ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Rabu, 16 Januari 2013

Belajar Keteladanan kepada Mbah Ali Krapyak Yogya dan Mbah Hamid Pasuruan



--------------------------------

Belajar Keteladanan kepada Mbah 'Ali Maksum Krapyak Yogyakarta dan Mbah Hamid Pasuruan

Masih saja lamat-lamat membayang bila memandang wajah ini, saat masih sangat belia dulu, ayah (KH. Hasbullah; red.)memanggil saya utk diajak ke kamar tamu depan rumah mbah kakung, sebutan keluarga untuk kakek KH. Ali Maksum rahimahullah wa nafa’ana bi’ulumih. Ingatan masa lampau –entah kenapa, sering berujud gambaran yang blur dan agak ‘berkabut’. Termasuk saat itu.
Begitu masuk ke kamar tamu, ayah mengenalkan dan meminta doa restu untuk saya. Kontras dengan di dalam ruangan yang temaram, di depan saya adalah sesosok besar yang seperti diliputi cahaya, bersurban, wajah yang bersenyum. Masih saja saya ingat setelah itu tangan beliau memegang dan mengusap-usap kepala saya. Saya tak berkata apa-apa, hanya yang saya ingat di depan Mbah Hamid Pasuruan quddisasirruh, kyaigung waliyyullah ini (tentu setelah beberapa tahun setelah itu baru saya tahu), saat itu berlangsung suasana tenang.
Bila rawuh di Krapyak, sering terutama saat peringatan haul Mbah Munawwir akhir dekade 70-an dan awal 80-an, di luar kamar tamu selalu penuh dengan orang. Ada yang menunggu untuk sekedar dapat memandang wajah beliau atau untuk dapat bersalaman atau bahkan dapat matur untuk memohon doa. Beliau biasa rawuh, seingat saya, sore menjelang puncak acara Haul, untuk kemudian sudah kondur isya’ awal menjelang mulai pengajian Haul. Selama kerawuhan beliau, sekitar kamar tamu selalu “dikepung” orang-orang hingga beliau masuk ke mobil sedan untuk kondur pulang . Rubungan-rubungan seperti itu selalu berlangsung dengan dihinggapi suasana tenang dan hidmat. Jauh dari hiruk pikuk.
Peristiwa lampau yang terkenang,–entah kenapa, hampir selalu ikut menjadi konsiderasi dalam membuat gambaran-gambaran. Termasuk, dalam suatu majlis pengajian pasan terakhir beliau, ‘mbah Kakung, ketika menjelaskan hadis ra’sul hikmah, teringat dengan dialog beliau dengan Kyai Hamid :
Mbah Ali : Bagaimana sih kau bisa mencapai hal yang seperti ini?
Mbah Hamid : Dulu itu aku selalu merenung-renungkan sabda Nabi dalam hadits : رأس الحكمة مخافة الله. (Maknanya : Inti puncak hikmah adalah khasyah kepada Allah.)
Seperti ada yang mengganjal, mungkin Anda agak tidak nyaman dengan pertanyaan Mbah Ali dengan cara seperti itu. Tidak perlulah dialog ditulis dengan eufimisasi, atau penghalusan ekspresi dialog beliau berdua. Memang seperti itulah keadaannya. Mbah kakung dalam berbagai pengajian saat menyinggung konsep perwalian sangat kental dengan ajaran Imam Ghozali (Gazalian sufism) dan mengidolakan sosok seperti mbah Hamid, sebagai wali salik. Tapi apa dengan dengan cara seperti itu? Begitulah. Secara kebetulan, beliau berdua masih kerabat, sama-sama teman semenjak kecil, berguru dengan dua guru besar yang sama yakni Mbah Ma’shum Lasem (ayahanda beliau sendiri) dan Mbah Dimyati Abdullah (adik dan murid Syeikh Mahfudz) Termas. Akhirnya sama-sama ngiyai dan berbesanan. Watak, gaya, lingkungan daerah dan jenis bidang garapan yang berbeda tidak mengurangi sinergitas dan koneksitas yang kuat dan saling menguatkan.
Mbah Hamid bersuara lirih, tidak diketahui suka berpidato, tinggal di Pasuruan, daerah tapal kuda bagian Timur Jawa, dan tidak dikenal dalam struktur NU. Tapi beliau min abdaali Jawah pada zamannya. Di sisi lain, Mbah Ali dikenal sebagai kiyai ‘srengat’, dan cenderung berpembawaan rasional, bergaya penuh gengsi khas superioritas fuqaha dalam urusan otoritas ilmu dan ajaran Syari’ah di atas siapapun. Apalagi beliau saat itu menjadi lurahe kiyai-kiyai dan menjadi pengurus syuriah NU. Namun, yang tidak banyak diketahui publik umum, urusan-urusan dan keputusan penting NU dengan penuh hormat oleh beliau dan para kiyai di‘inapkan’ terlebih dulu di Pasuruan, kepada Mbah Hamid. Diam-diam, tenang, dan jauh dari publisitas. Adakah hal yang seperti itu berlangsung sekarang? Saya yakin (untuk berharap) seperti itu adanya.
Rahimahumullah wa askanahum fasiha jannatih wanafa’ana bi ‘ulumihim wa a’aada ‘alaina min asraarihim wa barakaatihim, wa ilaa hadlratin Nabiy alFaatihah.
*) Pengasuh pada Pondok Pesantren Krapyak dan Pengajar STAIN Purwokerto
sumber:http://krapyak.org/2012/01/27/belajar-keteladanan-kepada-mbah-ali-krapyak-dan-mbah-hamid-pasuruan/
----------------------


بسم الله الرّ حمن الرّحيم

سَلاَمُ اللهِ يـَا سَـادَةْ ## مِنَ الرَّحْمنِ يَغْـْشَا كُم

عِبَـا دَاللهِ جِـئْناَكُمْ ## قَـصَدْنَا كُمْ طَلَبْنَا ُكمْ

تُـعِيـْنُوْنَ تـُغِيْثُوْنَ ## بـهِمَّتِكُمْ وَجَدْوَاكُمْ

فَاَحْيُـوْنَ وَأَعْـطُوْنَ ## عَـطَاَيكُمْ هَـدَايَـاكُمْ

فَـلاَ خَيّـَبُْتـمُوْ ظَنِّي ## فَحَاشَـكُمْ وَحَاشَاكُمْ

فَـقـُوْمُوْا وَاشْفَعُوْا فِيْنَا ## ِإلـَى الرَّحْمنِ مَـوْلاَكُمْ

عَسَى نُحْظَى عَسَى نُعْطَى ## مَـزَا يـامِنْ مَزَايـَاكُمْ

عَسَى نَظْرةْ عَسَى رَحْمَةْ ## تَـغْشَـانَاوَتـَغْشَاكُمْ

سَـلاَمُ اللهِ حَيـَاكُـم ## وَعـَيْنُ اللهِ تـَرْعَا كُمْ

وَصـَلََّى اللهُ مـَوْلاَنـاَ ## وَسلَّمْ مَا اَ تَـيْنـا كُمَْ

عَلَى الْمُحـْتَارِشَـافِعُنَا ## وَمُـنْقـِذُنـََا وَإِيَّا كُم

Wahai Tuanku, semoga Salam Allah tetap tercurah padamu
Kami, hamba-hamba Allah datang kepadamu
Kami bermaksud bersentuhan dengan rohanimu dan kami berharap berkahmu
Untuk menolong kami, menyejukkan kami dengan siraman yang berasal darimu, sesuai dengan spirit dan pencapaianmu selama ini.
Maka cintailah dan berikanlah kepada kami apa-apa yang Allah berikan padamu selama ini.
Jangan biarkan pengharapan ini sia-sia, jauhlah engkau semua dari sifat tega menyia-nyiakan kami.
Kami sangat beruntung datang di haribaanmu dan kami amat berbahagia dengan kunjungan ini, maka bangkitlah menjadi syafaat buat kami bermohon pada ar-Rahman tuanmu.
Mudah-mudahan kita dirangkum dan dibelai dengan limpahan karunia yang selama ini dianugerahkan kepadamu.
Mudah-mudahan kita dipandang dan dilimpahi rahmat yang akan makin menyelimuti kita.
Mudah-mudahan engkau semakin dihidupkan dengan belaian Allah dan pandangan menggembalakan.
Mudah-mudahan rahmat Allah semakin terlimpah pada manusia pilihan agar semakin terlimpah untuk kita dan yang menuntun kami semua.

Adab Ziarah awliya' Mengucapkan Salam (yang disusun oleh al-Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad RA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar