=============
Istikhorah Politik
==============
Untuk memasuki era
Demokrasi Terpimpin bukan perkara mudah buat para pemimpin NU. Walaupun
organisasi para ulama itu setuju dengan Manifesto politik dan kembali ke
UUD 1945, tetapi ketika hendak masuk di Kabinet dan DPRGR menjadi
masalah soalnya ada dua aliran. Kiai Wahab menghendaki NU masuk dalam
sistem itu, sementara Kiai Bisri Sansuri melarangnya.
Dengan argumen yang kuat akhirnya pendapat Kiai Wahab yang diterima secara resmi, sehingga NU masuk ke dalam sistem Demokrasi Terpimpin. Agar bisa mengendalikan politik dari tarikan PKI ke kiri. Sambil berkelakar sang kiai mengatakan bahwa yang penting masuk dulu, nanti keluarnya gampang.
Tetapi tetap tidak mudah bagi para pimpinan NU yang hendak masuk DPR, karena secara pribadi bebas memilih ikut atau tidak. Diantara Kiai yang bimbang adalah KH Masykur, termasuk Nyai Sholihah Wahid (ibu Gus Dur), yang harus berat memilih ikut Kiai Wahab sebagai garis resmi NU atau ikut ayahnya Kiai Bisri.
Untuk mengatasi kegamangan itu maka Kiai Masykur melakukan sembahyang istikharah, memohon petunjuk agar diberi pilihan yang tepat dan maslahat.
Dalam melakukan sembahyang ia membuat dua tulisan ikut dan tidak ikut dalam DPRGR yang dilipat dan ditaruh di bawah sajadah. Ketika Nyai Sholihah datang untuk mendiskusikan sikapnya terhadap tawaran menjadi Anggota DPRGR, pertanyaan itu tidak dijawab tetapi Sang Nyai diminta mengambil salah satu lipatan kertas di bawah sajadah, karena di situlah jawabannya. Tetapi dipesan tidak boleh dibaca, karena nanti nanti ada orang lain yang lebih tepat untuk membacakannya biar lebih obyektif.
Suatu ketika ada pertemuan pimpinan NU di rumah Nyai Sholihah di Matraman Jakarta beberapa kiai datang, termasuk Kiai Bisri yang menentang NU terlibat dalam demokrasi terpimpin. Justru saat itu Kiai Masykur menyuruh nyai Sholihah untuk menyerahkan tulisan itu kepada sang Kiai untuk dibacakannya.
Ketika lipatan kertas itu dibuka dan dibaca oleh Kiai Bisri ternyata berbunyi ikut DPRGR, akhirnya keduanya dengan yakin ikut menjadi anggota DPRGR yang dibentuk oleh Bung Karno. Walaupun Kiai bisiri secara pribadi tetap menolak terlibat, tetapi membiarkan anak dan Kiai Masykur masuk menjadi anggota DPRGR.
Pilihan politik yang berbeda tidak membuat mereka renggang, ketika ada tujuan besar yang hendak diraih bersama, yaitu cita-cita kejayaan Islam dan kaum Muslimin dan seluruh bangsa Indonesia (Abdul Mun’im DZ)
Dengan argumen yang kuat akhirnya pendapat Kiai Wahab yang diterima secara resmi, sehingga NU masuk ke dalam sistem Demokrasi Terpimpin. Agar bisa mengendalikan politik dari tarikan PKI ke kiri. Sambil berkelakar sang kiai mengatakan bahwa yang penting masuk dulu, nanti keluarnya gampang.
Tetapi tetap tidak mudah bagi para pimpinan NU yang hendak masuk DPR, karena secara pribadi bebas memilih ikut atau tidak. Diantara Kiai yang bimbang adalah KH Masykur, termasuk Nyai Sholihah Wahid (ibu Gus Dur), yang harus berat memilih ikut Kiai Wahab sebagai garis resmi NU atau ikut ayahnya Kiai Bisri.
Untuk mengatasi kegamangan itu maka Kiai Masykur melakukan sembahyang istikharah, memohon petunjuk agar diberi pilihan yang tepat dan maslahat.
Dalam melakukan sembahyang ia membuat dua tulisan ikut dan tidak ikut dalam DPRGR yang dilipat dan ditaruh di bawah sajadah. Ketika Nyai Sholihah datang untuk mendiskusikan sikapnya terhadap tawaran menjadi Anggota DPRGR, pertanyaan itu tidak dijawab tetapi Sang Nyai diminta mengambil salah satu lipatan kertas di bawah sajadah, karena di situlah jawabannya. Tetapi dipesan tidak boleh dibaca, karena nanti nanti ada orang lain yang lebih tepat untuk membacakannya biar lebih obyektif.
Suatu ketika ada pertemuan pimpinan NU di rumah Nyai Sholihah di Matraman Jakarta beberapa kiai datang, termasuk Kiai Bisri yang menentang NU terlibat dalam demokrasi terpimpin. Justru saat itu Kiai Masykur menyuruh nyai Sholihah untuk menyerahkan tulisan itu kepada sang Kiai untuk dibacakannya.
Ketika lipatan kertas itu dibuka dan dibaca oleh Kiai Bisri ternyata berbunyi ikut DPRGR, akhirnya keduanya dengan yakin ikut menjadi anggota DPRGR yang dibentuk oleh Bung Karno. Walaupun Kiai bisiri secara pribadi tetap menolak terlibat, tetapi membiarkan anak dan Kiai Masykur masuk menjadi anggota DPRGR.
Pilihan politik yang berbeda tidak membuat mereka renggang, ketika ada tujuan besar yang hendak diraih bersama, yaitu cita-cita kejayaan Islam dan kaum Muslimin dan seluruh bangsa Indonesia (Abdul Mun’im DZ)
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,14653-lang,id-c,fragmen-t,Istikharah+Politik-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar