Puasa dan Ajaran Sunan Ampel tentang Mohlimo
===============================
Alkisah Sunan
Ampel dipanggil oleh Bhre Kertabumi, Raja Majapahit. Ia ditugaskan untuk
memperbaiki moral masyarakatnya yang bejat.
Sunan Ampel memperbaiki akhlaq masyarakat dengan mengajarkan prinsip
mohlimo. “Moh” artinya tidak mau. “Limo” artinya lima. Jadi mohlimo
berarti tidak mau melakukan lima hal, yaitu: main (berjudi), minum (minuman keras), maling (mencuri), madat (narkotika), dan madon (main perempuan).
Menurut Sunan Ampel, dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa
mereka yang melakukan lima hal itu akhirnya menderita baik lahir maupun
batin. Sebaliknya jika menghindari lima hal ini, hati/rohaninya menjadi
bersih, fisik menjadi sehat, jauh dari serangan berbagai jenis penyakit,
dan insya Allah hidupnya sekeluarga berbahagia.
Maka dalam waktu relatif tidak terlalu lama Sunan Ampel dapat
memperbaiki moral rakyat Majapahit masa itu. Ajarannya banyak menarik
simpati dan pada akhirnya banyak rakyat Majapahit yang tertarik Islam,
termasuk para pembesar kerajaan.
Kini di kalangan masyarakat Jawa tak asing lagi mendengar kata
mohlimo atau lima Mo yang merupakan pedoman hidup yang mesti dipegang
teguh, yang bersumber dari ajaran Islam. Ajaran Sunan Ampel tentang
mohlimo yang sampai sekarang masih relevan.
Pengalaman membuktikan, ketika seorang melakukan Mo yang pertama maka akan diikuti Mo berikutnya, dan seterusnya.
Yang pertama yakni maling atau mencuri. Maling bisa berarti korupsi
atau mencuri, dan semua perbuatan yang disebut mencuri, maka orang tadi
sudah bisa dibilang melakukan perbuatan Mo yang pertama yakni maling.
Setelah maling atau koruptor mengembat duit negara yang bersumber
dari duit rakyat jelata ratusan sampai miliaran rupiah atau mengembat
uang serta harta benda milik orang lain, maka orang itu hawanya panas
akan cenderung tergoda untuk melangkah pada step (tahap) Mo kedua yakni main.
Main sebagai Mo kedua dalam istilah Jawa maksudnya : judi, gambling,
taruhan, dan aneka perbuatan yang intinya berjudi. Berjudi menjadi
lebih mengasyikkan bagi orang yang telah maling, karena toh bukan uang
halal yang dibuat judi, jadi beban mental untuk berjudi tidak seberat
ketika memakai uang gaji atau keuntungan bersih dagang yang halal.
Berjudi ketika memakai uang hasil korupsi akan terasa lebih ringan
karena kalau habis, toh bukan uang dirinya sendiri, nanti bisa korupsi
lagi.
Setelah melakukan Main sebagai Mo Kedua dalam komponen 'Lingkaran
Setan MoLimo', maka orang yang telah berjudi memerlukan tambahan stamina
untuk tetap ‘on’ dalam bersenang-senang dalam kemaksiatan yakni dengan
melangkah pada tahapan atau stage/ step Mo yang ketiga yakni : Minum.
Mo ketiga dari satu lingkaran setan MoLimo adalah Minum. Minum adalah
istilah dalam bahasa Jawa untuk minum miras (minuman keras). Dalam Mo
ketiga ini otak akan dibawa larut oleh suasana lebih rileks dan gembira
saat dalam kondisi Mo Kedua yakni Main/berjudi, karena kalah-menang pun
akan tetap gembira karena pengaruh alkohol. Derai tawa selalu membahana
di tengah kesukaan dan keriaan tenggelam dalam lingkaran setan MoLimo.
Bila tubuh dan keinginan telah menagih untuk mencapai derajat teler
yang lebih tinggi sebagai kenikmatan berikutnya, maka telah sampailah
pelaku pada step Mo yang keempat yakni Madat.
Madat dalam istilah bahasa Jawa maksudnya memakai opium, opiate dan
obat bius (dulu), kalau sekarang adalah menyalahgunakan narkotika dan
aneka produk turunannya.
Lazim didapati sebuah efek menagih setelah tubuh ringan oleh alkohol
maka muncul keinginan kuat untuk menambah derajat kenikmatan menjadi
kenikmatan narkoba.
Dalam Mo keempat dalam lingkaran setan ini orang akan mengkonsumsi narkoba.
Kini lazim diketahui berbagai jenis narkoba bisa menggiring otak ke
arah sensasi luar biasa yang sesungguhnya fatamorgana, apalagi jenis
shabu dan methamphetamine, maka orang yang telah sampai pada step Mo
keempat, akan segera mencari step Mo yang kelima yakni madon.
Madon adalah Mo kelima atau Mo final, jurang dari seluruh prosesi
rangkaian 'Lingkaran Setan MoLimo' yang dilakukan orang, dan tersedia
luas di muka Bumi. Namun, sejak setan adalah musuh yang nyata, maka kita
harus senantiasa waspada. Mo kelima adalah Madon. Apa hubungannya Madon
dengan Madat ? Jawabnya : kerap kali orang memakai narkotika jenis
shabu dan aneka narkotika jenis baru untuk menghantarkan pada step berikutnya yakni memuaskan diri dalam hal hasrat seksual.
Pada tahapan step Mo kelima dalam ihkwal rangkaian MoLimo sebagai
lingkaran setan yang tak terputus ini, Madon adalah istilah lain untuk
main perempuan (nakal). Madon secara umum dalam bahasa Jawa adalah
berzina, selingkuh, melacur, main dengan pelacur.
Istilah madon dalam bahasa Jawa digunakan sebagai penanda
untuk kegiatan berzina baik untuk lelaki dan perempuan. Sampai pada step
yang Kelima yakni Madon ini, maka pelaku bukannya berhenti, tapi karena
MoLimo pada hakekatnya adalah sebuah circle, sebuah siklus dan sejatinya adalah lingkaran setan, maka pelaku akan kembali lagi pada step/ stage yang pertama yakni maling lagi, korupsi lagi. Tidak ada puasnya, seperti terkena penyakit psikopat.
Jadi dalam konteks Ramadhan, maka puasa bukan semata-mata menahan
lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu MoLimo tadi. Singkatnya,
puasa adalah juga sebuah komitmen untuk Mohlimo, menghindari maling, main, minum, madat, dan madon dalam berbagai bentuknya.
* Abdullah Hamid
Pengasuh Pesantren Budaya Asmaulhusna (Sambua) Lasem, Jawa Tengah
Pengasuh Pesantren Budaya Asmaulhusna (Sambua) Lasem, Jawa Tengah
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,59-id,45786-lang,id-c,taushiyah+ramadhan-t,Puasa+dan+Ajaran+Sunan+Ampel+tentang+Mohlimo-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar