BULAN BUDAYA NU
Jika English Sholawat Dikumandangkan
=========================
…Ya
Rabbi shalli ala rasul/ Muhammadin sirril ula/ wal anbiya’ wal
mursalin/ al ghurri khatman awwala// when we are meeting/ everything
will be beautiful/ one of heart one of the soul/ for studying together//
disaat kita sedang berkumpul/ semua menjadi indah/ satu hati satu jiwa/
belajar bersama-sama…
Penggalan sholawat Asnawiyah mahakarya KH Raden Asnawi, Kudus
diaransemen menjadi sholawat bertajuk “Soulmate”—gubahan bahasa Arab,
Inggris dan Indonesia oleh Ali Mahmudi (37).
Lantunan shalawat dalam 3 bahasa itu nyaring berkumandang usai materi
bahasa Inggris di MTs Nurul Islam Kriyan, MTs/ MA Miftahul Ulum
Sukosono, MTs Mathaliul Huda Bugel, pesantren Nurul Huda Bugel dan
Universal English Course (UEC).
Ya, begitulah English Salawat yang dipopulerkan lelaki kelahiran
Jepara 18 Juli 1976 yang juga memperoleh restu langsung dari Ketua LP
Maarif NU kabupaten Jepara, H Zubaidi Masyhud, Juli 2011 lalu. Kemudian
salawat yang merupakan salah satu bentuk wujud nyata mahabbah kepada
Rasulullah dilanggengkan di tempat ia mengajar bahasa Inggris, hingga
kini.
Awal mula suami Sofiatun (30) terinspirasi tatkala di rumah mertuanya
desa Troso RT.04 RW.10 kecamatan Pecangaan dilaksanakan pertemuan
selapanan Jamiyyah Qurra’ Wal Huffadz (JQH) kecamatan
Pecangaan-Kalinyamatan. Usai mendengar salawat Asnawiyah itu ia pun
memperoleh insiprasi kemudian menggubah salawat itu menjadi soulmate.
Tak hanya salawat karya mbah Asnawi, “Syiir tanpo waton” Gus Dur dan
“Dauni” pun digubahnya—menjadi salawat Arab-Inggris yang isinya bentuk
penghormatan kepada guru maupun spirit belajar.
Tujuannya kata Ali, lulusan IKIP PGRI Semarang ingin meminimalisir
pandangan Bahasa Inggris adalah murni pelajaran umum. Menurutnya lewat
Bahasa Inggris bisa juga untuk menyampaikan moral value (pesan moral)
kepada peserta didik. Sama seperti Habib Syekh menyampaikan pesan moral
melalui salawat dan syiiran bahasa Jawanya.
Hal itu baginya juga sejalan dengan pendidikan karakter yang
didengung-dengungkan oleh pemerintah. “Karakter yang dimiliki oleh siswa
madrasah dan santri berbeda dengan siswa umum. Siswa yang membaca
English salawat dan dipahami isinya bisa saja meneteskan air mata,”
akunya.
Lewat English Salawat ayah dari Ulya Fairuz Zahiro (5) hendak
membuktikan Bahasa Inggris bukanlah pelajaran yang menakutkan tetapi
akan menjadi mapel disukai. Apalagi dengan membaca salawat selain untuk
mengharapkan syafaat dunia akhirat juga untuk kesuksesan dalam belajar.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,43090-lang,id-c,daerah-t,Jika+English+Shalawat+Dikumandangkan-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar