ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Kamis, 17 Januari 2013

Haul ke-22 al-Maghfurlah KH. Ali Maksum Krapyak Yogya(KH. Mushtofa Bisri dan KH. Masdar F. Mas’udi beri Mauidhoh Hasanah)

=========================

Puncak Haul: KH. Mushtofa Bisri dan KH. Masdar F Mas’udi beri Mauidhoh Hasanah

KRAPYAK, Rabu (13/4/2011); menandai puncak rangkaian perhelatan haul ke-22 al-Maghfurlah KH. Ali Maksum, tadi malam pukul 19.00 dimulai acara tahlil dan pengajian mengenang wafatnya muassis (pendiri) Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum.
Dimulai dengan pembacaan lantunan sholawat dhibaiyyah diiringi oleh hadroh, acara dilanjutkan dengan pembacaan tahlil oleh KH. Maemun Zubeir (Pengasuh Pondok al-Anwar Sarang, Rembang) dan sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak. KH. Atabik Ali selaku shohibul bait dalam sambutannya mengucapkan ahlan nwasahlan dan terima kasih atas kehadiran tamu undangan, para alumni, dan masyarakat luas. Turut memberikan sambutan bebarapa perwakilan tamu, yakni Moh. Mahfoed MD; Ketua Mahkamah Konstitusi dan Syarifuddin Hasan; Menteri Koperasi dan UKM dan Wakil Bupati Bantul.
KH. Masdar F. Mas’udi yang didaulat memberikan mauidhoh hasanah petama kali, menuturkan: “KH. Ali Maksum merupakan sosok Kyai yang sungguh-sungguh dibutuhkan kembali kehadirannya di tengah-tengah situasi dan kondisi keumatan dan kebangsaan kita akhir-akhir ini”. Menurut KH. Masdar yang juga merupakan alumnus Pondok Pesantren Krapyak ini menyebutkan KH. Ali Maksum merupakan sosok Kyai yang moderat dan berpandangan modern. Beliau adalah sosok yang rileks ketika menghadapi persoalan-persoalan pelik. Dalam hal yang lain, Pak Ali—sapaan akrab para santri kepada KH. Ali Maksum, sangat hafal satu demi satu nama para santrinya yang dulu jumlahnya sudah ratusan. Sehingga wajar menurut KH. Masdar, ada banyak kenangan yang mendalam terhadap sosok KH. Ali Maksum oleh para santrinya. Hubungan yang terjalin pun adalah hubungan kebatinan atau ruhaniyah yang erat antara santri dan Kyainya.
KH. Ali Maksum dalam kenangan KH. Masdar juga merupakan model Kyai yang bersedia mendengar dan selalu melakukan tabayun ketika ada persoalan ummat. Di antaranya semisal peran KH. Ali Maksum mengatasi polemik alm. Subhan ZE dan Gus Dur. “Jarang sekali beliau menghakimi orang dari jauh, Beliau selalu melakukan tabayun (check and recheck)”, demikian tutur KH. Masdar. Itulah beberapa sikap yang beliau teladankan kepada para santrinya.
Sementara KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), menyebut KH. Ali Maksum sebagai Bapak Kedua setelah Ayahandanya; KH. Bisri Mustofa. Ada banyak pelajaran dan uswah yang beliau dapatkan dari sosok KH. Ali. Menurut Gus Mus, tidak ada Kyai yang disapa dengan sapaan Pak. Kyai Ali disebut Pak Ali oleh para santrinya, tua dan muda. “ Iki ngopo? Iku mergo Kyai Ali iku mBapaki ” (ini kenapa? Itu karena Kyai Ali kebapakan), tutur Gus Mus. Sehingga hampir semua santri dalam kenangan Gus Mus pasti merasa sebagai santri kinasihe (kesayangannya) KH. Ali Maksum.
Gus Mus berkisah kedekatan santri dan Kyai Ali. Diantaranya, dulu KH. Ali Maksum memiliki microfon yang timbal-balik (biasa untuk memanggil para santri dan suara santri bisa didengarkan oleh KH. Ali Maksum). Suatu ketika ada santri yang “sengaja” mengeluh di depan microfon tidak memiliki uang agar di dengar KH. Ali, sang Santri pun dipanggil dan dipinjami uang. Cerita lainnya, KH. Ali Maksum dalam penuturan Gus Mus memiliki berbagai aset, beliau mengumumkan kepada para santri: “Sopo seng nyolong gonku, neng ora konangan, halal”, (siapa yang mengambil barangku, tapi tidak ketahuan, halal). Lebih lanjut Gus Mus menggambarkan sosok KH. Ali dengan sederhana, “Kyai Ali iku ngerti wong, gelem ngerungokke wong, ngewongke wong” (Kyai Ali itu mau mengeri orang, mau mendengarkan orang, dan memanusiakan manusia). “Cerminan sosok Kyai yang sulit ditemui pada saat ini”, demikian tutur Gus Mus.
Gus Mus dalam mauidhohnya juga menegaskan bahwa kearifan yang jarang ditemui dalam umat Islam sekarang ini. Gus Mus menyerukan bahwa sudah seharusnya umat Islam meneladani sosok semisal KH. Ali dan para ulama salafus shalih penerus para Nabi. KH. Ali mengajarkan kesederhanaan, kecintaan kepada ilmu yang luar-biasa dan kearifan yang mendalam. Sebelum acara ditutup,usai memberikan mauidhoh, Gus Mus juga dimohon memimpin do’a penutup haul.
Sekian rangkaian acara berakhir dengan lancar, ratusan santri, para mutakharrij dan masyarakat menyalami para ulama dan para tamu undangan yang hadir dengan takzim. Berakhirnya pengajian malam itu menandai berakhirnya rangkaian acara dalam rangka haul KH. Ali Maksum ke-22. Sebelumnya diselenggarakan pembacaan sholawat, majlis sema’an, temu kangen dan silaturrahim pengasuh dan para alumni serta khataman Qur’an-tahlil untuk KH. Ali Maksum dan masyayikh di makam Dongkelan.
Acara haul yang rutin diadakan setiap tahun ini tidak lain merupakan upaya untuk mengenang kiprah dan perjuangan KH. Ali Maksum mendidik ummat. Ada banyak keteladanan yang telah diajarkan sosok KH. Ali Maksum yang mesti direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

sumber: http://krapyak.org/2011/04/14/puncak-haul-ke-22-al-maghfurlah-ali-maksum-kh-mushtofa-bisri-dan-kh-masdar-f-mas%E2%80%99udi-beri-mauidhoh-hasanah-kepada-hadirin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar