--------------------------------
Belajar Keteladanan kepada Mbah 'Ali Maksum Krapyak Yogyakarta dan Mbah Hamid Pasuruan
Masih saja lamat-lamat membayang bila memandang wajah ini, saat masih
sangat belia dulu, ayah (KH. Hasbullah; red.)memanggil saya utk diajak
ke kamar tamu depan rumah mbah kakung, sebutan keluarga untuk kakek KH.
Ali Maksum rahimahullah wa nafa’ana bi’ulumih. Ingatan masa lampau –entah kenapa, sering berujud gambaran yang blur dan agak ‘berkabut’. Termasuk saat itu.
Begitu masuk ke kamar tamu, ayah mengenalkan dan meminta doa restu
untuk saya. Kontras dengan di dalam ruangan yang temaram, di depan saya
adalah sesosok besar yang seperti diliputi cahaya, bersurban, wajah yang
bersenyum. Masih saja saya ingat setelah itu tangan beliau memegang dan
mengusap-usap kepala saya. Saya tak berkata apa-apa, hanya yang saya
ingat di depan Mbah Hamid Pasuruan quddisasirruh, kyaigung waliyyullah ini (tentu setelah beberapa tahun setelah itu baru saya tahu), saat itu berlangsung suasana tenang.
Bila rawuh di Krapyak, sering terutama saat peringatan haul Mbah
Munawwir akhir dekade 70-an dan awal 80-an, di luar kamar tamu selalu
penuh dengan orang. Ada yang menunggu untuk sekedar dapat memandang
wajah beliau atau untuk dapat bersalaman atau bahkan dapat matur untuk
memohon doa. Beliau biasa rawuh, seingat saya, sore menjelang puncak
acara Haul, untuk kemudian sudah kondur isya’ awal menjelang mulai
pengajian Haul. Selama kerawuhan beliau, sekitar kamar tamu selalu
“dikepung” orang-orang hingga beliau masuk ke mobil sedan untuk kondur
pulang . Rubungan-rubungan seperti itu selalu berlangsung dengan
dihinggapi suasana tenang dan hidmat. Jauh dari hiruk pikuk.
Peristiwa lampau yang terkenang,–entah kenapa, hampir selalu ikut
menjadi konsiderasi dalam membuat gambaran-gambaran. Termasuk, dalam
suatu majlis pengajian pasan terakhir beliau, ‘mbah Kakung, ketika
menjelaskan hadis ra’sul hikmah, teringat dengan dialog beliau dengan
Kyai Hamid :
Mbah Ali : Bagaimana sih kau bisa mencapai hal yang seperti ini?
Mbah Hamid : Dulu itu aku selalu merenung-renungkan sabda Nabi dalam hadits : رأس الحكمة مخافة الله. (Maknanya : Inti puncak hikmah adalah khasyah kepada Allah.)
Mbah Ali : Bagaimana sih kau bisa mencapai hal yang seperti ini?
Mbah Hamid : Dulu itu aku selalu merenung-renungkan sabda Nabi dalam hadits : رأس الحكمة مخافة الله. (Maknanya : Inti puncak hikmah adalah khasyah kepada Allah.)
Seperti ada yang mengganjal, mungkin Anda agak tidak nyaman dengan
pertanyaan Mbah Ali dengan cara seperti itu. Tidak perlulah dialog
ditulis dengan eufimisasi, atau penghalusan ekspresi dialog beliau
berdua. Memang seperti itulah keadaannya. Mbah kakung dalam berbagai
pengajian saat menyinggung konsep perwalian sangat kental dengan ajaran
Imam Ghozali (Gazalian sufism) dan mengidolakan sosok seperti mbah
Hamid, sebagai wali salik. Tapi apa dengan dengan cara seperti itu?
Begitulah. Secara kebetulan, beliau berdua masih kerabat, sama-sama
teman semenjak kecil, berguru dengan dua guru besar yang sama yakni Mbah
Ma’shum Lasem (ayahanda beliau sendiri) dan Mbah Dimyati Abdullah (adik
dan murid Syeikh Mahfudz) Termas. Akhirnya sama-sama ngiyai dan
berbesanan. Watak, gaya, lingkungan daerah dan jenis bidang garapan yang
berbeda tidak mengurangi sinergitas dan koneksitas yang kuat dan saling
menguatkan.
Mbah Hamid bersuara lirih, tidak diketahui suka berpidato, tinggal di
Pasuruan, daerah tapal kuda bagian Timur Jawa, dan tidak dikenal dalam
struktur NU. Tapi beliau min abdaali Jawah pada zamannya. Di
sisi lain, Mbah Ali dikenal sebagai kiyai ‘srengat’, dan cenderung
berpembawaan rasional, bergaya penuh gengsi khas superioritas fuqaha
dalam urusan otoritas ilmu dan ajaran Syari’ah di atas siapapun. Apalagi
beliau saat itu menjadi lurahe kiyai-kiyai dan menjadi pengurus syuriah
NU. Namun, yang tidak banyak diketahui publik umum, urusan-urusan dan
keputusan penting NU dengan penuh hormat oleh beliau dan para kiyai
di‘inapkan’ terlebih dulu di Pasuruan, kepada Mbah Hamid. Diam-diam,
tenang, dan jauh dari publisitas. Adakah hal yang seperti itu
berlangsung sekarang? Saya yakin (untuk berharap) seperti itu adanya.
Rahimahumullah wa askanahum fasiha jannatih wanafa’ana bi ‘ulumihim
wa a’aada ‘alaina min asraarihim wa barakaatihim, wa ilaa hadlratin
Nabiy alFaatihah.
*) Pengasuh pada Pondok Pesantren Krapyak dan Pengajar STAIN Purwokertosumber:http://krapyak.org/2012/01/27/belajar-keteladanan-kepada-mbah-ali-krapyak-dan-mbah-hamid-pasuruan/
----------------------
بسم الله الرّ حمن الرّحيم
سَلاَمُ اللهِ يـَا سَـادَةْ ## مِنَ الرَّحْمنِ يَغْـْشَا كُم
عِبَـا دَاللهِ جِـئْناَكُمْ ## قَـصَدْنَا كُمْ طَلَبْنَا ُكمْ
تُـعِيـْنُوْنَ تـُغِيْثُوْنَ ## بـهِمَّتِكُمْ وَجَدْوَاكُمْ
فَاَحْيُـوْنَ وَأَعْـطُوْنَ ## عَـطَاَيكُمْ هَـدَايَـاكُمْ
فَـلاَ خَيّـَبُْتـمُوْ ظَنِّي ## فَحَاشَـكُمْ وَحَاشَاكُمْ
فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ## ِإلـَى الرَّحْمنِ مَـوْلاَكُمْ
عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ## مَـزَا يـامِنْ مَزَايـَاكُمْ
عَسَى نَظْرةْ عَسَى رَحْمَةْ ## تَـغْشَـانَاوَتـَغْشَاكُمْ
سَـلاَمُ اللهِ حَيـَاكُـم ## وَعـَيْنُ اللهِ تـَرْعَا كُمْ
وَصـَلََّى اللهُ مـَوْلاَنـاَ ## وَسلَّمْ مَا اَ تَـيْنـا كُمَْ
عَلَى الْمُحـْتَارِشَـافِعُنَا ## وَمُـنْقـِذُنـََا وَإِيَّا كُم
Wahai Tuanku, semoga Salam Allah tetap tercurah padamu
Kami, hamba-hamba Allah datang kepadamu
Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu
Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan spirit dan pencapaianmu selama ini.
Maka cintailah dan berikanlah kepada kami apa-apa yang Allah berikan padamu selama ini.
Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami.
Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan kunjungan ini, maka bangkitlah menjadi syafaat buat kami bermohon pada ar-Rahman tuanmu.
Mudah-mudahan kita dirangkum dan dibelai dengan limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.
Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan makin menyelimuti kita.
Mudah-mudahan engkau semakin dihidupkan dengan belaian Allah dan pandangan menggembalakan.
Mudah-mudahan rahmat Allah semakin terlimpah pada manusia pilihan agar semakin terlimpah untuk kita dan yang menuntun kami semua.
Adab Ziarah awliya' Mengucapkan Salam (yang disusun oleh al-Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA)
سَلاَمُ اللهِ يـَا سَـادَةْ ## مِنَ الرَّحْمنِ يَغْـْشَا كُم
عِبَـا دَاللهِ جِـئْناَكُمْ ## قَـصَدْنَا كُمْ طَلَبْنَا ُكمْ
تُـعِيـْنُوْنَ تـُغِيْثُوْنَ ## بـهِمَّتِكُمْ وَجَدْوَاكُمْ
فَاَحْيُـوْنَ وَأَعْـطُوْنَ ## عَـطَاَيكُمْ هَـدَايَـاكُمْ
فَـلاَ خَيّـَبُْتـمُوْ ظَنِّي ## فَحَاشَـكُمْ وَحَاشَاكُمْ
فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ## ِإلـَى الرَّحْمنِ مَـوْلاَكُمْ
عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ## مَـزَا يـامِنْ مَزَايـَاكُمْ
عَسَى نَظْرةْ عَسَى رَحْمَةْ ## تَـغْشَـانَاوَتـَغْشَاكُمْ
سَـلاَمُ اللهِ حَيـَاكُـم ## وَعـَيْنُ اللهِ تـَرْعَا كُمْ
وَصـَلََّى اللهُ مـَوْلاَنـاَ ## وَسلَّمْ مَا اَ تَـيْنـا كُمَْ
عَلَى الْمُحـْتَارِشَـافِعُنَا ## وَمُـنْقـِذُنـََا وَإِيَّا كُم
Wahai Tuanku, semoga Salam Allah tetap tercurah padamu
Kami, hamba-hamba Allah datang kepadamu
Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu
Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan spirit dan pencapaianmu selama ini.
Maka cintailah dan berikanlah kepada kami apa-apa yang Allah berikan padamu selama ini.
Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami.
Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan kunjungan ini, maka bangkitlah menjadi syafaat buat kami bermohon pada ar-Rahman tuanmu.
Mudah-mudahan kita dirangkum dan dibelai dengan limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.
Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan makin menyelimuti kita.
Mudah-mudahan engkau semakin dihidupkan dengan belaian Allah dan pandangan menggembalakan.
Mudah-mudahan rahmat Allah semakin terlimpah pada manusia pilihan agar semakin terlimpah untuk kita dan yang menuntun kami semua.
Adab Ziarah awliya' Mengucapkan Salam (yang disusun oleh al-Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar