Taushiyah Ramadlon
SAID AQIL SIROJ
Jihad, Ijtihad dan Mujahadah di Bulan Romadlon
===========================
Ibadah puasa
diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah. Ibadah ini juga diwajibkan untuk
umat-umat sebelumnya, agama-agama terdahulu pasti ada kewajiban puasa.
Nah bulan puasa atau bulan Ramadhan adalah momentum untuk melakukan tiga hal, yakni jihad, ijtihad dan mujahadah.
Bulan puasa adalah syahrul jihad. Kenapa disebut bulan
jihad? Sejarah mencatat banyak peristiwa-peristiwa penting menyangkut
perjuangan umat Islam terkadi di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad pertama
kali perang melawan Quraisy Makkah dan menang meskipun jumlah pasukan
lebih sedikit, itu terjadi di tahun kedua hijriyah dan bulan Ramadhan.
Peristiwa Fathu Makkah, pembukaan kota makkah atau kemenagan besar umat
Islam, terjadi tahun 8 hijriyah juga terjadi di bulan Ramadhan.
Peristiwa lain, Thariq bin Ziyad berhasil masuk ke Andalus tahun 92
Hijriyah juga terjadi di bulan Ramadhan. Anwar Sadad dan tentara Mesir
pertama mengalahkan Israel dan menguasai Gurun Sinai tahun 73 Hijriyah,
terjadi pada bulan Ramadhan. Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 juga
terjadi di bulan Ramadhan pada hari Jum’at.
Artinya bulan Ramadhan adalah bulan perjuangan, bulan yang bisa
memompa dan memicu semangat kita untuk berjuang secara fisik. Ramadgan
tidak identik dengan diam, lemah, dan bermalas-malasan. Justru di bulan
Ramadhan ini kita bisa lebih produktif. Orang Jawa bilang cancut tali wondo, singsingkan lengan baju, mari kita bekerja.
Kedua, bulan Ramadhan ini kita sebut juga dengan syahrul ijtihad, bulan untuk mendalami agama dan ilmu pengetahuan.
Lihat tradisi kita di pesantren. Setiap bulan Ramadhan ada istilah
“ngaji pasaran”, kira-kira 20 hari lamanya. Beberapa kitab dibaca oleh
kiai dan persertanya adalah alumni-alumni pesantren yang sudah menjadi
kiai di desanya atau daerahnya masing-masing. Ada seorang kiai yang
membaca kitab Tafsir Ibnu Katsir 5 julid tebal dan selesai. Pengajian
dilakukan seharian, mulai setelah subuh, dhuhur, dan seterusnya sampai
usai tarawih, sampai larut malam.
Saat ngaji pasaran ini adalah saat yang pas untuk muthola’ah membaca seisi kitab secara bersama, yang dipandu oleh kiai, karena kita tak mungkin mutola’ah kalau tidak saat ngaji bersama itu.
Ada juga kiai yang membaca kitab Bukhiri-Muslim berjilid-jilid, ada
yang mengajarkan qiraah sab’ah, atau tujuh bacaan Al-Qur’an yang
dibacakan dari mulai juz 1 sampai 30. Ada kiai yang membaca kitab
kecil-kecil tapi banyak sekali yang dibaca. Dan seterusnya.
Artinya aktifitas belajar ilmu pengetahuan di bulan Ramadhan ini bisa lebih tinggi dibanding bulan yang lain.
Terakhir, bulan Ramadhan kita sebut dengan syahrul mujahadah. Jika jihad adalah urusan fisik, lalu ijtihad adalah urusan intelektual, maka sekarang adalah urusan spiritual.
Sejarah juga mencatat, di bulan Ramadhan ini para ulama, kiai banyak
mendapatkan pengalaman dapat futuhat, keterbuakaan hati. Ibnu Arabi
ma’rifat di bulan Ramadhan. Al-Ghazali khalwat 3 bulan; Rajab, Sya’ban
dan puncaknya Ramadhan.
Banyak sekali dalam sejarah para ualam dapat futuhat ilahiyah pada
bulan Ramadhan. Persoalannya, kita mau mengasah spiritual kita atau
tidak?> Kita bisa menapaki maqamat atau derajat-derajat spiritual,
minimal sabar dan tawakkal.
Jadi jika kita lulus ujian, maka selesai bulan Ramadhan, insyaallah
kita akan menjadi manusia yang sempurna. Kita telah melakukan jihad
atau membangun fisik, lalu ijtihad atau membangun intelektual dan
mujahadan membangun diri, menapaki tahapan-tahapan spiritual.
Memang di bulan Ramadhan ini tantangannya justru semakin besar, baik
dari diri kita sendiri dan terutama dari lingkungan kita. Sederhana
saja, totonan televisi justru semakin menarik di bulan Ramadhan,
saat-saat kita semestinya melakukan jihad, ijtihad dan mujahadah. Namun
itulah tantangannya.
* DR. KH Said Aqil Siroj, MA
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,46001-lang,id-c,taushiyah+ramadhan-t,Jihad++Ijtihad+dan+Mujahadah+di+Bulan+Ramadhan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar