Sya'ir-sya'ir Simbah KH. Muhammad Munawwir rahimahulloh
============
KH.
Muhammad Munawwir rahimahullah memiliki beberapa syair atau
petuah-petuah bijak yang menjadi favorit beliau. Berikut syair-syair
tersebut sebagaimana dalam buku manaqib sejarah beliau, antara lain:
- Mengutip Imam Abu Sulayman al-Khaththabi, sebagaimana diriwayatkan oleh KH. Umar (Kempek, Cirebon):
وَلَسْتُ بِسَائِلٍ مَا دُمْتُ حَيًّا # أَسَارَ الخَيْلُ أَمْ رَكِبَ الأَمِيْرُ
(Selama aku hidup, aku tidak akan bertanya (dan tidak peduli), apakah yang berlari kuda, ataukah Amir yang menaikinya)
Barangkali antara maksudnya: ketika seseorang sudah menetapkan diri untuk mondok ya harus siap dengan segala konsekwensinya, yaitu beruzlah dan mengasingkan diri dari berbagai hal yang mungkin terjadi di sekitarnya dan mengganggu konsentrasi belajarnya.
- Riwayat dari KH. Umar (Kempek, Cirebon):
وَلَسْتُ بِمُدْرِكٍ مَا فَاتَ مِنِّي # بِلَهْف وَلاَ بِلَيْتَ وَلاَ لَوْ أَنِّي
(Aku tidak bisa lagi mendapatkan apa yang telah berlalu meninggalkanku, baik dengan cara melamun menyesalinya, melalui ungkapan “layta” (seandainya) atau dengan “law anni” (andaikata saya)…)
Antara maknanya barangkali adalah: seseorang tidak dapat mengulang hal-hal yang telah terjadi, meskipun dengan berbagai upaya. Apabila takdir sudah berlaku, ya sudah, berarti dalam peribahasa bahasa Indonesia dikatakan: nasi sudah menjadi bubur.
Syair ini memberi anjuran agar seseorang membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam setiap yang dikerjakannya. Penyesalan hanya akan terjadi belakangan. Syair ini juga mengajarkan agar apapun yang sudah terlanjur terjadi agar dicari jalan keluarnya yang terbaik.
- Riwayat dari KH. Umar (Kempek, Cirebon):
اطْلُبْ وَلاَ تَضَّجَّرَنْ مِنْ مَطْلَبٍ # فَأَفَةُ الطَّالِبِ أَنْ يَضَّجَّرَا
أَلَمْ تَرَى المَاءَ بِتِكْرَارِهِ # فِي الصَّحْرَةِ الصَّمَّاءِ قَدْ آَثَرَ
(Cari dan upayakan (semampunya), dan jangan sekali-kali kamu bosan mencari, sebab kelemahan orang yang mencari adalah munculnya rasa bosan.
Tidakkah kamu tahu bahwa air itu bila berkali-kali menetes meskipun di atas batu cadas, maka air itu tetap akan memberi pengaruh yang nyata)
Syair ini menganjurkan siapapun agar memiliki keteguhan dan kegigihan dalam mengupayakan sesuatu, termasuk dalam hal ini adalah pencari ilmu.
Semoga bermanfaat.
- Mengutip Imam Abu Sulayman al-Khaththabi, sebagaimana diriwayatkan oleh KH. Umar (Kempek, Cirebon):
وَلَسْتُ بِسَائِلٍ مَا دُمْتُ حَيًّا # أَسَارَ الخَيْلُ أَمْ رَكِبَ الأَمِيْرُ
(Selama aku hidup, aku tidak akan bertanya (dan tidak peduli), apakah yang berlari kuda, ataukah Amir yang menaikinya)
Barangkali antara maksudnya: ketika seseorang sudah menetapkan diri untuk mondok ya harus siap dengan segala konsekwensinya, yaitu beruzlah dan mengasingkan diri dari berbagai hal yang mungkin terjadi di sekitarnya dan mengganggu konsentrasi belajarnya.
- Riwayat dari KH. Umar (Kempek, Cirebon):
وَلَسْتُ بِمُدْرِكٍ مَا فَاتَ مِنِّي # بِلَهْف وَلاَ بِلَيْتَ وَلاَ لَوْ أَنِّي
(Aku tidak bisa lagi mendapatkan apa yang telah berlalu meninggalkanku, baik dengan cara melamun menyesalinya, melalui ungkapan “layta” (seandainya) atau dengan “law anni” (andaikata saya)…)
Antara maknanya barangkali adalah: seseorang tidak dapat mengulang hal-hal yang telah terjadi, meskipun dengan berbagai upaya. Apabila takdir sudah berlaku, ya sudah, berarti dalam peribahasa bahasa Indonesia dikatakan: nasi sudah menjadi bubur.
Syair ini memberi anjuran agar seseorang membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam setiap yang dikerjakannya. Penyesalan hanya akan terjadi belakangan. Syair ini juga mengajarkan agar apapun yang sudah terlanjur terjadi agar dicari jalan keluarnya yang terbaik.
- Riwayat dari KH. Umar (Kempek, Cirebon):
اطْلُبْ وَلاَ تَضَّجَّرَنْ مِنْ مَطْلَبٍ # فَأَفَةُ الطَّالِبِ أَنْ يَضَّجَّرَا
أَلَمْ تَرَى المَاءَ بِتِكْرَارِهِ # فِي الصَّحْرَةِ الصَّمَّاءِ قَدْ آَثَرَ
(Cari dan upayakan (semampunya), dan jangan sekali-kali kamu bosan mencari, sebab kelemahan orang yang mencari adalah munculnya rasa bosan.
Tidakkah kamu tahu bahwa air itu bila berkali-kali menetes meskipun di atas batu cadas, maka air itu tetap akan memberi pengaruh yang nyata)
Syair ini menganjurkan siapapun agar memiliki keteguhan dan kegigihan dalam mengupayakan sesuatu, termasuk dalam hal ini adalah pencari ilmu.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar