Bulan Kelahiran dan Wafatnya Al-Sayyidah Fathimah Az-Zahro' RA |
================= |
Sayyidah
Aisyah binti Abubakar RA berkata, “Aku tidak melihat seseorang yang
perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah SAW selain
Fathimah…” Jumadil Akhirah, adalah bulan Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Kenapa? Karena di bulan ini beliau lahir dan beliau wafat. Maka pantaslah sebutan demikian, untuk mengenang kebesaran putri kesayangan Rasulullah SAW itu. Sayyidah Fatimah Az-Zahra terdidik dalam madrasah ayahandanya, Rasulullah Muhammad bin Abdullah SAW, sang pemilik rumah kenabian, sebuah rumah yang sarat oleh perintah wahyu Allah SWT, sehingga asuhan dan didikan itu telah melahirkan sosok wanita bernama Sayyidah Fathimah RA yang patut menjadi idola dan teladan tuntunan kehidupan bagi setiap muslimah sepanjang zaman. Sebagian besar sejarawan bersepakat bahwa Sayyidah Fathimah dilahirkan pada hari Jum’at, 20 Jumadil Akhirah, tujuh tahun delapan bulan 10 hari sebelum Rasulullah hijrah. Sayyidah Fathimah adalah anak perempuan keempat Rasulullah SAW dari pernikahan beliau dengan Ummul Mu’minin Sayyidah Khadijah binti Khuwailid RA. Sejak kecil Sayyidah Fathimah memiliki banyak nama panggilan, di antaranya Az-Zahra (yang bersinar cemerlang), Shiddiqah (yang membenarkan), Thahirah (yang suci), Mubarakah (yang diberkati), Radhiyah (yang ridha), Mardhiyah (yang diridhai), Muhadatsah (yang berbicara dengan malaikat di masa kecil), dan Al-Batul (yang tidak pernah haidh), Ummu al-A‘immah (ibu para imam yang suci), Ummu Al-Mu’minin (ibu kaum mukminin), Ummu Abiha (ibu bagi ayahnya), Sayyidah Nisa‘ Al-‘Alamin (pemimpin wanita seluruh alam). Persalinan nan Suci Ketika Sayyidah Khadijah RA dinikahi pemuda Muhammad, beliau dijauhi wanita-wanita Quraisy, bahkan mereka sampai memutus silaturahim dengannya. Dengan sinis mereka berkata, “Mengapa wanita kaya seperti Khadijah mau mengawini laki-laki biasa dan miskin seperti Muhammad.” Kedengkian itu juga terjadi tatkala Khadijah melahirkan anak-anaknya, termasuk Sayyidah Fathimah. Tak ada satu pun wanita-wanita Quraisy mau membantunya. Betapa berat beban Sayyidah Khadijah yang harus menjalani masa-masa persalinan sendirian. Namun Allah Ta’ala menghiburnya dengan bantuan persalainan yang tak terkira. Diriwayatkan dalam sejumlah kitab manaqib, secara tiba-tiba ada empat wanita masuk ke dalam kamarnya dan mendekatinya saat akan bersalin. Sayyidah Khadijah RA mengira bahwa mereka itu adalah wanita-wanita dari Bani Hasyim. Salah satu di antara mereka berkata memperkenalkan diri, “Wahai Khadijah, kami adalah utusan Tuhanmu. Kami adalah kawan-kawan wanitamu. Aku adalah Sarah (ibunda Ishaq AS) dan ini Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun). Sedangkan yang ini Maryam binti Imran (ibunda Isa AS) dan itu Kultsum (saudara Musa AS). Kami datang untuk menolongmu.” Mereka menolong Sayyidah Khadijah RA ketika mau melahirkan putrinya, Fathimah. Pada hari itu, Fathimah dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci dan bersih. Banyak kisah yang berkembang saat detik-detik kelahiran Fathimah yang menunjukkan kekhususan dan keistimewaan Fathimah di sisi ayah dan bundanya. Karena kelak dari dialah Rasulullah SAW beroleh dzurriyyah hingga saat ini. Kekhususan ini juga semakin jelas tatkala Rasulullah SAW bersabda, “Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR Al-Hakim). “Fathimah Bagian dariku...” Sayyidah Fathimah adalah anak putri yang mirip dengan ayahnya. Sayyidah Aisyah binti Abubakar RA berkata , “Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah SAW selain Fathimah. Jika ia datang mengunjungi Rasulullah SAW, Rasulullah SAW berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Rasulullah SAW datang mengunjunginya.” Kecintaan Rasulullah SAW makin jelas saat mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya di atas mimbar, di hadapan para sahabat, “Sungguh Fathimah bagian dariku. Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Fathimah bagian dariku. Aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.” Sayyidah Fathimah tumbuh dewasa dalam asuhan ayahandanya. Ketika menginjak usia lima tahun, ia menjadi salah seorang saksi bagi peristiwa terbesar yang diterima ayahnya, yakni turunnya wahyu dan risalah kenabian yang diemban ayahnya. Ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya dan meninggalnya sang ibu, Sayyidah Khadijah RA. Pada peristiwa hijrah ke Madinah, Fathimah dan kakaknya, Sayyidah Ummu Kultsum, tetap bertahan di Makkah, hingga Nabi mengutus orang untuk menjemputnya. Dari pernikahannya dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kwh, Sayyidah Fathimah beroleh empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan, yakni Al-Hasan, Al-Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum radhiyallahu anhum ajma’in. Kekaguman para sahabat dan tabi’in kepada putri Rasulullah SAW yang satu ini memang luar biasa. Dahulu di masa gadisnya, para pembesar sahabat berupaya meminangnya, demi mendapat kekerabatan bersama Nabi SAW dan keberkahan beliau. Namun laki-laki yang paling beruntung itu adalah Sayyidina Ali, yang tak lain paman Sayyidah Fathimah sendiri. Tak ada pula yang meragukan ketaqwaan Sayyidah Fathimah Az-Zahra. Al-Imam Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728 M), salah seorang tokoh ulama periode tabi’in terkemuka, mengatakan, Fathimah Az-Zahra begitu luar biasa dalam beribadah, sehingga kedua kakinya membengkak seperti Rasulullah SAW. Bukan bengkak yang menjadi pokoknya, tetapi sedemikian gigihnya ia dalam beribadah, sehingga tak mau melunturkan kehormatan ayahandanya, yang paling gigih beribadah. Adapun wafatnya Sayyidah Fathimah, menurut sebagian besar riwayat, pada hari Selasa, 3 Jumadil Akhirah 11 H/7 September 632 M, dalam usia 26 atau 28 tahun. |
sumber:http://www.majalah-alkisah.com/index.php/dunia-islam/3469-bulan-kelahiran-dan-wafatnya-sayyidah-fathimah-az-zahra-ra |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar