ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Minggu, 20 Januari 2013

Khilafah Menurut KH. Wahab Hasbulloh



--------------------------------

Khilafah Menurut  KH. Wahab Hasbulloh

wahab chasbullahSalah satu cara memahami sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) adalah memahami CCI dan Komite Hijaz. Sebab diantara ketiganya ada benang merah yang tidak dapat dipisahkan serta mempunyai konteks masing-masing dalam setiap perkembangannya.
Syarikat Islam dan CCI
Sebelum dibentuk Central Comite al-Islam (CCI), adalah atas usul Bratanata seorang tokoh SI (Syarikat Islam) membentuk sebuah forum Al-Islam Kongres. Forum ini mempunyai tujuan untuk mengurangi ketegangan dan bahaya perselisihan khilafiyah. Dengan demikian diharapkan akan terwujud sebuah persatuan berbagai kelompok (pemahaman) Islam yang ada dan memperkuat kekuatan muslim, khususnya di Indonesia. Kongres Al-Islam pertama dilaksanakan di Cirebon tahun 1921 yang dipimpin langsung oleh HOS Tjokroaminoto dan dibantu H Agus Salim. Lagi-lagi perdebatan muncul dalam kongres tersebut, yaitu antara kaum modernis (Muhamamdiyah dan Al Irsyad) yang diwakili oleh Ahmad Soorkatti dan ulama tradisional oleh KH Wahab Hasbullah dan KH R Asnawi. Yang diperdebatkan adalah persoalan madhzhab, dimana kubu modernis mengecam madzhab sebagai penyebab lumpuhnya dan bekunya umat Islam. Dipihak lain KH Wahab Hasbullah menuduh Muhammadiyah dan Al Irsyad mau membuat madzhab sendiri dengan cara menafsirkan Al Qur’an sesuka akalnya. Konflik khilafiyah tersebut membuat Kongres Al Islam gagal membentuk CCI yang sebenarnya merupakan salah satu tujuan diadakannya kongres.
Kongres Al Islam kedua digelar di Garut, Jawa Barat tahun 1922 berhasil ditetapkan CCI. Namun dalam pertemuan tersebut ulama tradisional yang biasa diwakili KH Wahab Hasbullah tidak hadir. Ketidakhadiran beliau ternyata tetap tidak bisa meredakan pertentangan khilafiyah.
Syarikat Islam dan CCC
Karena kondisi CCI dalam membawa misi mendamaikan berbagai kelompok Islam tersebut gagal, maka atas prakarsa Sarekat Islam (sekali lagi inisiatif Sarekat Islam) pada tahun 1924 dibentuklah CCC (Central Comitte Chilafat), namun tujuannya sudah berbeda dengan CCI. CCC lebih mengkonsentrasikan kepada persoalan Khilafah. SI menunjuka W. Wondosoedirjo (W. Wondoamiseno) sebagai wakil dari SI. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa W.Wondoamiseno terpilih sebagai ketua CCC.
Kemudian pada tahun 1924 (24-26 Desember) CCC mengadakan Kongres Al Islam di Surabaya. Keputusan penting dalam pertemuan tersebut adalah membahas mengenai utusan CCC ke “Muktamar Dunia Islam” di Kairo dan memutuskan apa saja yang perlu disampaikan dalam forum internasional tersebut, yaitu : pertama masalah khilafat harus dipegang “Majelis Ulama” dan berpusat di Mekah. Kedua, utusan yang akan dikirim adalah KH Fahruddin (Muhammadiyah), Surjopranoto (SI) dan KH Wahab Hasbullah (atas naam Ketua Perkumpulan Agama di Surabaya) ditambah HOS Tjokroaminoto dan Ahmad Soorkatti.
Perlu dicatat dan ditegaskan di sini bahwa khilafah yang akan dibahas dalam “Muktamar Dunia Islam” dalam hal ini adalah atas prakarsa para ulama Al Azhar atas kecamuk di jaizarh Arab antara Ibnu Suud (Arab), Syarif Husein dan Syarif Ali (Raja Hijaz) di saat kekhalifahan di Turki (Khalfiah Muhammad VI) jatuh dan dikuasi oleh Kemal Pasya. Karena kondisi inilah pembahasan soal Khilafah di Mesir gagal dan utusan CCC juga batal berangkat sampai batas tidak ditentukan.
Perubahan geopolitik yang terjadi saat itu ternyata juga membawa kabar berita tentang adanya larangan bermadzhab, berziarah dan tatacara beribadah menurut madzhab. Itu terjadi setelah Ibnu Saud memenangkan perebutan kekuasaan dengan Raja Hijaz (Syarif Ali).
Pada tahun 1925 CCC mengadakan Kongres Al Islam di Yogyakarta yang keempat (21-27 Agustus 1925) yang dipimpina oleh W.Wondoamiseno, KH Wahab Hasbullah buru-buru menyampaikan pendapat mengenai rencana diadakannya “Mtktamar Alam Islami” yang akan dilangsungkan di Mekkah. Sebenarnya saat itu CCC belum menerima pemberitahuan kapan akan diadakannya muktamar tersebut, namun KH Wahab Hasbullah meminta dengan sangat bahwa CCC yang nanti berangkat ke Mekkah harus mendesak Raja Ibnu Saud untuk melindungi kebebasan bermadzhab. Sistem bermadzhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap dipertahankan.
Kemudian datanglah undangan dari Raja Ibnu Saud kepada CCC untuk ikut hadir di Muktamar Alam Islami di Mekkah yang akan dilakanakan bulan Juni 1926 (perlu digaris bawahi ini berbeda dengan muktamar sebelumnya yang diprakarsai oleh ulama al Azhar).
Sebelum CCC mengadakan kongres kelima di Bandung (Februari 1926), KH Wahab Hasbullah merasakan ada gelagat bahwa apa yang diusulkan dalam kongres di Surabaya kurang mendapat perhatian. Beberapa kali upaya mendekati tokoh CCC dalam membantu misinya memperingatkan Raja Ibnu Saud kurang mendapat respon baik, maka pada bulan Januari 1926, beliau menyiapkan Komite Hijaz yang kelak akan dijadikan wadah untuk memperjuangkan usulannya.
Dalam kongres CCC dibandung tersebut KH Wahab Hasbullah tidak bisa hadir, karena ayah beliau tiba-tiba sakit keras. Dengan demikian, maka ketidakhadiran beliau dalam kongres CCC tersebut memuluskan pihak-pihak lain yang sedari awal lebih condong pada kebijakan Raja Ibnu Saud. Dan sejak itu pula hubungan KH Wahab Hasbullah dengan CCC sudah pudar (meski september 1926 utusan CCC menyampaikan hasil muktamar di Mekkah dalam Kongres keenam di Surabaya.
Sebelum utusan CCC berangkat ke Muktamar Alam Islami di Mekkah pada 2 Maret 1926, pada 31 Januari 1926 Komite Hijaz mengundang para ulama untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke Mekkah (lewat komite hijaz lah akhirnya KH Wahab Hasbullah menyampaikan usulnya, dan meninggalkan CCC). Dalam kesempatan itu pula ditetapkan berdirinya Nahdlatul Ulama sebagai wadah organisasi yang mengutus para ulama ikut Muktamar Alam Islami di Mekkah, dan tentu dengan misi mengenai menjaga tradisi bermadzhab.
KH Wahab Hasbullah : Benang Merah
Apakah KH Wahab Hasbullah sakit hati kepada CCC, sehingga kemudian melahirkan NU? Jawaban beliau :
“Saya sudah sepuluh tahun memikirkan membela para ulama (madzhab) yang diejek sana-sini dan amaliyahnya diserang sana-sini. Kalau satu kali ini ternayat luput (tidak berhasil), saya akan memilih di antara dua hal : masuk organisasi tetapi bentrokan terus, atau pulang kampung memeliha pondok secara khusus”.
Rencana pembentukan NU dengan demikian sudah lama dicita-citakan beliau, setidaknya di saat gerakan Muhhamd bin Abdul Wahab mulai masuk ke Indonesia (awal abad XX). Justru sebab kemenangan Raja Ibnu Saud atas tanah Hijazlah dapat dikatakan sebagai pemicu yang mempercepat lahirnya NU.
KH Wahab Hasbullah dalam rangkaian sejarah tersebut menjadi benang merah antara CCI,CCC, Komite Hijaz dan NU. Satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa ide besar beliau aktif di berbagai organisasi tersebut adalah dalam rangka memperjuangkan madzhab (tradisi bermadzhab) yang sudah menjadi bagian dari tradisi keilmuwan para ulama. Konsistensi perjuangan beliau sangat nampak, dimana di saat CCI perdebatan khilafiyah berusaha untuk mempertahankannya, meski diejek dan diserang oleh mereka kaum modern. Demikian pula pada saat di CCC, usulan kepada Raja Ibnu Saud mengenai pemeliharaan tradisi bermadzhab sangat kuat diperjuangkan. Meski pada akhirnya gagasan tersebut tidak laku di kalangan CCC, maka melalui komite hijazlah (NU) usulan tersebut bisa terwujud. Beberapa tahun kemudian usulan tersebut mendapat jawaban yang jelas dari Raja Ibnu Saud. Itulah yang sesungguhnya diperjuangkan oleh KH Wahab Hasbullah, bukan untuk perjuangan politik, dukung mendukung raja yang berkuasa di jazirah Arab. Jika toh sepakat dengan khilfah (kongres dunia di Mesir), maka itu dipandang sebagai upaya melanjutkan khilafah Turki yang selama ini mempertahankan tradisi bermadzhab.
Wallahu ‘Alamu Bisshowab
Sumber :
- Disarikan dari Pertumbuhan dan Perkembangan NU, Choirul Anam, 2010.
- WarkopMbahLalar.Com
sumber:http://www.hizbut-tahlil.com/khilafah-menurut-pendiri-nu-kh-wahab-hasbullah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar