Pidato Rosululloh SAW Menjelang Romadlon
=========================
Di akhir bulan
Sya’ban Rasulullah pernah menyampaikan pidato pengarahan tentang
pentingnya berderma dan mempedulikan fakir dan miskin.
“Siapa yang bersedekah makanan untuk berbuka bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan maka sedekahnya merupakan ampunan baginya dari dosa-dosanya. Orang itu akan dilepaskan dari azab neraka. Ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun.”
Kaum fakir dan miskin yang menyimak kalimat itu terenyuh. Gairah mereka untuk melaksanakan anjuran tersebut sangat tinggi. Meskipun, mereka sebetulnya ragu dengan kemampuan mereka bersedekah.
Salah seorang dari kaum duafa itu pun memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak semua orang dari kami mampu bersedekah semacam itu. Banyak di antara kami ingin menunaikannya. Tapi kami tidak punya apa-apa.”
Dengan bijak, Nabi mengingatkan bahwa sedekah bersifat tak memaksa. Pemberian dilaksanakan menurut batas kemampuan. “Allah akan memberi pahala demikian itu kepada orang yang bersedekah degan sebutir kurma atau seteguk susu. Itulah Ramadhan yang periode awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah (pengampunan), dan terakhirnya adalah pembebasan manusia dari azab neraka.”
Rasulullah melanjutkan pesan pidatonya ke arah keutamaan majikan meringankan beban pekerjaan bawahannya. Upaya ini ditujukan agar para pekerja dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah puasa.
“Siapa yang meringankan beban pekerjaan bagi pembantu rumah tangga, para pegawai, dan karyawannya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya dari ancaman api neraka,” sabdanya.
Di ujung pidatonya Rasulullah bersabda, “Siapa yang bersedekah meskipun hanya sekadar memberikan seteguk air bagi mereka yang berpuasa maka Allah akan memberikan minuman baginya di akhirat dari telagaku. Suatu minuman yang menjadikan orang yang meneguknya tidak merasa haus selama-lamanya, hingga ia masuk surga.”
“Siapa yang bersedekah makanan untuk berbuka bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan maka sedekahnya merupakan ampunan baginya dari dosa-dosanya. Orang itu akan dilepaskan dari azab neraka. Ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun.”
Kaum fakir dan miskin yang menyimak kalimat itu terenyuh. Gairah mereka untuk melaksanakan anjuran tersebut sangat tinggi. Meskipun, mereka sebetulnya ragu dengan kemampuan mereka bersedekah.
Salah seorang dari kaum duafa itu pun memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak semua orang dari kami mampu bersedekah semacam itu. Banyak di antara kami ingin menunaikannya. Tapi kami tidak punya apa-apa.”
Dengan bijak, Nabi mengingatkan bahwa sedekah bersifat tak memaksa. Pemberian dilaksanakan menurut batas kemampuan. “Allah akan memberi pahala demikian itu kepada orang yang bersedekah degan sebutir kurma atau seteguk susu. Itulah Ramadhan yang periode awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah (pengampunan), dan terakhirnya adalah pembebasan manusia dari azab neraka.”
Rasulullah melanjutkan pesan pidatonya ke arah keutamaan majikan meringankan beban pekerjaan bawahannya. Upaya ini ditujukan agar para pekerja dapat lebih fokus dalam menjalankan ibadah puasa.
“Siapa yang meringankan beban pekerjaan bagi pembantu rumah tangga, para pegawai, dan karyawannya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya dari ancaman api neraka,” sabdanya.
Di ujung pidatonya Rasulullah bersabda, “Siapa yang bersedekah meskipun hanya sekadar memberikan seteguk air bagi mereka yang berpuasa maka Allah akan memberikan minuman baginya di akhirat dari telagaku. Suatu minuman yang menjadikan orang yang meneguknya tidak merasa haus selama-lamanya, hingga ia masuk surga.”
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,51-id,45781-lang,id-c,hikmah-t,Pidato+Rasulullah+Menjelang+Ramadhan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar