Salamah bin al-Akwa’ – Pahlawan Pasukan Jalan Kaki
Puteranya, Ilyas ingn menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam suatu kalimat singkat, katanya:
“Bapakku tak pernah berdusta….!” Memang, untuk mendapatkan kedudukan tinggi di antara orang-orang shaleh dan budiman, cukuplah bagi seseorang memiliki sifat-sifta ini. Dan Salamah bin al-Akwa’ telah memilikinya, suatu hal yang memang wajar baginya.
Salamah adalah salah seorang pemanah
arab yang terkenal, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar
berbuat kebajikan. Dan ketika ia menyerahkan dirinya menganut agama
Islam, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati, hingga ditempalah
oleh agama itu sesuai dengan coraknya yang agung.
Salamah bin al-Akwa’ termasuk pula tokoh-tokoh Bai’atur Ridwan.
*** Ketika pada tahun 6 H, Rasulullah sawa bersama para sahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka’bah, tetapi dihalangi oleh orang-orang QUraisy, maka Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-kali bukan untuk berperang.
Sementara menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang QUraisy. Rasulullah lalu duduk di bawah naungan sebatang pohon menerima bai’at sehidup semati dari sahabatnya seorang demi seorang.
Bercerita Salamah:
“Aku mengangkat bai’at kepada Rasulullah di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lalu aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak banyak lagi, Rasulullah bertanya: “Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut bai’at?”
“Aku telah bai’at, wahai Rasulullah” ujarku
“Ulanglah kembali” titah Nabi. Maka kuucapkanlah bai’at itu kembali”
Dan Salamah telah memenuhi isi baiat itu sebaik-baiknya. Bahkan sebelum diikrarkannya, yakni semenjak mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illallah, wa-asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”, maksud bai’at itu telah dilaksanakan.
Kata Salamah: “Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali, dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali”
Salamah terkenal sebagai tokoh paling mahir dalam peperangan jalan kaki, dan dalam memanah serta melemparkan tombak dan lembing. Siasat yang dijalankannya serupa dengan perang gerilya yang kita jumpai sekarang ini. jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur ke belakang. Tetapi bila mereka kembali untuk berhenti atau istirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun.
Dengan siasat seperti ini ia mapu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan al-Fizari dalamsuatu peperangan yang disebut perang Dzi Qarad. Ia pergi membututi mereka seorang diri, lalu memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi membawa bala bantuan yang terdiri dari sahabat-sahabatnya.
Pada hari itulah Rasulullah menyatakan kepada para sahabatnya: “Tokoh pasukan jalan kaki kita yang terbaik ialaha Salamah bin al-Akwa’…”
Tidak pernah Salamah berhati kesal dan merasa kecewa kecuali ketika tewas sauadaranya yang bernama ‘Amir bin al-Akwa’ di perang Khaibar.
Ketika itu ‘Amir mengucapkanpantun dengan suara keras di hadapan tentara Islam, katanya:
“Kalo tidak karenaMu tidaklah kami kan dpaat hidayat.
Tidak akan shalat dan tidak pula akan berzakat.
Maka turunkanlah ketetapan ke dalam hati kami.
Dan dalam berperang nanti, teguhkanlah kaki-kaki kami”.
Dalam peperangan itu ‘Amir memukulkan pedangnya kepada salah seorang musyrik. Akan tetapi rupanya pedang yang digenggamnya hulunya itu melantur dan terbalik hingga menghujam pada ubun-ubunnya yang menyebabkan kematiannya.
Beberapa orang Islam berkata:”Kasihan ‘Amir…!, ia terhalang mendapatkan mati syahid”
Maka pada saat itu – ya, hanya sekali itulah, tidak lebih- Salamah merasa amat kecewa sekali. Ia menyangka sebagai sangkaan sahabat-sahabatnya bahwa saudaranya ‘Amir itu tidak mendapatkan pahala berjihad dan sebutan mati syahid, disebabkan ia telah bunuh diri tanpa sengaja.
Tetapi Rasulullah yang pengasih itu segera mendudukkan perkara pada tempat yang sebenarnya, yakni ketika Salamah datang kepadanya bertanya:”Wahai Rasulullah, betulkah pahala ‘Amir itu guugur..?”
Maka jawab Rasulullah saw:
Ia gugur bagai pejuang
Bahkan mendapat dua macam pahala
Dan sekarang ia sedang berenang
DI sungai-sungia syurga…
Kedermawanan Salamah cukup terkenal, tetapi ada hal yang luar biasa, hingga ia akan mengabulkan permintaan orang termasuk jiwanya apapbila permintaan itu atas nama Allah.
Hal ini rupanya diketahui oleh orang-orang itu. Maka jika seseorang ingin tuntutannya berhasil, ia akan mengatakan kepadanya:”Kuminta kepada anda atas nama Allah…” Mengenai hal ini Salamah pernah berkata: “Jika bukan atas nama Allah, atas nama siapalagi kita akan memberi?”
***
Sewaktu Utsman ra. di bunuh orang, pejuang yang perkasa ini merasa bahawa api fitnah telah menyulut kaum muslimin. Ia seorang yang telah menghabiskan usianya selama ini berjuang bahu-membahu dengan saudara seagamanya, tak sudi berperang menghadapi saudara sesamanya!
Benar..seorang tokoh telah mendapat pujian dari rasulullah tentang keahliannya dalam memerangi orang-orang musyrik, tidaklah pada tempatnya ia menggunakan keahliannya itu dalam memerangiatau membunuh orang-orang mukmin. Itulah sebabnya ia mengemasi barang-barangnya lalu meninggalkan Madinah berangkat menuju Rabdzah, yaitu kampung yang dipilih oleh Abu Dzar dulu sebagai tempat hijrah dan pemukiman barunya.
Maka di Rabdzah ini salamah melanjutkan sisa hidupnya. pada suatu gari di tahun 74 H, hatinya merasa rindu berkunjung ke Madinah. Maka berangkatlah ia untuk memenuhi lerinduannya itu. Ia tinggal di Madinah satu dua hari dan pada hari ketiga iapun wafat…
Demikianlah rupanya tanahnya yang tercinta dan lemut empuk itu memanggil puteranya ini untuk merangkul ke dalam pelukannya dan memberikan ruangan baginya di lingkungan sahabat-sahabatnya yang memperoleh berkah bersama para syuhada yang shalih.
sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar