Esai :
Ujung Tombak Aswaja> Menara Kudus, 30 Tahun Berjuang
=====================
Manusia berusia
berusia 30 tahun, sudah pantas kawin. Tetapi saya tidak mengerti
tindakan yang harus dilakukan oleh toko kitab yang beroperasi selama 30
tahun. Jawaban itu baiknya diserahkan kepada awak toko kitab dan
masyarakat.
Menara Kudus sebuah toko kitab kuning di Jakarta. Belakangan buku-buku agama berjejal di rak toko. Menara Kudus beralamat di Jalan Kramat II Nomor 54 A Jakarta Pusat. Posisinya hanya berselang beberapa rumah dari majelis taklim terkenal Alm Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang.
Sebagai toko kitab, kehadiran Menara Kudus sangat membantu masyarakat
khususnya muslim Indonesia yang berpaham Ahlussunah Waljamaah (Aswaja).
Selain para kiai dan santri, keberadaannya tidak lain menjadi kaki
penyangga bagi paham Aswaja itu sendiri.
Pembaca boleh membayangkan pembelajaran di pesantren atau majelis
taklim tanpa kehadiran kitab kuning. Para kiai, santri, dan pengunjung
majelis taklim di masjid-masjid akan duduk melongo tanpa mengerti apa
yang mesti diperbuat.
“Kami buka setiap hari,” kata penjaga Toko Menara Kudus Muzamil di Toko Menara Kudus, Jakarta Pusat.
Setiap hari harus dipahami secara harfiah. Artinya, ia buka dari
Senin hingga Ahad. Libur hanya berlaku bagi hari yang ditandai dengan
penanggalan merah. Tetapi libur berlaku bagi penanggalan merah di luar
Ahad.
Toko ini sering menerima pesanan kitab dari pelbagai kota bahkan
negara. Toko yang setiap tahunnya mengikuti pameran di Senayan, kerap
mengirim kitab-kitabnya ke pesantren di Jabodetabek, Medan, Aceh,
Bukittinggi, Lampung, Bangka, Jambi, Kalimantan, Surabaya, Malang,
Sulawesi, bahkan Malaysia, Singapura, Hongkong, dan Suriname.
Menara Kudus setiap harinya dijaga oleh delapan petugas. Toko ini menjual kitab berbahasa Arab, Arab Melayu, dan Arab Pegon.
Sebelum memiliki website sendiri, toko ini awalnya memasarkan
produknya lewat gelar kitab lesehan di majelis taklim dan masjid-masjid
saat Jumatan. Selain itu, pemasaran kitab dilakukan dengan menyebarkan
katalog atau kalender Menara Kudus.
Muzammil pria berusia 65 tahun asal Kudus menyatakan bahwa selama 30
tahun mengawal toko itu, dirinya tidak mengeluh apapun meski hingga kini
masih sewa tempat. Ia menganggap ramai-sepi pelanggan hanya sebagai
dinamika pasar. Namun, ia mengakui permintaan kitab pada sepuluh tahun
terakhir agak meningkat.
Meskipun begitu, kelanjutan paham Aswaja di Indonesia selain pada
kiai dan santri, akan sangat bergantung pada kehadiran toko kitab
seperti Menara Kudus dan toko lainnya.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,50-id,43179-lang,id-c,esai-t,Menara+Kudus++30+Tahun+Berjuang-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar