia juga mengetahui kebutuhanmu terhadap karunia-Nya sehingga melipatgandakan pahalanya
اَلصَّلاَةُ مَحَلُّ الْمُناَجاَةِ وَمَعْدَنُ الْمُصاَفاَةِ ، تَتَّسِعُ فِيْهاَ مَياَدِيْنُ اْلأَسْراَرِ وَتُشْرِقُ فِيْهاَ شَواَرِقُ اْلأَنْواَرِ . عَلِمَ وُجُوْدَ الضَّعْفِ مِنْكَ فَقَلَّلَ أَعْداَدَهاَ ، وَعَلِمَ احْتِياَجَكَ إِلَى فَضْلِهِ فَكَثَّرَ أَمْداَدَهاَ
Luaskanlah ruang hatimu saat shalat agar engkau makin bisa intim dengan-Nya dalam munajat. Sebab, masih banyak yang tidak menyadari keajaiban shalat. Sebagaimana engkau memiliki janji, layakkah bila engkau tidak siapkan waktu dan tempat yang nyaman untuk bertemu dan bicara? Begitulah, kepasrahan hatimu dalam shalat menghadirkan keakraban yang membuatmu merasakan berbagai keagungan-Nya. Engkau akan selalu mendapatkan kesadaran baru setiap kali engkau selesai shalat. Kejernihan hatimu membuatmu mampu menangkap pesan-pesan tersembunyi dari kehidupan fisik ini. Sungguh kemurahan-Nya begitu mengagumkan! Dia memberimu saat, membaginya, lalu menyerahkan kepadamu tempat dan di mana engkau sempat. Shalatlah dalam hening agar hatimu semakin bening!
Shalat adalah tiang agama. Siapa yang mendirikannya, maka dia telah mendirikan agama. Siapa yang menghancurkannya, maka ia telah menghancurkan agama. Kata terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah Saw. sebelum meninggalkan dunia sebagai salam perpisahan bagi para sahabatnya adalah “Shalat, shalat. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat. Tiada ikatan antara kami dan kalian kecuali shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir.” Nabi Saw. menyerupakan shalat dengan bengawan yang airnya mengalir di depan rumah kita. Sabda beliau Saw., “Andaikata ada sungai mengalir di depan pintu salah seorang dari kalian, kemudian dia mandi di sana lima kali sehari, apakah masih akan tersisa kotoran di tubuhnya?” Mereka menjawab, “Tidak, Rasulullah.” Beliau bersabda, “Begitulah shalat.” Dengan shalat lima waktu Allah Swt. menghapus dosa sebagaimana air membersihkan kotoran. Shalat merupakan media komunikasi antara hamba dan Tuhannya. Pada saat shalat, Allah Swt. memerintahkan para malaikat – seperti kata ulama – meletakkan dosa-dosa hamba di atas kepalanya. Saat ia membaca ayat-ayat suci al-Quran dan ruku’, dosa itu akan berjatuhan. Ketika ia bangun dari ruku’, dosa-dosa berguguran. Ketika ia sujud, dosa-dosa berguguran. Ketika ia duduk, dosa-dosa berguguran. Dan ketika ia mengucapkan salam, ia terbebas dari dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru lahir.
Allah Swt. menjadikan shalat sebagai penunjuk jalan bagi kehidupan manusia. Antara satu shalat dan shalat yang lain, antara satu Jum’at dengan Jum’at berikutnya, antara Ramadhan dan Ramadhan berikutnya, dan antara satu haji dengan haji berikutnya, adalah sebagai pelebur dosa di antara dua masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi. Shalat juga bisa diumpamakan seperti motor yang selalu diservis rutin lima kali sehari oleh montir yang ahli, tentu motor tersebut tidak akan pernah mogok. Shalat adalah tempat munajat. Dalam shalat seorang hamba bisa bermunajat kepada Tuhannya. Saat ia mengucapkan, “Alhamdulillah rabbil ‘alamin. (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam),” Dia berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.” Ketika hamba membaca, “Ar-rahmanirrahim. (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang),” Dia berfirman, “Hamba-Ku menyanjung-Ku.” Ketika hamba membaca, “Maliki Yaumiddin. (Yang Menguasai Hari Pembalasan),” Dia berfirman, “Hamba-Ku mengangungkan-Ku.” Saat hamba membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. (Hanya Engkaulah yang kami sambah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan),” Dia berfirman, “Ini hanya antara Aku dan hamba-Ku.” Hingga Dia berfirman, “Bagi hamba-Ku apa yang dia minta.”
“Di dalam shalat medan rahasia demikian luas dan kilau cahaya bersinar.” Di dalam shalat terdapat banyak rahasia. Bersamaan dengan Takbiratul Ihram, manusia mengabaikan dunia dan meletakkannya di balik punggungnya sambil mengucap, “Allahu Akbar. (Allah Maha Besar).” Ketika setan datang mengganggunya, ia memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari setan yang terkutuk. Ia pun terlena dalam kebersamaan dengan Allah Swt. Setelah shalat kita merasakan kelapangan dada. Kita merasa lebih dekat dengan Tuhan Azza wa Jalla. Kita merasa diberi karunia oleh Allah Swt. Di antara karunia-Nya adalah Dia menciptakan kebaikan kemudian kebaikan itu dinisbatkan kepada kita.
“Dia mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangannya.” Antara satu shalat dengan shalat yang lain Allah Swt. memberikan senggang waktu beberapa jam. Antara shalat Subuh dan shalat Zuhur sekitar 7 jam. Antara shalat Zuhur dan Ashar lebih dari tiga jam. Begitu pula antara shalat Ashar dan Maghrib. Antara Maghrib dan Isya’ satu jam setengah atau lebih. “Dia juga mengetahui kebutuhanmu terhadap karunia-Nya sehingga melipatgandakan pahalanya.” Meskipun shalat fardhu hanya dilakukan lima kali, pahalanya sebanding dengan shalat lima puluh kali. Kenapa? Karena setiap kebaikan di sisi Allah Swt. dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Bukan berarti bacaan ‘Alif laam miim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu huruf, ‘lam’ satu huruf, dan ‘mim’ satu huruf. Bayangkan andaikata kita memperlama shalat kita!
Wahai anak manusia, andaikata engkau tahu apa yang engkau dapatkan dalam shalat, engkau tidak akan teledor dalam shalat. Andaikata engkau mengetahui di hadapan Siapa engkau berdiri, shalatmu tidak akan pernah putus. Ketika hamba berdiri di hadapan Tuhan Azza wa Jalla, ia harus yakin bahwa Allah Swt. pasti menerima shalatnya. Ia harus shalat dengan khusyu’, suci pakaian, hati, badan, dan seluruh anggota tubuh dari maksiat dan dosa-dosa. Tentang shalat berjama’ah ulama berkata, “Allah melihat hati imam, apabila Dia mendapatinya baik, Dia akan menerima shalatnya dan shalat orang-orang yang bersamanya. Jika Dia mendapati hatinya tidak baik, Dia akan melihat hati para makmum. Jika Dia mendapati di antara mereka ada yang baik, ia akan menerima shalat seluruhnya. Jika Dia tidak menemukan ini maupun itu, Allah berfirman, ‘Wahai para malaikatku, lihatlah para hamba-Ku yang sedang shalat dengan berbaris rapi sambil bertasbih seperti yang kalian lakukan. Saksikanlah wahai para malaikat-Ku, Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka, meridhai mereka, dan menerima shalat mereka.’”
“Dia mengetahui kelemahan dirimu sehingga menyedikitkan bilangannya.” Allah Swt. tidak memerintahkan kita mengerjakan shalat lima puluh kali sehari semalam. Dia tidak mengatakan, satu kali shalat sepuluh rakaat atau dua puluh rakaat. Tapi, hanya beberapa rakaat kecil. Kita hanya perlu membaca surat al-Fatihah dan surat-surat yang mudah. Di sinilah Rasul Saw. memberikan pandangan saat beberapa orang mengadu bahwa imam mereka setelah membaca surat al-Fatihah tidak membaca surat lain, kecuali hanya surat al-Ikhlas. Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu membacanya pada tiap rakaat?” Dia menjawab, “Aku menyukainya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Kesukaanmu padanya bisa memasukkanmu ke surga.”
Sedikit bilangannya, tapi berkat keutamaan Allah, Dia melipatgandakan pahalanya. Kenapa? Karena Dia mengetahui bahwa kita butuh keutamaan shalat ini, butuh pahalanya, butuh komunikasi dengan Tuhan dalam segala hal baik besar maupun kecil. Apabila Rasul Saw. menghadapi persoalan, beliau melakukan shalat. Beliau Saw. bersabda, “Permata hatiku ada dalam shalat.” Beliau Saw. juga pernah bersabda, “Tentramkanlah kami dengannya (shalat), wahai Bilal.” Setiap hari kita juga diingatkan saat adzan Subuh, “Ash-shalatu khairun minan naum. (Shalat lebih baik daripada tidur).” Hamba pun bergegas menuju Tuhan Azza wa Jalla dan meninggalkan tempat tidurnya mengharap ridha Allah Swt. Rizki dibagi saat Subuh ketika terbit fajar. Apabila matahari telah terbit, keberkahan waktu dicabut, keberkahan rizki dicabut, keberkahan umur juga dicabut, hingga hati manusia menjadi sempit, ia menjadi susah, dan hatinya tidak lapang. Namun, jika ia shalat subuh berjama’ah, dadanya akan menjadi lapang, dekat dan tetap terkoneksi dengan Tuhan Swt.
Sabda Rasul Saw., “Islam akan terurai ikatan demi ikatan; yang pertama adalah rasa cinta dan yang terakhir adalah shalat. Hingga tidak ada kebaikan yang tersisa bagi kamu Muslimin, kecuali shalat.” Karena itu jika engkau melihat orang terbiasa menginjakkan kakinya di masjid, saksikanlah bahwa ia adalah orang baik. Tidak ada hamba yang bersuci di rumahnya kemudian menuju rumah Tuhannya, kecuali Tuhan menyambutnya di pintu masjid dengan wajah berseri-seri sebagaimana berseri-serinya istri musafir saat suaminya kembali kepadanya. Begitulah kedudukan shalat dalam Islam. Karena itu, ketika Nabi Saw. dan para khalifah setelahnya mengirim pasukan, mereka berpesan, “Apabila kalian mendengar suara adzan dari mereka, kembalilah.” Yakni, janganlah kalian memerangi mereka, karena syiar Islam yang paling besar adalah shalat. Pertama kali yang ditanyakan kepada hamba pada hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, shalat dan seluruh amalnya akan diterima. Tapi, apabila shalatnya kurang, shalat itu akan ditolak beserta seluruh amalnya.
Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa menjaga shalat dan khusyu’ dalam menunaikannya, Amiin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar