Para Ulama' Menolak Praktek Tarawih ’4 Roka'at Sekali Salam’
Dalam
risalah ini menjelaskan pemaparan tentang perkara-perkara terpenting
dalam shalat Tarawih secara sederhana. Dengan demikian risalah ini
menjadi tulisan yang dapat dihayati dan sangat layak dibaca oleh siapa
saja yang ingin memahami secara benar dan mau menyelamatkan perkara
ibadahnya.
Banyak orang mengerjakan shalat Tarawih dengan cara 4 rakaat sekali salam dengan dalil hadis Siti Aisyah sebagai berikut:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى
إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ
حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ
عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي.
Artinya: Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang
tahun) pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat.
Beliau shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya tentang bagus dan
panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat jangan engkau bertanya
tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat. Kemudian
aku bertanya ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur sebelum shalat Witir”?
Kemudian beliau menjawab: ”Aisyah, meskipun kedua mataku tidur, hatiku
tidaklah tidur”.
Banyak orang terkecoh dan terjebak dalam memahami penjelasan Imam
Muhammad al-Shan’âniy dalam kitab Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm,
sehingga mereka mengatakan tata cara shalat Tarawih dengan 4 rakaat
sekali salam disebutkan dalam kitab itu. Untuk menjawab tuduhan itu,
mari kita lihat secara langsung redaksi Imam Muhammad al-Shan’âniy,
sebagai berikut:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا
فِي غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ فَصَّلَتْهَا
بِقَوْلِهَا ( يُصَلِّي أَرْبَعًا ) يُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُتَّصِلَاتٌ
وَهُوَ الظَّاهِرُ وَيُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُنْفَصِلَاتٌ وَهُوَ بَعِيدٌ
إلَّا أَنَّهُ يُوَافِقُ حَدِيثَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .
Artinya; Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang
tahun) pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat.
Kemudian Siti A’isyah merincikan shalat Rasulullah dengan
perkataannya:”Beliau shalat 4 rakaat”. Redaksi ini memiliki kemungkinan 4
rakaat dilakukan sekaligus dengan 1 salam, ini adalah yang zhahir, dan
juga bisa dipahami 4 rakaat itu dilakukan secara terpisah (2 rakaat- 2
rakaat), tetapi pemahaman ini jauh hanya saja ia sesuai dengan hadis
Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2 rakaat.[1]
Maksud perkataan Imam Muhammad al-Shan’âniy:” 4 rakaat dilakukan dengan
sekali salam, dipahami menurut zhahir/tekstual hadis. Sedangkan
pelaksanaan 4 rakaat dengan 2 salam menjadi jauh bila tidak ada
keterangan dari hadis lain. Tetapi 4 rakaat dengan cara 2 salam memiliki
kekuatan dengan adanya keterangan hadis Shalat malam itu dilakukan
dengan 2 rakaat- 2 rakaat.Dalam hal ini Imam Syafii mengatakan dalam
kitab al-Risâlah sebagai berikut:
فَكُلُّ كَلَامٍ كَانَ عَامًا ظَاهِرًا فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
فَهُوَ عَلَى ظُهُوْرِهِ وَعُمُوْمِهِ حَتَّى يُعْلَمَ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ .
Artinya: “Setiap perkataan Rasulullah dalam hadis yang bersifat
umum/zhahir diberlakukan kepada arti zhahir dan umumnya sehingga
diketahui ada hadis lain yang tetap dari Rasulullah”.[2]
Maksud dari perkataan Imam Syafii adalah redaksi hadis yang masih
bersifat umum/zhahir, boleh-boleh saja dipahami demikian adanya, dengan
catatan selama tidak ada keterangan lain dari hadis Rasulullah. Tetapi
bila ditemukan hadis Rasulullah yang menjelaskan redaksi zhahir dan umum
satu hadis, maka hadis tersebut tidak boleh lagi dipahami secara zhahir
dan umum.Jika hendak dipertentangkan, hadis tentang shalat yang
dikerjakan 2-2 lebih kuat dan lebih banyak diamalkan oleh umat sebab ia
merupakan hadis Qauliy (perkataan Nabi) dalam riwayat lain dikatakan
juga sebagai hadis Fi’liy (perbuatan Nabi), sedangkan hadis Siti Aisyah
4-4 hanya merupakan hadis Fi’liy (perbuatan Nabi).
Ketika terjadi perbedaan antara perkataan Nabi dengan perbuatannya maka
yang harus dilakukan umatnya adalah mengamalkan apa yang
diperintahkannya (perkataannya), sebabnya adalah lantaran perbuatan Nabi
bisa jadi merupakan kekhususan bagi beliau yang tidak berlaku bagi
umatnya. Contohnya adalah tentang kandungan surat annisa ayat 3 sebagai
perintah Nabi kepada para sahabat dan umatnya agar tidak memiliki istri
lebih dari 4 orang. Padahal beliau sendiri di akhir hayatnya
meninggalkan 9 orang istri. Dalam hal ini yang berlaku adalah kita tetap
tidak boleh memiliki istri lebih dari 4. Sementara beristri lebih dari 4
merupakan kekhususan yang hanya boleh bagi Nabi. Dengan kaidah ini,
maka mengerjakan shalat malam dengan 2-2 rakaat lebih tepat ketimbang
mengerjakannya dengan 4-4 rakat sekali salam, sebab bisa jadi shalat 4-4
rakaat merupakan sesuatu yang khusus bagi Nabi.
Masih ada cara lain yang paling mudah untuk memahami hadis Siti Aisyah
yakni dengan mencari ucapan Aisyah sendiri pada lain kesempatan. Kita
tentu berhak mempertanyakan kembali apakah yang dimaksud Siti Aisyah 4
rakaat benar-benar sekali salam??? Ternyata Siti Aisyah sendiri sebagai
periwayat hadis 4-4 menjelaskan dalam hadis lain bahwa yang dimaksud
dengan 4 rakaat pelaksanaannya adalah dengan 2-2. Perhatikanlah
penjelasan Siti Aisyah pada hadis berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ
وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى
عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ
بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ
وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ
رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ
حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ.
Artinya: Dari Aisyah berkata: ”Seringkali Rasulullah melakukan shalat
antara selesai shalat Isya yang disebut orang dengan shalat ’Atamah
sampai Fajar beliau mengerjakan shalat 11 rakaat, beliau melakukan salam
pada tiap 2 rakaat dan melakukan 1 rakaat Witir. Apabila seorang
Muadzzin selesai dari azan shalat Shubuh yang menandakan fajar telah
datang, Muadzzin tersebut mendatangi beliau beliau pun melakukan shalat 2
rakaat ringan setelah itu beliau berbaring (rebah-rabahan) atas
lambungnya yang kanan sampai Muadzzin itu mendatangi beliau untuk
Iqamah.Hadis tersebut disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya
hadis no: 1216, Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak hadis no: 1671, Imam
al-Darimiy dalam sunannya hadis no: 1447, Imam al-Bayhaqiy dalam
al-Sunan al-Shughra hadis no: 600, al-sunan al-Kubra hadis no: 4865 dan
Ma’rifah Sunan Wa al-Atsar hadis no: 1435.>>
Dalam risalah الجـواب الصحيح لمن صلى أربعا بتسليمة من التراويــح,
penulis telah sebutkan lebih dari 80 kitab Mu’tabar dari berbagai cabang
ilmu, baik dari keterangan kitab Syarh hadis, fiqh, Ushul Fiqh dan
Taswwuf, yang menyatakan bahwa shalat Tarawih yang dikerjakan dengan 4
rakaat sekali salam itu tidak sah. Di antaranya:
1. Imam Nawawiy al-Dimasyqiy:
يَدْخُلُ وَقْتُ التَّرَاوِيْحِ بِالْفَرَاغِ مِنْ صَلاَةِ
الْعِشَاءِ ذَكَرَهُ الْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُ وَيَبْقَى إِلَى طُلُوْعِ
اْلفَجْرِ وَلْيُصَلِّهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ كَمَا هُوَ اْلعَادَةُ
فَلَوَْصَلَّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ
الْقَاضِى حُسَيْنٌ فيِ فَتَاوِيْهِ ِلاَنَّهُ خِلاَفُ
الْمَشْرُوْعِ قَالَ وَلاَ تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ بَلْ يَنْوِى
سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ أَوْ صَلاَةَ التَّرَاوِيحِ أَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ
فَيَنْوِيْ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ مِنْ صَلاَةِ
التَّرَاوِيحِ . )المجموع شرح المهذب: ج 4 ص : 38 (دار الفكر 2000)
Artinya:”Masuk waktu shalat Tarawih itu setelah melaksanakan shalat
Isya. Imam al-Baghawi dan lainnya menyebutkan: “waktu tarawih masih ada
sampai terbit fajar”. Hendaklah seseorang mengerjakan shalat Tarawih
dengan dua rakaat- dua rakaat, sebagaimana kebiasaan shalat sunah
lainnya. Seandainya ia shalat dengan 4 rakaat dengan satu
salam, maka shalatnya tidak sah. Hal ini telah dikatakan oleh al-Qâdhi
Husain dalam fatwanya, dengan alasan hal demikian menyalahi aturan yang
telah disyariatkan. Al-Qâdhi juga berpendapat seorang dalam shalat
Tarawih ia tidak boleh berniat mutlak, tetapi ia berniat dengan niat
shalat sunah Tarawih, shalat Tarawih atau shalat Qiyam Ramadhan. Maka ia
berniat pada setiap 2 rakaat dari shalat Tarawih.
2. Imam Ahmad Ibn Hajar al-Haytamiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ
تَكُوْنَ مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي
طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ
سُنَّةِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ . )فتح الجواد شرح الارشاد:ج 1 ص : 163 (مكتبة اقبال حاج ابراهيم سيراغ ببنتن 1971)
Artinya: Shalat Tarawih itu 20 rakaat, wajib dalam pelaksanaanya
dua-dua, dikerjakan dua rakaat-dua rakaat. Bila seseorang mengerjakan 4
rakaat dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah karena hal tersebut
menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah, maka jangan dirubah
keterangan sesuatu yang telah warid (datang). Lain halnya dengan shalat
sunah Zuhur dan Ashar (boleh dikerjakan empat rakaat satu salam) atas
Qaul Mu’tamad.
3. Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy:
وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ
يَنْوِي رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ
.وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا
عَالِمًا ، وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ
الْمَشْرُوعِ.) نهاية المحتاج شرح المنهاج : ج 1 ص :127 (دار الفكر 2004)
Artinya: Tidak sah shalat Tarawih dengan niat shalat Mutlak,
seharusnya seseorang berniat Tarawih atau Qiyam Ramadhan dengan
mengerjakan salam pada setiap 2 rakaat. Seandainya seseorang shalat
Tarawih dengan 4 rakaat satu salam, jika ia sengaja-ngaja dan mengetahui
maka shalatnya tidak sah. Kalau tidak demikian maka shalat itu menjadi
shalat sunah Mutlak, Karena menyalahi aturan yang disyariatkan”.
4. Imam Muhammad al-Zarkasyiy:
صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ وَهِيَ عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ وَحَكَى الرُّوْيَانِيُّ عَنِ اْلقَدِيْمِ أَنَّهُ لاَحَصْرَ
لِلتَّراوِيْحِ وَهُوَ غَرِيْبٌ . وَيُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ فِي
التَّحْقِيْقِ وِثَاقًا لِلْقَاضِي حُسَيْنٍ فِي فَتَاوِيْهِ وَلِأَهْلِ
الْمَدِيْنَةِ فَعْلُهَا سِتًّا وَثَلاَثِيْنَ قَالَ الشَّافِعِيُّ
وَاْلأَصْحَابُ : مِنْ خَصَائِصِهِمْ . (الديباج في توضيح المنهاج : ج 1 ص : 198 (دار الحديث 2005)
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat dengan 10 salam. Imam
al-Rûyâniy menghikayatkan pendapat dari Qaul Qadim ”Sesungguhnya
pernyataan shalat Tarawih tidak ada batasan adalah pendapat yang Gharib
(aneh)”. Seseorang yang mengerjakan shalat Tarawih hendaknya memberi
salam pada tiap 2 rakaatnya. Seandainya seseorang shalat 4
rakaat dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah. Imam Nawawiy
al-Dimasyqiy telah menyebutkan hal itu dalam kitabnya al-Tahqîq,
yang bersandar kepada al-Qâdhi Husain dalam fatâwanya. Adapun penduduk
kota Madinah mereka mengerjakan shalat Tarawih 36 rakaat. Imam Syafii
dan para pengikutnya berkata:” Khusus bagi penduduk Madinah saja”.
5. Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Qasthallaniy:
وَ فُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ
أَنَّهُ لَوْ صَلَّاهَا أَرْبَعًا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ،
وَبِهِ صَرَّحَ فِي الرَّوْضَةِ لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ
الْجَمَاعَةِ فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ .)ارشاد الساري شرح صحيح البخاري : ج 3 ص : 426 (دار الفكر 1984)
Artinya: “Dipahami dari ungkapan yang lalu sesungguhnya shalat
Tarawih itu pelaksanaannya dengan 10 kali salam, Seandainya seseorang
shalat Tarawih dengan 4 rakaat sekali salam, maka shalat Tarawihnya
tidak sah. Seperti inilah keterangan yang telah dijelaskan oleh Imam
Nawawiy dalam kitab al-Rawdhah, Karena shalat Tarawih menyerupai shalat
fardhu dalam menuntut berjamaah (tiap 2 rakaat melakukan Tasyahhud),
maka jangan dirubah keterangan sesuatu yang telah warid (datang).”
6. Imam Zakariya al-Anshariy:
وَسُمِّيَتْ كُلُّ أَرْبَعٍ مِنْهَا تَرْوِيحَةً لِأَنَّهُمْ
كَانُوا يَتَرَوَّحُونَ عَقِبَهَا أَيْ : يَسْتَرِيحُونَ ، وَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِأَنَّهَا بِمَشْرُوعِيَّةِ
الْجَمَاعَةِ فِيهَا أَشْبَهَتْ الْفَرِيضَةَ فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا
وَرَدَ . )فتح الوهاب شرح منهج الطلاب: ج1 ص : 58 ( منارا قدس د ت)
Artinya: Pada setiap 4 rakaat dinamai satu Tarwihah karena para
sahabat bersantai-santai setelahnya artinya beristirahat. Jika seseorang
shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu salam maka tidak sah, karena
anjuran berjamaah pada shalat Tarawih menyerupai shalat fardhu, maka
jangan diubah aturan yang telah ada keterangannya.”
7. Imam Jalaluddin Muhammad al-Mahalliy:
( وَمَعْنَى الشَّرْعِيِّ ) الَّذِي هُوَ مُسَمَّى مَا صَدَقَ
الْحَقِيقَةُ الشَّرْعِيَّةُ ( مَا ) ، أَيْ : شَيْءٌ ( لَمْ يُسْتَفَدْ
اسْمُهُ إلَّا مِنَ الشَّرْعِ ) كَالْهَيْئَةِ الْمُسَمَّاةِ بِالصَّلَاةِ (
وَقَدْ يُطْلَقُ ) ، أَيْ : الشَّرْعِيُّ ( عَلَى الْمَنْدُوبِ ،
وَالْمُبَاحِ ) ، وَمِنْ الْأَوَّلِ قَوْلُهُمْ مِنْ النَّوَافِلِ مَا
تُشْرَعُ فِيهِ الْجَمَاعَةُ ، أَيْ : تُنْدَبُ كَالْعِيدَيْنِ . وَمِنْ
الثَّانِي قَوْلُ الْقَاضِي الْحُسَيْنِ لَوْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ
أَرْبَعًا بِتَسْلِيمِة لَمْ تَصِحَّ ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ .) شرح جمع الجوامع : ج 1 ص : 304 (مطبعة مصطفى البابي الحلبي 1973)
Artinya: Makna Syar’i itu dinamakan sesuatu yang berbetulan dengan
hakikat syara’ adalah sesuatu yang tidak dipahami namanya melainkan dari
syara’ seperti bentuk shalat. Digunakan juga makna syar’i itu atas
perbuatan yang mandub dan mubah, dari definisi pertama para ulama
berpendapat shalat sunah yang disyari’atkan berjamaah artinya disunahkan
berjamaah seperti shalat dua hari raya idul fitri dan idul Adha. Dari
definisi kedua ini perkataan al-Qadhi Husein yang mengatakan “Seandainya
ia mengerjakan shalat Tarawih dengan 4 rakaat dengan satu salam, maka
shalat Tarawihnya tidak sah”.
8. Imam Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthiy:
(وَيَقُوْمُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
بِعِشْرِيْنَ رَكْعَةً) بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ بَيْنَ
صَلاَةِ اْلعِشَاءِ وَ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ، فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ، كَمَا نَقَلَهُ فِي الرَّوْضَةِ عَنِ
الْقَاضِي حُسَيْنٍ وَأَقَرَّهُ ِلأَنَّهُ خِلاَفُ اْلمَشْـرُوْعِ .) شرح التنبيه في فروع الفقه الشافعي:ج 1 ص : 134 (دار الفكر 1996)
Artinya: “Seseorang mengerjakan shalat Tarawih pada tiap malam
bulan Ramadhan dengan 10 kali salam pada tiap malam antara shalat Isya
sampai terbit fajar. Jika seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu
salam maka hukumnya tidak sah. Sebagaimana Imam Nawawi menukilkannya
dalam kitab Rawdhah dari al-Qadhi Husain dan beliau menetapkan hal itu
karena menyalahi aturan yang disyariatkan”.
9. Imam Abdur Rauf al-Munawiy
(يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ)
اَيْ اِنَّهُنَّ مِنْ كَمَالِ الطُّوْلِ وَالْحُسْنِ عَلَى غَايَةٍ
ظَاهِرَةٍ مُغْنِيَةٍ عَنِ السُّؤَالِ اَيْ اِنَّهُنَّ فِي غَايَةِ
الْحُسْنِ وَ الطُّوْلِ بِحَيْثُ يُعْجِزُ الِّلسَانُ عَنْ بَيَانِهَا ,
فَمَنْعُ السُّؤَالِ كنِاَيَةٌ عَنِ الْعَجْزِ عَنِ الْجَوَابِ .
وَالْمُرَادُ أَنَّهُ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَتَيْنِ لِيُوَافِقَ
خَبَرَ زَيْدِ السَّابِقِ وَاِنَّمَا جُمِعَ اْلأَرْبَعُ لِتَقَارِبِهَا
طُوْلاً وَحُسْنًا لاَ لِكَوْنِهِمَا بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ .شرح الشمائل المحمدية ج 2 ص : 91 (دار الأقصى 1988)
Artinya: Beliau shalat 4 rakaat, jangan anda tanya bagaimana bagus
dan lamanya beliau shalat. Artinya 4 rakaat yang beliau lakukan
tergolong dari saking sempurna lama dan eloknya atas puncak yang zhahir
yang tidak butuh pertanyaan, artinya 4 rakaat tersebut menggambarkan
puncak keelokan dan lamanya waktu dari segi lidah akan payah dari
menjelaskannya. Penolakan Aisyah dari pertanyaan orang yang bertanya
merupakan kiasan dari tidak mampunya Aisyah untuk memberikan jawaban.
Yang dimaksud Rasulullah shalat 4 rakaat itu dikerjakan dengan 2 salam
agar menjadi sesuai dengan keterangan hadis dari Zaid yang telah lalu.
Hanya sanya digabungkan penyebutan 4 rakaat karena berdekatan antara
keduanya dalam hal lama dan eloknya, bukan berarti 4 rakaat itu dipahami
dengan satu salam.
10. Imam Zaynuddin al-Malibariy:
(وَ) صَلاَةُ (التَّرَاوِيْحِ) وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً
بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ، فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، لِخَبَرِ:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ. وَيَجِبُ التَّسْلِيْمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، فَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا مِنْهَا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ تَصِحَّ ، بِخِلاَفِ سُنَّةِ
الظُّهْرِ وَاْلعَصْرِ وَالضُّحَى وَاْلوِتْرِ. وَيَنْوِي بِهَا
التَّرَاوِيْحَ أَوْ قِيَامَ رَمضَانَ) . فتح المعين شرح قرة العين بمهمات الدين: ص : 33( منارا قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih 20 rakaat dengan 10 kali salam pada setiap
malam di bulan Ramadhan. Karena ada hadis: Siapa saja melaksanakan Qiyam
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang terdahulu
di ampuni. Wajib setiap 2 rakaat mengucapkan salam. Jika seseorang
shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu salam maka hukum shalat Tarawihnya
tidak sah. Berbeda dengan shalat sunah Zuhur, Ashar, Dhuha dan witir.
Seharusnya bagi yang mengerjakan shalat Tarawih, ia berniat dengan niat
Tarawih atau Qiyam Ramadhan.
11. Imam Muhammad Ibn Qasim
اَلتَّرَاوِيحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ فيِ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَجُمْلَتُهَا خَمْسُ
تَرْوِيْحَاتٍ, وَيَنْوِيْ الشَّخْصُ بِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّرَاوِيْحَ
أَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ
وَاحِدَةٍ لَمْ تَصِحَّ . )فتح القريب المجيب شرح متن غاية والتقريب ص : 13 ( منارا قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat, terdiri dari 10 salam
pada tiap malam bulan Ramadhan. Jumlahnya 5 tarwihah (istirahat).
Seseorang yang mengerjakannya ia berniat tiap 2 rakaat akan shalat
Tarawih atau Qiyam Ramadhan. Jika ia shalat Tarawih dengan 4 rakaat satu salam maka shalat Tarawihnya tidak sah .
12. Imam Murtadha Muhammad al-Zabidiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ وَكَيْفِيَّتُهَا مَشْهُوْرَةٌ قَالَ النَّوَوِيُّ فَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمِة لَمْ يَصِحَّ. (اتحاف السادة المتقين شرح احياء علوم الدين: ج 3 ص : 415 (دار الفكر د ت)
Artinya: Shalat Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 kali salam. Tata
caranya telah diketahui banyak orang. Imam Nawawi berkata “Seandainya
seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan sekali salam, maka shalat
Tarawihnya tidak sah.”
13. Imam Muhammad Amin Kurdiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ , وَيُسَنُّ كَوْنُهَا جَمَاعَةً .) تنويرالقلوب في معاملة علام الغيوب : ص : 199 (دار الفكر 1994)
Artinya; Shalat Tarawih itu dikerjakan 20 rakaat dengan 10 salam. Bila seseorang shalat setiap 4 rakaat dengan satu salam maka shalatnya tidak sah. Disunahkan pelaksanaannya berjamaah.”
14. Syaikh Mahmud Muhammad Khatthab al-Subkiy
وَيُطْلَبُ السَّلاَمُ عَلَى رَأْسِ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا أَوْ أَكْثَرَ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ وَقَعَدَ عَلَى
رَأْسِ كُلِّ رِكْعَتَيْنِ صَحَّتْ صَلاَتُهُ مَعَ الْكَرَاهَةِ عِنْدَ
غَيْرِ الشَّافِعِي , وَلاَ تَصِحُّ عِنْدَ هُمْ , لِأَنَّ السَّلاَمَ مِنْ
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَرْضٌ عِنْدَهُمْ . وَكَذَا اِذَا لَمْ يَقْعُدْ
عَلَى رَأْسِ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَلاَ تَصِحَّ عِنْدَهُمْ بِالْأَوْلَى .
وَبِهِ قَالَ محمدٌ وَ زُفَرُ لِأَنَّ الْقُعُوْدَ عَلَى رَأْسِ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ فَرْضٌ فِي التَّطَوُّعِ . (الدين الخالص أو ارشاد الخلق الى دين الحق ج 4 ص : 170 (مطبعة السعادة 1964)
Artinya: Dituntut melakukan salam pada tiap 2 rakaat,.
Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat atau lebih dengan
satu salam dan ia duduk tasyahhud, maka shalatnya sah tetapi makruh
menurut ulama selain Mazhab Syafii, dan tidak sah menurut Mazhab Syafii.
Alasannya karena memberi salam pada tiap 2 rakaat itu wajib dalam
Mazhab Syafii, begitu juga bila seseorang tidak melakukan duduk
tasyahhaud pada tiap 2 rakaat maka lebih teristimewa tidak sah. Dalam
hal ini Syaikh Muhammad dan Zufar mengatakan: ”Duduk tasyahhud pada tiap
2 rakaat dalam shalat sunah hukumnya wajib.
15. Syaikh Shiddiq Hasan Ali al-Qanujiy al-Bukhariy
قَالَ الْحَلِيمِيُّ وَالسِّرُّ فِي كَوْنِهَا عِشْرِينَ أَنَّ
الرَّوَاتِبَ فِي غَيْرِ رَمَضَانَ عَشْرُ رَكَعَاتٍ فَضُوعِفَتْ لِأَنَّهُ
وَقْتُ جِدٍّ وَتَشْمِيرٍ ،وَفُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ أَنَّهُ لَوْ صَلَّاهَا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ
يَصِحَّ . وَبِهِ صَـرَّحَ اْلاِمَـامُ النَّوَوِيُّ فِي الرَّوْضَةِ
لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلَا تَغَيُّرَ عَمَّا
وَرَدَ .( عون الباري لِحَلِّ أدلة البخاري ج 2 ص : 862 دار الرشيد : حلب سوريا 1992)
Artinya; Imam al-Halimi berkata ”Hikmah dan rahasia 20 rakaat
shalat Tarawih adalah shalat Rawatib yang Muakkad itu 10 rakaat, di
bulan Ramadhan digandakan karena bulan Ramadhan itu bulan yang penuh
semangat dan gairah untuk mengerjakan ibadah. Dipahami dari ungkapan
yang telah lalu sesungguhnya shalat Tarawih itu pelaksanaannya dengan 10
kali salam, Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat satu
salam, maka shalatnya tidak sah. Seperti inilah keterangan yang telah
dijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam kitab al-Rawdhah, Karena shalat
Tarawih menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah, maka jangan
dirubah keterangan sesuatu yang telah warid (datang).
sumber:http://www.sarkub.com/2013/para-ulama-menolak-praktek-tarawih-4-rakaat-sekali-salam/#ixzz2Yl6x6zFJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar