Ketika Wali Songo Tidak Dianggap Sejarah
===============================Padahal para penyebar Islam di Indonesia yang datang belakangan dituliskan secara panjang lebar. “Yang muncul dalam Ensiklopedia Islam itu malah tiga serangkai yang membawa faham Wahabi ke Indonesia: Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang,” kata Agus Sunyoto pada Peluncuran Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto di PBNU Jakarta, Juli 2012 lalu.
Sementara khazanah kebudayaan Islam Nusantara pada zaman Wali Songo seperti karya sastra, seni musik, seni rupa, seni pertunjukan, seni suara, desain, arsitektur, filsafat, tasawuf, hukum, tata negara, etika, ilmu falak, sistem kalender, ilmu pengobatan yang lahir dan berkembang pada masa Wali Songo tidak disinggung.
Bukan hanya “orientalis” yang mencampakkan sejarah Wali Songo. Yang agak lucu, aspek kesejarahan Wali Songo ini juga digugat secara terang-terangan dalam berbagai karya tulis para akademisi dari kampus-kampus Islam yang memakai nama Wali Songo dan tokoh-tokohnya sebagai nama kampus mereka.
Mengapa Wali Songo tidak dianggap sejarah, hanya dianggap sekedar mitos dan bukan fakta? Apakah ada upaya-upaya sistematis untuk menghilangkan Wali Songo dan ajaran-ajarannya dari sejarah peradaban umat Islam? Silakan menyusun sendiri jawaban untuk pertanyaan itu.
Atlas Wali Songo yang disusun selama bertahun-tahun itu bermaksud untuk menghadirkan Wali Songo sebagai fakta sejarah. Dengan dilengkapi berbagai bukti sejarah, buku ini telah menjawab berbagai keraguan para sejarawan konvensional.
Dan barangkali usaha Agus Sunyoto tidak sia-sia. Tak kurang, arkeolog kenamaan dari Universitas Indonesia Mundardjito dalam pengantar buku itu memberikan apresiasi yang cukup positif terhadap karyanya. Harian umum Kompas (6/7/2012) juga tak segan mengebut Atlas Wali Songo sebagai buku pertama yang menuliskan Wali Songo sebagai fakta sejarah.
Paling tidak, sekarang ini, para para peziarah yang datang ke makam para tokoh Wali Songo setiap waktu dan silih berganti tidak hanya berhadapan dengan mitos dan kisah-kisah karomah, tetapi juga warisan luhur berupa khazanah, karya-karya, ajaran-ajaran dan metode dakwah dari para penyebar Islam Nusantara itu.
A. Khoirul Anam
Serial ini ditulis dalam rangka menyambut kegiatan Pengajian dan Bedah Buku Atlas Walisongo untuk memperingati Harlah NU dan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman PBNU, Jakarta, 31 Januari dan 1 Februari 2013
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,42112-lang,id-c,nasional-t,Ketika+Wali+Songo+Tidak+Dianggap+Sejarah-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar