Haqiqat Basmalah Menurut Imam Ibnul Aroby RA
=================
Menurut Imam Ibnul Aroby RA dalam Kitab Tafsir
Tasawufnya: “Tafsirul Qur’anil Karim” menegaskan, bahwa dengan
(menyebut) Asma Alloh, berarti Asma-asma Alloh Ta’ala diproyeksikan yang
menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat
Allah Ta’ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan arah-Nya,
sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.Allah
itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi
Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian
penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian
“Tidak membuat penyifatan”.“Ar-
Rahman” adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan
secara universal. menurut relevansi hikmah. dan relevan dengan
penerimaan di permulaan pertama.
“Ar-Rahiim” adalah yang melimpah bagi
keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari
segi pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, “Wahai Yang Muha
Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat”.
Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang
sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang
merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi
Muhammad saw. Bersabda, “Aku diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) paripurna akhlak”.
Karena. kalimat-kalimat merupakan
hakikat-hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut
sebagai Kalimah dari Allah, sedangkan keparipurnaan akhlak adalah
predikat dan keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber
perbuatan-perbuatan yang terkristal dalam jagad kemanusiaan. Memahaminya
sangat halus. Di sanalah para Nabi – alaihimus salam – meletakkan
huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud. Kenyataan
ini bisa djtemukan dalam periode! Isa as, periode Amirul Mukminin
Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang
secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
Disebutkan, bahwa Wujud ini muncul dari
huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf Alif
yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada
indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari Ciptaan
Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, “Aku tidak menciptakan
makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan
denganmu Aku memberi. denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi
pahala dan denganmu Aku menyiksa”. (Al-hadits).
Huruf-huruf yang terucapkan dalam
Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19
huruf. Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang
terpisah menjadi 22.
Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya
alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya. 18 ribu alam. Karena
huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur
jumlah. Alif merupakan induk dari seluruh strata yang tidak lagi ada
hitungan setelah Alif. Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala
induk alam yang disebut sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy,
Kursi, Tujuh Langit., dan empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing
masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.
Sedangkan makna sembilan belas,
menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam
hewani, namun alam insani itu menurut konotasi kemuliaan dan
universalitasnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, toh ada alam
lain yang memiliki ragam jenis yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti
posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan perunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af ‘aal. Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai dari hakikatnya.
Sementara tiga huruf yang tertulis
menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat
penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.
Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi,
ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat pada Baa’, “dari
mana hilangnya Alif itu?” Maka Rasulullah saw, menjawab, “Dicuri oleh
Syetan”.
Diharuskannya memanjangkan huruf Baa’nya
Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan
penyembunyian Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang
tersebar. Sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa
dikenal kecuali oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan,
“Manusia diciptakan menurut gambaran Nya”.
Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat,
dan Sifat tersembunyikan oleh Af’aal. Af’aal tersembunyikan oleh
jagad-jagad dan makhluk.
Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih
Tajallinya Af’aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan
tawakkal. Sedangkan siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya
tirai Af’aal, ia akan Ridha dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya
Dzat dengan terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka
ia pun akan meraih Penyatuan Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia
membaca tapi tidak membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”.
Tauhidnya af’aal mendahului tauhidnya
Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi
saw, bermunajat dalam sujudnya, “Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu
dari siksaMu, Aku berlindung dengan RidhaMu dari amarah dendamMu, Aku
berlindung denganMu dari diriMu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar