Khotbah :
Hakikat Taqwa Menurut Sayyidina 'Ali Bin Abi Tholib KRW
========================
Sayyidina Ali Karromallahu wajhah menerangkan bahwa sejatinya taqwa tidaklah sekedar istitsalul awamir waj tinabun nawahi, tetapi taqwa itu adalah:
الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والإستعداد ليوم الرحيل
takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal
dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan menerima (qona’ah) terhadap yang
sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari perlihan (hari akhir).
إنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah bersama-sama kita saling menasehati akan pentingnya
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. sesungguhnya ketaqwaan
merupakan kunci menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Seringkali kita mendengar istilah taqwa’ begitu seringnya sehingga
tidak terpikir oleh kita apakah sejatinya makna taqwa. Seolah-olah
ketika telinga kita menangkap kata ‘taqwa’ maka sudah menjadi mafhum
bahwa yang dimaksudkan adalah menjalankan berbagai amal shaleh. Padahal
tidak selamanya demikian.
Memang, sebagain ulama mempermudah pemahaman taqwa dengan menjelaskan bahwa taqwa adalah ’imtitsalul awamiri waj tinabun nawahi’ mengerjakan
segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. kalimat sederhana
yang terkesan sangat global. Sehingga mudah diingat namun susah dicerna
dan dijabarkan, mungkin karena terlalu singkat.
Oleh karenanya dalam kesempatan ini khatib ingin sekali menerangkan
makna taqwa sebagaimana diterangkan oleh Sayyidina Ali Karromallahu
wajhah yang dikutip dalam kitab al-Manhajus Sawi, oleh al-allamah
al-Muhaqqiq al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith. Sayyidina Ali
membeberkan kepada kita makna taqwa yang terbentang dalam empat hal
yaitu; الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة بالقليل والإستعداد ليوم الرحيل
Bahwa taqwa adalah takut kepada Allah yang
bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan
menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi
hari akhir perlihan (hari akhir).
Jama’ah jum’ah yang berbahagia
Pertama; Al-khaufu minal Jalil artinya bahwa taqwa itu akan
menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt yang memiliki sifat
Jalal. Takut melanggar berbagai aturan dan ketentuan-Nya. Sehingga
apapun yang akan diperbuatnya selalu dipertimbangkan terlebih dahulu.
Tangan tidak akan digunakan untuk memungut benda yang bukan miliknya
tanpa izin. Kaki tidak digunakan untuk berjalan ke aarah yang salah,
demikian juga mata dan telinga tidak akan difungsikan sebagai alat
mendurhakai-Nya.
Maka taqwa dalam bingkai Al-khaufu minal Jalil, lebih bernuansa
‘penghindaran dan pencegahan’ dari pada ‘pelaksanaan’. Karena
sesungguhnya ‘ketakutan’ itu akan menyebabkan seseorang enggan melakukan
tindak kesalahan. Seperti halnya seorang anak kecil yang takut bermain
air hujan karena takut kepada orang tuanya.
Kedua; wal ‘amalu bit tanzil, menghindari sesuatu karena
takut kesalahan dalam konsep taqwa tidak lantas menjadikan seseorang
tidak berbuat apa-apa, karena hal taqwa juga menuntut tindakan baik yang
berdasar pada al-Qur’an yang diturunkan (at-tanzil) sebagai pedoman
hidup dan dasar bersyariat bagi kaum muslim.
Maka segala ‘amal orang yang bertaqwa berdasar pada al-Qur’an, dan
mereka tidak akan melakukan sesuatu secara serampangan tanpa adanya
dalil yang mendasarinya baik al-Qur’an, Hadits, Ijam’ maupun qiyas.
Jama’ah jum’ah yang Dimuliakan Allah
Ketiga; al-Qana’atu bil Qalil, artinya orang yang bertaqwa
akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya orang
yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut
adalah bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah swt.
Sebagaimana yang disabdakan rasulullah saw.
إن الله إذا أحب عبدا رزقه كفافا
Bahwa jika Allah mencintai seorang hamba ia akan memberikan rizki yang pas-pasan kepadanya.
Artinya pas-pasan adalah tidak memiliki kelebihan selain untuk
menutupi kebutuhan pokoknya, inilah tanda orang taqwa yang dicintai
Allah swt. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak seorangpun hamba
yang hidup pas-pasan bertindak secara berlebihan, berhura-hura dan doyan
belanja. Karena berbagai macam keglamouran hidup itu sangat dibenci
oleh Allah swt. menyebabkan manusia melupakan Tuhannya. Itulah bukti
hamba itu dicintai oleh Allah.
Berbeda sekali dengan seorang yang memiliki limpahan harta yang
berlebih. Maka di kala waktu luang setan akan segera menghampirinya dan
membujuk untuk berbuat hura-hura, jalan-jalan berekreasi ke tepi pantai
atau santai santai di menikmati keremangan malam atau malah mencari
kesibukan diluar pengetahuan pasangannya. Sesungguhnya Allah tidak
mencintai orang-orang yang sepertin ini.
Maka menjadi amat penting memeperhatikan sabda Rasulullah saw selanjutnya yang berbunyi:
طوبى لمن هدي الإسلام وكان رزقه كفافا ورضي به
Beruntung sekali orang (yang mendapatkan petunjuk)Islam, yang
mempunyai rizqi pas-pasan dan rela dengan rizqi (yang pas-pasan) itu.
Ridhda atau rela dengan kesedikitan itu menjadi satu sarat
tersendiri. Sebagai pertandanya orang tersebut tidak pernah
berkeluh-kesah akan keadaanya. Banyak sekali hamba yang merasa cukup
dengan rizqi yang diterimanya, saying sekali ia sering keluhan-keluhan.
Sesungguhnya hal yang demikian itu mengurangi ketaqwaan.
Dan keempat, al-isti’dadu li yaumir rakhil, adalah
bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan dari alam dunia ke
alam kubur lalu ea lam akhirat. Artinya segala amal orang yang
bertaqwa senantiasa dalam ranga menyiapkan diri akan hadirnya hari
kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam dunia menuju alam akhirat.
Oleh karena itu ketika Rasulullah ditanya “siapakah manusia yang
paling cerdas dan paling mulia di hadapan Allah?” beliau menjawab mereka
adalah manusia yang أكثرهم ذكرا للموت وأشدهم إستعدادا له Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan paling semangat mempersiapka diri menghadapinya.
Ini juga merupakan tuntunan praktis bagi umat muslim meningkatkan
ketaqwaannya, yaitu selalu mengingat kematian Karena, seorang yang
mengingat kematian ia tidak akan mudah terjerumus dalam kubangan dosa.
Demikianlah khotbah jum’ah kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ
عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًااَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَىوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ
اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ
وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ
بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,9-id,41667-lang,id-c,khotbah-t,Hakikat+Taqwa+Menurut+Sayyidina+Ali-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar