“Ahlu Badr adalah orang-orang muslim yang paling afdlol”, Mereka lebih Afdlol dari Semua Muslimin yang lain, dan Muslim lain Tidak ada yang lebih Afdlol dari mereka
Oleh: AlHabib Munzier bin Fuad Al-Musawwa
Kita
ingat bahwa hari ini adalah tanggal 13 Ramadhan tepat dengan kejadian
Fath Makkah, sebagaimana salah satu riwayat yang mengatakan bahwa Fath
Makkah terjadi pada tahun ke-8 H tanggal 10 Ramadhan, sebagian
mengatakan tanggal 13 Ramadhan, maka di malam ini kita mengingat kembali
kejadian Fath Makkah, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bergerak dengan 10.000 muslimin, diawali dengan perjanjian Hudaibiyah
pada tahun ke-6 H, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dipaksa oleh kuffar quraisy untuk tidak masuk ke Makkah, maka para
muslimin pun marah dan diantara mereka yaitu sayyidina Umar ibn Khattab
berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ” Wahai Rasulullah, bukankah kita ini penduduk Makkah?”, maka Rasul berkata: “betul “, maka sayyidina Umar berkata lagi : “bukankah kita ini dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan?”, rasul pun menjawab: “betul”, sayyidina Umar berkata lagi : “bukankah Engkau adalh Rasulullah pembawa kebenaran?”,”betul”,
jawab Rasulullah. Maka diamlah sayyidina Umar bin Khattab tidak lagi
meneruskan ucapannya dan Rasul terus memerintah para sahabat yang
jumlahnya di saat perjanjian Hudaibiyah itu adalah 1.400 untuk mundur
kembali ke Madinah Al Munawwarah dan tidak jadi memasuki Makkah. Namun
di saat perjanjian Hudaibiyyah itu di malam
harinya sayyidina Umar tercenung karena ketika ia bertanya kepada
Rasulullah dengan satu pertanyaan maka Rasul tidak menjawab, bertanya
kedua kalinya Rasul diam juga, bertanya ketiga kalinya Rasul pun tidak
menjawab, maka sayyidina Umar pun pergi dalam hatinya ia berkata:“sungguh
celaka aku ini, tiga kali bertanya kepada Rasulullah beliau tidak
menjawab, celaka diri ini akan dimurkai Allah subhanahu wata’ala”, maka setelah ia menaiki kudanya ia pun dipanggil: “wahai Umar, Rasulullah memanggilmu telah turun ayat kepada Rasulullah”, maka sayyidina Umar berkata dalam hatinya:“sungguh celaka aku, itu pasti ayat yang turun karena murka Allah kepadaku karena aku mengganggu Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَليَّ اللَّيْلَةَ سُوْرَةٌ لَهِيَ أَحَبّ إِليَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
“Sungguh telah turun padaku malam
ini surat yang ia lebih kusenangi dan menggembirakanku lebih dari
terbitnya matahari” (Shahih Bukhari)
Maka dijelaskan oleh Al Imam Ibn Katsir di dalam riwayat lainnya bahwa Rasulullah bersabda : “telah turun ayat yang lebih kucintai daripada dunia dan seisinya”, maka sayyidina Umar berkata : ” ayat apa wahai Rasulullah?”, Rasul berkata: ” Allah telah berfirman :
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا
مُبِينًا، لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ، مَا تَقَدَّمَ، مِنْ ذَنْبِكَ، وَمَا
تَأَخَّرَ، وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ، وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا
مُسْتَقِيمًا، وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ، نَصْرًا عَزِيزًا ( الفتح : 1-3 )
” Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepada kamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang
serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan
yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat
(banyak)” (QS. Al Fath : 1-3 )
Sebagian ahli tafsir mengatakan yang
dimaksud adalah dosa para shahabat dan pecinta beliau yang lalu dan yang
akan datang. Tetapi makna ayat ini bertentangan karena disaat itu
Rasulullah kembali ke Madinah, ditolak oleh kuffar quraisy untuk masuk
ke Makkah, tetapi di saat itu Allah menurunkan ayat yang menunjukkan
bahwa Allah memberikan kemenangan untuk Rasulullah dan kaum muslimin,
padahal yang terjadi di saat itu adalah Rasulullah dan kaum muslimin di
usir untuk kembali lagi ke Madinah. Maka sayyidina Umar berkata : “wahai Rasulullah, apakah janji Allah ini adalah Fath untuk kita?”, maka Rasulullah berkata : “betul”, sayyidina Umar bertanya lagi: “kapan wahai Rasulullah”,
tetapi Rasulullah diam tidak menjawabnya. Kapankah Fath Makkah itu
terjadi?, dua tahun kemudian yaitu pada tahun ke-8 H, di dalam riwayat
mengatakan pada tanggal 10 Ramadhan, di riwayat yang lainnya pada
tanggal 13 Ramadhan.
Di saat kejadian itu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabat untuk tidak
satupun diantara mereka yang mengacungkan pedang, tidak ada senjata yang
keluar dari sarungnya, kecuali jika ada yang menyerang maka boleh
mengeluarkan senjata, maka masuk ke Makkah dari segala penjuru, yang
masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia selamat, yang masuk ke rumahnya
sendiri ia selamat, yang masuk ke masjid ia pun selamat, dan yang
melawan akan dihabisi, maka tidak ada dintara mereka yang melawan. Dan
di saat itu banyak diantara mereka yang masuk Islam dintaranya adalah
Abu Quhafah, ayah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra yang buta, diseret
oleh Muslimin untuk mengahadap Rasulullah tetapi Rasulullah yang datang
menghampirinya, maka Abu Qahafah masuk Islam di tangan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Rasulullah menoleh kepada Abu Bakr
dan berkata: ” wahai Abu Bakr, kuberi engkau kabar gembira, ayahmu telah masuk Islam”,
maka ketika itu berubahlah wajah Abu Bakr As Shiddiq, ia menunduk dan
kemudian mengalirkan air mata karena sedih, maka Rasulullah berkata: ”
wahai Abu Bakr, bukankah aku membawa kabar gembira bahwa ayahmu telah
masuk Islam, apakah engkau tidak gembira dengan hal itu, mengapa kau
cemberut “, maka Abu Bakr As Shiddiq semakin menangis dan berkata : ”
Wahai Rasulullah , aku senang karena ayahku masuk Islam, tetapi aku
lebih senang jika paman-pamanmu (seperti Abu Lahab dan Abu Jahal ) yang
meninggal dalam kekufuran mereka masuk Islam karena hal itu akan lebih
membuatmu gembira”, maka Rasulullah memeluk Abu Bakr dan berkata : ” Barakallahu fiik wahai Abu Bakr , engkau tau perasaanku “.
Kita lihat bagaimana kecintaan Khalifah
pertama sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau senang dengan ayahnya masuk Islam, tetapi
setelah beliau ingat bahwa paman-paman Rasulullah ada yang wafat dalam
kekufuran, maka beliau merasa bahwa hal itu sangat menyakitkan perasaan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jika seandainya
paman-paman Rasulullah yang masuk Islam hal itu lebih ia senangi karena
hal itu pasti menggembirakan Rasulullah, oleh karena itu Abu Bakr merasa
terharu, sedih dan malu karena Rasulullah memberi kabar gembira dengan
keislaman ayah beliau, sedangkan paman-paman beliau ada yang tidak
mendapatkan hidayah, inilah akhlak sayyidina Abu Bakr As Shiddiq.
Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim
ketika Rasul mendapat kabar dari Jibril As, bahwa kaum Anshar kasak
kusuk setelah hari Fath Makkah itu, dimana kaum Anshar adalah penduduk
Madinah dan mereka berkata bahwa mereka tidak memiliki rumah di Makkah,
maka mereka harus pulang ke Madinah dan berpisah dengan Rasulullah yang
telah sepuluh tahun hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan kini Rasul sudah pulang ke kampungnya di Makkah , maka
wajah mereka pun sudah mulai suram, sedangkan kaum Muhajirin gembira
karena kembali ke rumahnya, kembali kepada keluarganya, temannya , dan
para kerabatnya karena sepuluh tahun tidak berjumpa dengan mereka. Dan
kaum Anshar yang penduduk Madinah tercenung sedih melihat muhajirin yang
saling bergembira, maka Rasulullah berkata kepada kaum Anshar : ”
wahai kaum Anshar berkumpullah, aku mendengar benarkah diantara kalian
ada yang berkata bahwa aku telah pulang kampung dan kalian akan kembali
ke Madinah dan berpisah denganku?”, maka mereka berkata : ” betul wahai Rasulullah, kami risau jika kami harus pulang dan berpisah denganmu”, maka Rasulullah berkata:
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba
Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku
bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “
Demikian cinta Rasulullah kepada kaum
Anshar, beliau tidak memilih kampung halamannya, tidak memilih tempat
kelahirannya tetapi lebih memilih tempat para pecintanya. Di saat semua
kampung menolak dan mengusir Rasulullah hanya Madinah lah yang menerima
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan wilayah lain tidak
mau menerima Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena akan
dikejar-kejar oleh kuffar Qurays, maka semuanya mengusir nabi hanya
Madinah yang mau menerima Rasulullah, maka Rasulullah tidak mau berpisah
dengan kaum Anshar. Makkah sudah dikuasai tetapi beliau hanya diam
selama 15 hari dalam salah satu riwayat, setelah itu beliau kembali ke
Madinah sampai wafat di Madinah, beliau ingin selalu bersama dengan para
pecintanya. Semoga Jakarta menjadi kota para pecinta sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, amin.
Subhanallah
. Di saat itu Rasulullah meminta pendapat para sahabat, di Badr Al
Kubra bukannya Rasul mengajak perang, Rasulullah bukanlah orang yang
menyukai perang, rasul tidak menyukai gencat senjata, namun mereka
kuffar quraisy selalu berkumpul untuk menyerang Rasulullah, sampai
ketika perang Tabuk Rasulullah keluar ke Tabuk demi menjaga Jazirah Arab
agar jangan sampai diserang Romawi, itulah yang diperbuat oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula di Badr Al Kubra,
kejadian Badr Al Kubra itu bukanlah bertujuan untuk berperang tetapi
hendak memotong kafir Quraisy yaitu kafilah Abu Sufyan. Karena setiap
kali kafilah muslimin akan masuk ke Madinah, sering dirampok oleh
orang-orang kuffar quraisy, maka Rasulullah ingin sekali-kali memberi
pelajaran kepada mereka, maka dipotonglah kafilah Abu Sufyan. Dan
Rasulullah pun keluar bersama muslimin yang jumlahnya 313, diriwayat
yang lain 314 dan dalam riwayat yang lain 319, namun dalam Shahih Al
Bukhari tiga riwayat menyebutkan 313, dan yang mengatakan 314 menurut Al
Imam Ibn Hajar bahwa yang ke 314 adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan yang mengatakan 315 karena ada satu orang yang masuk Islam
di tengah jalan kemudian ia ikut perang Badr, dan yang mengatakan 319
yaitu karena ada orang-orang yang dilarang ikut tetapi mereka tetap ikut
seperti Abdullah bin Umar Ra.
Maka di saat itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat, kaum muhajirin dan anshar
dikumpulkan dan beliau berkata: “wahai para sahabat berilah aku pendapat dalam hal ini “, maka sayyidina Abu Bakr berkata : ” kita semua siap untuk berangkat perang wahai Rasulullah”,
sayyidina Umar pun berkata demikian. Maka kaum Anshar yang mendengar
hal itu terkejut karena mereka bukanlah orang-orang yang ahli dalam
peperangan tidak seperti kaum muhajirin, mereka adalah para petani,
peternak dan pengelola kebun-kebun kurma yang tidak mengerti tentang
perang, maka mereka pun bingung dan hanya diam, hingga Rasulullah
mengulang ucapannya lagi : ” wahai para sahabat berilah aku pendapat kalian “, akhirnya salah seorang dari Anshar berdiri dan berkata : ” wahai Rasulullah, sepertinya engkau menunggu pendapat kami dari kaum Anshar ?”, Rasulullah berkata : ” iya betul yang kutunggu pendapat kalian, karena dari tadi hanya kaum muhajirin yang berbicara”, maka orang itu berkata : ”
Wahai Rasulullah berangkatlah, kami siap berangkat bersamamu, kemanapun
engkau pergi kami ikut, engkau naik ke atas gunung kami ikut naik ke
atas gunung, engkau masuk ke dasar lautan kami pun ikut ke dasar lautan,
seandainya pun kami harus mati satu persatu tenggelam di lautan, maka
tidak satupun dari kami kaum Anshar yang akan tersisa, barangkali hal
itu bisa membuat kami menggembirakanmu wahai Rasulullah”. Nyawa
mereka tidak ada artinya demi menggembirakan hati sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka ingin menghibur Rasulullah dengan
nyawa mereka, demikian keadaan para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Hadirin hadirat, namun jangan
disalah tafsirkan bahwa Ahlu Badr itu adalah kelompok beringas, kelompok
anarkis, kelompok teroris atau yang lainnya, tidak demikian. Ahlu Badr
adalah orang-orang damai, sampai-sampai Abu Thalhah Al Anshari Ra dia
adalah orang yang sangat pemberani dari kalangan Anshar, dimana
Rasulullah berkata bahwa Abu Thalhah sama dengan 1000 pasukan yang lain
karena dahsyatnya kekuatan Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah. Maka
diriwayatkan dalam Ibn Hisyam bahwa di saat perang Badr pedang Abu
Thalhah terjatuh karena kantuknya disebabkan shalatnya yang terlalu lama
di malam harinya. Jika seseorang berperang dengan emosi bisakah ia
merasakan kantuk?!, melihat ribuan pasukan di hadapannya yang dilengkapi
dengan perisai baja dan pedang-pedang terhunus, dan panah-panah yang
terus terarah kepada mereka, masih bisakah ngantuk?!, kalau berperang
dengan hawa nafsu maka tidak akan pernah bisa ngantuk, yang ada salah
satu diantara dua hal yaitu ngamuk dengan serabutan atau lari ke
belakang, bukankah begitu?. Tapi Abu Thalhah bisa mengantuk hingga
pedangnya terjatuh karena santainya menghadapi perang, mereka menghadapi
kematiaan dengan santai dan tenang, karena mereka bukan pasukan
beringas, mereka adalah orang-orang damai, ahlu dzikir, demikianlah
keadaan Ahlu Badr radiyallahu ‘anhum.
Mereka adalah orang-orang paling mulia,
sehingga di hadits yang tadi kita baca dijelaskan bahwa ketika Jibril
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pendapat
beliau tentang para sahabat beliau ahlu Badr, maka Rasul berkata : ” mereka ahlu Badr adalah orang-orang muslim yang paling afdhal”,
mereka lebih afdhal dari semua muslimin yang lain, dan muslim lain
tidak ada yang lebih afdhal dari mereka. Ahlu Badr adalah perpaduan dari
bangsa arab dan bukan bangsa arab, dari kaum budak dan orang-orang
merdeka, dari golongan kaum jelata hingga golongan orang yang kaya raya,
dan diantara mereka pula para ahlu bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Bendera dipegang oleh dua kelompok , satu dari Muhajirin dan
yang satu dari kaum Anshar, bendera Muhajirin dibawa oleh oleh sayyidina
Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah Ra benderanya berwarna hitam
demikian yang dijelaskan dalam sirah Ibn Hisyam, dan bendera kaum Anshar
berwarna putih. Demikian dahsyatnya perang Badr Al Kubra, maka Rasul
berkata bahwa mereka adalah muslimin yang paling afdhal, dan di saat itu
pun Jibril menjawab bahwa malaikat yang ikut di perang Badr mereka juga
malaikat yang paling afdhal.
Hadirin hadirat, setelah perang Badr
selesai tidak semuanya wafat, tetapi ada beberapa yang wafat dan ada
yang masih hidup, diantara yang hidup itu terus hidup hingga Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wafat. Dan ketika masa khalifah Abu Bakr As Shiddiq
Ra maka di saat itu banyak pemberontakan di beberapa wilayah,
diantaranya di Yaman, maka penguasa di kota Tarim Hadramaut meminta
bantuan dari khalifah Abu Bakr As Shiddiq untuk mengirim pasukan, karena
banyak pemberontak yang memberontak terhadap kekhalifahan Abu Bakr As
Shiddiq, maka dikirimlah para pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut, dan
disana ada gunung yang disebut Jabal Khailah (gunung kuda), mengapa
disebut gunung kuda?, karena disitulah turunnya kuda-kuda ahlu Badr yang
datang dari Madinah diutus oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra ke
kota Tarim Hadramaut untuk berjihad disana, sebagian diantara mereka
wafat dan dimakamkan di Tarim hingga sekarang kuburnya dikenal dengan
kuburan ahlu Badr karena disana dimakamkan beberapa orang ahlu Badr, dan
sejak itulah Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir hijrah dari Baghdad ke
Tarim Hadramaut, kemudian cucunya Al Iman Ali Bin Alawy Khali’ Qasm
membangun pemakaman Zanbal di sekitar pemakaman Ahlu Badr, hal ini
menunjukkan bahwa para sahabat dan para ahlu bait Rasul ingin selalu
berdampingan, para habaib kita selalu ingin dekat dengan para sahabat
Ra, maka disanalah makam Al Imam Haddad, makam Al Imam Alfaqih Muqaddam
Muhammad bin Ali Ba’alawy, makam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas,
makam Al Imam Abdullah bin Abu Bakr Al Aidarus, makam Al Imam
Abdurrahman As Saggaf, semua berdampingan dengan kuburan ahlu Badr
radiyallahu ‘anhum.
Dan sebagian dari mereka berangkat ke
pulau Jawa, 9 orang menuju Gujarat kemudian ke Jawa dan meyebarkan Islam
dan mereka di kenal dengan sebutan Wali Songo, dimana
mereka dari Gujarat yang berasal dari Yaman, para keturunan Al Imam
Faqih Muqaddam, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir. Kita lihat
sanadnya Islam di Indonesia yang bersambung yang berasal dari para da’i
yang berasal dari Tarim Hadramaut, siapa mereka? Mereka adalah para ahlu
bait Rasulullah, keturunan Al Imam Ahmad bin Isa Al Muhajir yang hijrah
dari Baghdad ke Tarim Hadramaut. Kita lihat sanadnya dari zaman
Rasululullah ke zaman sayyidina Abu Bakar As Shiddiq kemudian Abu Bakr
mengirim pasukan Ahlu Badr ke Tarim Hadramaut berjihad di Tarim dan
sebagian wafat, kemudian perjuangan dilanjutkan oleh khalifah Umar bin
Khattab, khalifah Utsman, dan khalifah Ali bin Abi Thalib hingga sampai
kepada Al Imam Ahmad Al Muhajir yang akhirnya juga hijrah juga ke Tarim
dan bergabung lagi dengan para ahlu Badr yang dimakamkan di sana, dan
dari sana sampailah ke Indonesia ini, jadi sanad kita ini sebenarnya
tersambung kepada ahlu Badr radiyallahu ‘anhum waardhahum.,
Subhaanallah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar