Puncak Haul: KH. Mushtofa Bisri dan KH. Masdar F Mas’udi beri Mauidhoh Hasanah
KRAPYAK, Rabu (13/4/2011); menandai puncak rangkaian perhelatan haul
ke-22 al-Maghfurlah KH. Ali Maksum, tadi malam pukul 19.00 dimulai acara
tahlil dan pengajian mengenang wafatnya muassis (pendiri) Pondok
Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum.
Dimulai dengan pembacaan lantunan sholawat dhibaiyyah diiringi oleh
hadroh, acara dilanjutkan dengan pembacaan tahlil oleh KH. Maemun Zubeir
(Pengasuh Pondok al-Anwar Sarang, Rembang) dan sambutan Pengasuh Pondok
Pesantren Krapyak. KH. Atabik Ali selaku shohibul bait dalam
sambutannya mengucapkan ahlan nwasahlan dan terima kasih atas kehadiran
tamu undangan, para alumni, dan masyarakat luas. Turut memberikan
sambutan bebarapa perwakilan tamu, yakni Moh. Mahfoed MD; Ketua Mahkamah
Konstitusi dan Syarifuddin Hasan; Menteri Koperasi dan UKM dan Wakil
Bupati Bantul.
KH. Masdar F. Mas’udi yang didaulat memberikan mauidhoh hasanah
petama kali, menuturkan: “KH. Ali Maksum merupakan sosok Kyai yang
sungguh-sungguh dibutuhkan kembali kehadirannya di tengah-tengah situasi
dan kondisi keumatan dan kebangsaan kita akhir-akhir ini”. Menurut KH.
Masdar yang juga merupakan alumnus Pondok Pesantren Krapyak ini
menyebutkan KH. Ali Maksum merupakan sosok Kyai yang moderat dan
berpandangan modern. Beliau adalah sosok yang rileks ketika menghadapi
persoalan-persoalan pelik. Dalam hal yang lain, Pak Ali—sapaan akrab
para santri kepada KH. Ali Maksum, sangat hafal satu demi satu nama para
santrinya yang dulu jumlahnya sudah ratusan. Sehingga wajar menurut KH.
Masdar, ada banyak kenangan yang mendalam terhadap sosok KH. Ali Maksum
oleh para santrinya. Hubungan yang terjalin pun adalah hubungan
kebatinan atau ruhaniyah yang erat antara santri dan Kyainya.
KH. Ali Maksum dalam kenangan KH. Masdar juga merupakan model Kyai
yang bersedia mendengar dan selalu melakukan tabayun ketika ada
persoalan ummat. Di antaranya semisal peran KH. Ali Maksum mengatasi
polemik alm. Subhan ZE dan Gus Dur. “Jarang sekali beliau menghakimi
orang dari jauh, Beliau selalu melakukan tabayun (check and recheck)”,
demikian tutur KH. Masdar. Itulah beberapa sikap yang beliau teladankan
kepada para santrinya.
Sementara KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), menyebut KH. Ali Maksum
sebagai Bapak Kedua setelah Ayahandanya; KH. Bisri Mustofa. Ada banyak
pelajaran dan uswah yang beliau dapatkan dari sosok KH. Ali. Menurut Gus
Mus, tidak ada Kyai yang disapa dengan sapaan Pak. Kyai Ali disebut Pak
Ali oleh para santrinya, tua dan muda. “ Iki ngopo? Iku mergo Kyai Ali iku mBapaki
” (ini kenapa? Itu karena Kyai Ali kebapakan), tutur Gus Mus. Sehingga
hampir semua santri dalam kenangan Gus Mus pasti merasa sebagai santri
kinasihe (kesayangannya) KH. Ali Maksum.
Gus Mus berkisah kedekatan santri dan Kyai Ali. Diantaranya, dulu KH.
Ali Maksum memiliki microfon yang timbal-balik (biasa untuk memanggil
para santri dan suara santri bisa didengarkan oleh KH. Ali Maksum).
Suatu ketika ada santri yang “sengaja” mengeluh di depan microfon tidak
memiliki uang agar di dengar KH. Ali, sang Santri pun dipanggil dan
dipinjami uang. Cerita lainnya, KH. Ali Maksum dalam penuturan Gus Mus
memiliki berbagai aset, beliau mengumumkan kepada para santri: “Sopo
seng nyolong gonku, neng ora konangan, halal”, (siapa yang mengambil
barangku, tapi tidak ketahuan, halal). Lebih lanjut Gus Mus
menggambarkan sosok KH. Ali dengan sederhana, “Kyai Ali iku ngerti wong,
gelem ngerungokke wong, ngewongke wong” (Kyai Ali itu mau mengeri
orang, mau mendengarkan orang, dan memanusiakan manusia). “Cerminan
sosok Kyai yang sulit ditemui pada saat ini”, demikian tutur Gus Mus.
Gus Mus dalam mauidhohnya juga menegaskan bahwa kearifan yang jarang
ditemui dalam umat Islam sekarang ini. Gus Mus menyerukan bahwa sudah
seharusnya umat Islam meneladani sosok semisal KH. Ali dan para ulama
salafus shalih penerus para Nabi. KH. Ali mengajarkan kesederhanaan,
kecintaan kepada ilmu yang luar-biasa dan kearifan yang mendalam.
Sebelum acara ditutup,usai memberikan mauidhoh, Gus Mus juga dimohon
memimpin do’a penutup haul.
Sekian rangkaian acara berakhir dengan lancar, ratusan santri, para
mutakharrij dan masyarakat menyalami para ulama dan para tamu undangan
yang hadir dengan takzim. Berakhirnya pengajian malam itu menandai
berakhirnya rangkaian acara dalam rangka haul KH. Ali Maksum ke-22.
Sebelumnya diselenggarakan pembacaan sholawat, majlis sema’an, temu
kangen dan silaturrahim pengasuh dan para alumni serta khataman
Qur’an-tahlil untuk KH. Ali Maksum dan masyayikh di makam Dongkelan.
Acara haul yang rutin diadakan setiap tahun ini tidak lain merupakan upaya untuk mengenang kiprah dan perjuangan KH. Ali Maksum mendidik ummat. Ada banyak keteladanan yang telah diajarkan sosok KH. Ali Maksum yang mesti direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Acara haul yang rutin diadakan setiap tahun ini tidak lain merupakan upaya untuk mengenang kiprah dan perjuangan KH. Ali Maksum mendidik ummat. Ada banyak keteladanan yang telah diajarkan sosok KH. Ali Maksum yang mesti direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
sumber: http://krapyak.org/2011/04/14/puncak-haul-ke-22-al-maghfurlah-ali-maksum-kh-mushtofa-bisri-dan-kh-masdar-f-mas%E2%80%99udi-beri-mauidhoh-hasanah-kepada-hadirin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar