NAPAK TILAS IPPNU (2-Habis)
Jalan Panjang Terbentuknya "IPNU Putri"
========================
Solo, NU Online
Pada tulisan sebelumnya, lahirnya organisasi yang sekarang bernama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ini berawal dari gagasan hasil diskusi para pelajar putri di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta.
Gagasan ini menjadi semakin matang dengan diusulkannya pembentukan sebuah tim kecil oleh Ahmad Mustahal Masyhud, ketua IPNU cabang Surakarta saat itu, yang juga secara rajin memantau perkembangan gagasan nahdliyyat muda tersebut untuk membuat draf resolusi pendirian IPNU Putri.
Tim yang diketuai Nihayah dan sekretaris Atikah Murtadlo ini menyusun draf resolusi di kediaman Haji Alwi di daerah Sememen-Kauman-Surakarta dan memutuskan untuk memberitahukan adanya rencana resolusi tersebut kepada PP IPNU yang berkedudukan di Yogyakarta.
Tim juga menetapkan dua orang anggotanya yaitu Umroh Machfudzoh dan Lathifah Hasyim sebagai utusan untuk menemui PP IPNU di Yogyakarta. Selanjutnya utusan tersebut berangkat ke Yogyakarta dan diterima langsung oleh Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer.
Dalam pertemuannya, Umroh menyampaikan permintaan tim resolusi IPNU Putri agar PP IPNU dapat menyertakan cabang-cabang yang memiliki pelajar-pelajar putri untuk menjadi peserta/wakil putri pada Kongres I IPNU di Malang. Selanjutnya disepakati pula dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang nantinya dinamakan IPNU Putri.
Dalam Kongres di Malang, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari - 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra.
Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi).
Dari pembicaraan tersebut menghasilkan keputusan yakni IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
Maka, sejak tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H, yang kemudian diperingati sebagai hari kelahirannya, organisasi pelajar putri NU itu resmi berdiri. Sedangkan Pengurus Pusat (PP) IPNU putri pada saat itu berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
Sumber: Wawancara terpisah dengan Umroh M., Nihayah Ahmad Siddiq, dan Mahmudah Nachrowi/ KMNU Mesir.
Pada tulisan sebelumnya, lahirnya organisasi yang sekarang bernama Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) ini berawal dari gagasan hasil diskusi para pelajar putri di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta.
Gagasan ini menjadi semakin matang dengan diusulkannya pembentukan sebuah tim kecil oleh Ahmad Mustahal Masyhud, ketua IPNU cabang Surakarta saat itu, yang juga secara rajin memantau perkembangan gagasan nahdliyyat muda tersebut untuk membuat draf resolusi pendirian IPNU Putri.
Tim yang diketuai Nihayah dan sekretaris Atikah Murtadlo ini menyusun draf resolusi di kediaman Haji Alwi di daerah Sememen-Kauman-Surakarta dan memutuskan untuk memberitahukan adanya rencana resolusi tersebut kepada PP IPNU yang berkedudukan di Yogyakarta.
Tim juga menetapkan dua orang anggotanya yaitu Umroh Machfudzoh dan Lathifah Hasyim sebagai utusan untuk menemui PP IPNU di Yogyakarta. Selanjutnya utusan tersebut berangkat ke Yogyakarta dan diterima langsung oleh Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer.
Dalam pertemuannya, Umroh menyampaikan permintaan tim resolusi IPNU Putri agar PP IPNU dapat menyertakan cabang-cabang yang memiliki pelajar-pelajar putri untuk menjadi peserta/wakil putri pada Kongres I IPNU di Malang. Selanjutnya disepakati pula dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di Malang nantinya dinamakan IPNU Putri.
Dalam Kongres di Malang, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari - 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar putra.
Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi).
Dari pembicaraan tersebut menghasilkan keputusan yakni IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
Maka, sejak tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H, yang kemudian diperingati sebagai hari kelahirannya, organisasi pelajar putri NU itu resmi berdiri. Sedangkan Pengurus Pusat (PP) IPNU putri pada saat itu berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
Sumber: Wawancara terpisah dengan Umroh M., Nihayah Ahmad Siddiq, dan Mahmudah Nachrowi/ KMNU Mesir.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,43080-lang,id-c,nasional-t,Jalan+Panjang+Terbentuknya++IPNU+Putri+-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar