Keutamaan Wali di Atas Alim
====================
Penghargaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan sangtlah tinggi.
Setinggi penghargaan mereka terhadap para pemiliknya (ulama). Betapa
taat dan ta’dhimnya para santri kepada para ulama dapat dilihat ketika
mereka berbondong-bondong mendengarkan petuah, pengajian dan ta’limnya.
Hal ini sesuai dengan petunjuk agama untuk menghargai ilmu dan para
pemegangnya.
Penghargaan yang serupa juga diberikan kepada para wali, bahkan
penghormatan itu jauh lebih dalam ketika mereka telah tiada. Lihatlah
beberapa makam para wali yang berada di Nusantara ini
selalu penuh dengan peziarah. Sebagian masyarakat mampu memahamai
fenomena ini dengan jernih. Dan membacanya sebagai bagian dari tradisi
Islam. Tetapi sebagian orang tidak memahami hal ini, dan menganggap
penghormatan kepada wali dan orang mati tidaklah pantas dilakukan.
Mereka menganggap posisi seorang wali tidaklah lebih tinggi dari seorang
‘alim. Padahal tidak demikian, karena posisi wali ada di atas posisi
alim.
Karena jika para alim adalah mereka yang menguasai masalah furu’ dan ushul dalam ajaran agama Islam yang membentang dari hal aqidah, syariah, tafsir, hadits
dan seterusntya. Maka sesungguhnya para wali yang telah mencapai
ma’rifat kepada Allah swt, dan membenamkan diri dalam pengabdian
kepada-Nya setulus hati untuk selamanya dengan rela mengorbankan
berbagai kesenangan duniawi dan syahwat rohani, maka sesungguhnya wali
itu lebih utama posisinya dibandingkan para alim.
As-Syaikh Zainuddin al-Malibary mengatakan dalam Hidayatul Adzqiya’ sebagai berikut:
والعارفون بربهم هم أفضل * من أهل فرع والأصول تكملا
فلركعة من عارف هى أفضل * من ألفها من عالم فتقبلا
Dan mereka orang-orang yang mengenal (makrifat) Tuhannya lebih
afdhal (utama) dibandingkan para ahli furu’ dan ahli ushul yang
sempurna. Sesungguhnya satu raka’at yang dilakukan orang arif (wali) itu
lebih utama dibandingkan seribu raka’at orang alim. Terimalah
keterangan ini.
Begitu pula keterangan Sayyid al-Bakri Ibn Sajjid Muhammad Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya’
beliau menjelaskan bahwa kemuliaan orang yang berilmu (alim) itu sangat
tergantung dengan ilmunya dan fungsi dari ilmu tersebut yang sangat
terbatas. Akan tetapi kemuliaan para wali (al’arifuuna billah)orang
yang mengerti Allah swt itu tergantung kepada yang Maha Mengetahui yang
pengetahuan-Nya sangat sempurna dan amat mulia (yang tanpa batas - tanpa tanding).
وذلك بأن العلم يشرف
بشرف المعلوم وبثمراته فالعلم بالله وصفاته أشرف من العلم بكل من الفروع
والأصول لأن متعلقه أشرف المعلومات وأكملها
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,49627-lang,id-c,ubudiyah-t,Keutamaan+Wali+di+Atas+Alim-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar