Pesantren Sebagai Jangkar Nasionalisme
=====================
Sejak
awal sejarah perlawanan terhadap kolonial dilakukan oleh kalangan umat
Islam, terhitung sejak pengusiran Portugis yang dilakukan oleh Adipati
Unus terhadap penjajah portugis yang menduduki Malaka. Sejak itu
kalangan santri selalu melakukan perlawanan terhadap penjajah, baik
karena menjarah kekuasaan politik, menghisap seluruh hasil bumi, juga
menindas bangsa Nusantara.
Sementara kalangan non santri lebih bisa
bekerjasama dengan penjajah, apakah itu Portugis, Belanda, Inggris atau
Jepang. Mereka sebagai ambtenaar, sebagai serdadu bayaran, atau sebagai
marsose. Bagi mereka tidak ada untungnya melawan Belanda, apalagi mereka
sangat diuntungkan, baik secara ekonomi maupun politik dan sosial.
Karena itu hampir tidak ada perlawanan terhadap penjajah yang dilakukan
kelompok mereka. Semua perlawanan dating dari kaum santri.
Hal itu tampaknya diakui pula oleh aktivis dan
sekaligus sejarawan yakni Dr. Douwes Dekker atau Setiabudi mengatakan
bahwa; jika tidak ada agama Islam di Indonesia ini, niscaya akan
lenyaplah kebangsaan Indonesia dari kepulauan ini, karena derasnya arus
faham kebaratan. Memang kebangsan akan tetap juga ada di Indonesia,
tetapi kebangsaan yang tidak asli lagi, ketika mereka menjadi blandis
atau terbaratkan.
Apalagi ada gerakan Politiek Kristening
Belanda yang berusaha menjadikan Kristen sebagai agama dominan, yang
menunjang sistem kolonial. Dengan alasan kalau Islam yang berkembang
maka kolonialisme akan terncam. Islam akan selalu menentang stelsel
kolonial yang tidak adil dan menindas.
Islam juga gigih mempertahankan identitas
kebangsaan, sehingga tidak mudah dibelandakan atau dijinakkan. Karena
itu kebangsaan Indonesia dan identitas kenusantaraan tetap ada, ketika
kaum santri menempatkan diri sebagai jangkar kebangsaan. (Abdul Mun’im DZ)
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,10781-lang,id-c,fragmen-t,Pesantren+Sebagai+Jangkar+Nasionalisme-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar