Nabi SAW:مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ (Barang siapa menulis sholawat kpdku dlm sebtah buku, maka para malaikat selalu memohonkan ampun kpd Alloh pd org itu selama namaku masih tertulis dlm buku itu). اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلّٰهِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Kamis, 14 Juni 2012
TERLEPAS SATU SHOLATNYA, SEAKAN2 KEHILANGAN SEMUA HARTA DAN KELUARGANYA
=====================
BARANG SIAPA TIDAK MENJAGA(LALAI) SHOLAT, AKAN DIKUMPULKAN DENGAN FIR'AUN, QORUN, HAMAN, UBAY BIN KHOLAF
=====================
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa terlepas satu sholatnya, seolah-olah ia telah kehilangan seluruh keluarga dan hartanya.” (Ibnu Hibban)
Dari Abdullah bin Umar r.a., dari Nabi saw., sesungguhnya pada suatu hari beliau mengingatkan masalah shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa yang menjaga shalat, shalatnya akan menjadi cahaya, pembela, dan penyelamat baginya pada hari Kiamat. Dan barangsiapa tidak menjaga shalatnya, niscaya tidak ada cahaya, pembela, dan penyelamat baginya, dan pada hari Kiamat ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (Ahmad, Ibnu Hibban).
Semua orang pasti tahu siapakah Fir’aun, dan bagaimana kekufurannya sehingga ia menyebut dirinya Tuhan. Dan Haman adalah perdana menterinya, sedangkan Ubay bin Khalaf adalah musuh besar Islam dari kaum musyrikin Makkah. Sebelum hijrah, Ubay bin Khalaf pernah berkata kepada Nabi saw., “Aku telah memelihara seekor kuda dengan memberinya cukup makan. Dan dengan kuda itu aku akan membunuhmu hai Muhammad!” (Na’udzubillahi min dzalik). Sahut Nabi saw., “Insya Allah, aku yang akan membunuhmu!”
Ketika terjadi perang Uhud, Ubay bin Khalaf mencari Nabi saw. dan berkata, “Jika hari ini Muhammad lolos dariku, pasti aku akan celaka!” Ketika ia menemukan Nabi saw., para sahabat hendak membunuhnya dari jauh, tetapi Nabi saw. mencegahnya, “Biarkan ia mendekat.” Ketika Ubay sudah mendekat, Nabi saw. menarik sebilah tombak dari salah seorang sahabat, lalu beliau melemparkannya ke arah Ubay dan berhasil menggores lehernya. Meskipun hanya tergores sedikit, Ubay terjatuh dari kudanya beberapa kali dan jatuh bangun. Lalu ia berlari kepada pasukannya sambil berteriak, “Demi Tuhan! Dia (Nabi saw.) telah membunuhku!” Meskipun teman-temannya menenangkannya dengan berkata, “Jangan khawatir, itu hanya goresan.” Namun ia tetap meyakini ucapan Nabi saw. ketika di Makkah, bahwa beliau akan membunuhnya. “Demi Tuhan! Seandainya Muhammad hanya meludahiku pun, aku pasti akan mati olehnya!” Ubay bin Khalaf terus berteriak seperti seekor sapi jantan. Abu Sufyan yang pada saat itu sebagai panglima perang mereka, berusaha membujuk Ubay dan berkata, “Itu hanya goresan, tidak perlu kamu takut.” Jawabnya, “Tahukah kamu, siapakah yang telah melukaiku ini? Dia adalah Muhammad! Aku bersumpah demi Latta dan Uzza! Seandainya penderitaanku ini dibagikan ke seluruh orang Hijaz, niscaya mereka akan binasa! Di Makkah, Muhammad (saw.) pernah berkata kepadaku bahwa ia akan membunuhku, dan ketika itu juga hatiku merasa yakin bahwa aku akan mati di tangannya. Aku tidak dapat lari darinya. Jika setelah berkata seperti itu Muhammad meludahiku saja, pasti aku akan mati di tangannya.” Dalam perjalanan pulang, sehari sebelum tiba di Makkah, Ubay bin Khalaf pun mati.
Perhatikanlah, seharusnya kita merasa cemburu dan menjadikan hal ini sebagai pelajaran bagi kita. Bahkan seorang kafir tulen musuh Nabi saw. sangat meyakini ucapan beliau, tanpa ada keraguan sedikit pun terhadap ucapan beliau tentang kematiannya. Sedangkan kita yang mempercayai kenabian beliau, meyakini setiap ucapannya, mempercayai kepastian petunjuk-petunjuknya, dan mengaku sangat mencintainya, dan membanggakan diri sebagai umatnya, tetapi manakah sabda-sabda Nabi saw. yang telah kita amalkan? Dan sejauh manakah kita takut terhadap ancaman adzab yang disampaikan oleh Nabi saw. kepada kita? Setiap muslim mestilah bercermin untuk mengoreksi diri masing-masing sebelum ia membicarakan urusan orang lain.
Dalam Al-Zawaajir, Ibnu Hajar rah.a. menulis kisah Qarun, Fir’aun, dan yang lain, bahwa orang yang malas melaksanakan shalat, ia akan bernasib sama seperti Fir’aun, Qarun, dan Haman. Seseorang yang melalaikan shalat karena sibuk mencari harta, maka ia akan dibangkitkan bersama Qarun. Jika ia melalaikan shalat karena kekuasaan dan pemerintahan, maka ia akan dibangkitkan bersama Fir’aun. Jika ia melalaikan shalat karena jabatan dan relasi, maka ia akan dibangkitkan bersama Haman. Jika ia melalaikannya karena perdagangan, maka ia akan dibangkitkan bersama Ubay bin Khalaf. Dan setelah ia dibangkitkan bersama orang-orang tersebut, maka adzab ke atas mereka pun sama sebagaimana yang telah diterangkan dalam sebagian hadits, walaupun kedudukannya masih diperbincangkan, namun tidak ada keraguan lagi bahwa adzab Jahanam adalah adzab yang paling pedih. Walaupun bagi orang-orang yang di dalam hatinya terdapat iman, insya Allah suatu saat ia akan dibebaskan dari neraka Jahannam. Dan orang-orang kafir akan selamanya berada di neraka, namun tahukah kita, berapa lamakah mereka akan berada di neraka? Mungkin mereka harus berdiam di dalamnya beribu-ribu tahun. (Naudzubillahi min dzalik).
Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menyatukan dua shalat tanpa udzur, sungguh ia telah memasuki salah satu pintu dari pintu-pintu dosa besar.” (Hakim – At-Targhib).
Ali r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Jangan melambat-lambatkan tiga hal: (1) Shalat jika tiba waktunya, (2) Jenazah jika siap dikuburkan, (3) Seorang gadis jika sudah menemukan jodohnya (cepat dinikahkan).”
Banyak orang yang mengaku sebagai orang yang taat beragama dan berdisiplin dalam menjaga shalat, namun terkadang mereka mengqadha shalatnya di rumah masing-masing dengan alasan perjalanan, sibuk berdagang, atau bekerja. Padahal, banyak sekali waktu luang mereka. Jika hal itu dilakukan tanpa udzur, berarti mereka telah terjerumus ke dalam dosa besar, walaupun apa yang mereka lakukan hanya shalat tidak pada waktunya. Memang, dosanya tidak seperti dosa meninggalkan shalat, tetapi shalat tidak tepat waktu juga dapat menyeretnya pada dosa besar.
Dari Naufal bin Mu’awiyah r.a., bahwa Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa terlepas satu shalatnya, seolah-olah ia telah kehilangan seluruh keluarga dan hartanya.” (Ibnu Hibban – At-Targhib).
Biasanya, shalat terabaikan karena sibuk dengan keluarga atau harta. Nabi saw. bersabda, “Jika harta telah melalaikan satu shalat saja, maka kita harus bersedih seolah-olah kita telah kehilangan seluruh keluarga dan harta kita, tinggal kita sendiri di dalam rumah kita.” Jadi, seberapa banyak kerugian kita jika kehilangan semua itu, sebanyak itu pula kerugian kita bila meninggalkan shalat. Begitu pula sejauh mana kita bersedih karena kehilangan keluarga dan harta kita, sejauh itu pula hendaknya kita bersedih jika kehilangan shalat. Jika ada seseorang yang terpercaya berkata bahwa di jalan itu ada perampok, siapa pun yang melewati jalan itu pada tengah malam pasti akan dibunuh dan dirampoknya, maka siapakah yang berani melewati jalan itu pada malam hari? Jika malam hari begitu menakutkan, siang hari pun orang-orang akan enggan melewati jalan itu. Sedangkan Rasulullah saw. adalah orang yang sangat terpercaya. Beliau sering memperingatkan kita, tetapi kita sering melalaikannya. Kita sering mengaku sebagai pengikutnya yang setia, namun adakah pengaruh dari sabda beliau yang melekat pada diri kita?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar