Istighotsah
=============
"Itighotsah"
dalam bahasa Arab berarti “meminta pertolongan”. Istilah istighotsah
terdapat dalam wiridan para anggota jama’ah thoriqoh (atau biasa
dilafadkan dalam bahasa Indonesia menjadi tarekat) yang berbunyi: “Ya Hayyu ya Qoyyum birohmatika astaghits..!”
Wahai Dzat Yang Mahahidup dan dan Yang Tidak Butuh Pertolongan, berilah
pertolongan kepadaku..! Di negara-negara Arab kalau pun kata
istighotsah dipakai sebagai satu peristilahan maka itu berarti doa
khusus saja yang ucapkan oleh seorang tokoh.
Di Indonesia istighotsah diartikan sebagai
dzikir atau wiridan yang dilakukan secara bersama-sama dan biasanya di
tempat-tempat terbuka untuk mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari
Allah SWT. Sementara doa-doa yang diucapkan pada saat istighotsah adalah
doa-doa atau bacaan yang khas diamalkan dalam jama’ah thoriqoh, meski
kadang ada beberapa penambahan doa.
Pertama-tama para jama’ah istighotsah membaca
surat pertama dalam Al-Qur’an yakni Al-Fatihah sebagai pembuka segala
kegiatan yang baik. Selanjutnya jama’ah membaca doa-doa berikut:
1. Istighfar (astagfirullahal adzim) meminta ampun kepada Allah
2. Hauqolah (la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim) meminta kekuatan kepada Allah
3. Sholawat atau doa untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya
4. Lafadz tahlil panjang yang berbunyi “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin” sebagai pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa hamba yang sedang berdoa telah melakukan perbuatan dzolim.
5. Memuji asma Allah dengan lafadz “Ya Allah ya Qodim, ya Sami’u ya Basyir, ya Mubdi’u ya Kholiq, ya Hafidz ya Nasir ya Wakilu ya Allah, ya Lathif”
6. Kemudian bacaan istighotsah “Ya Hayyu ya Qoyyum birohmatika astaghits”
1. Istighfar (astagfirullahal adzim) meminta ampun kepada Allah
2. Hauqolah (la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim) meminta kekuatan kepada Allah
3. Sholawat atau doa untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya
4. Lafadz tahlil panjang yang berbunyi “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin” sebagai pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa hamba yang sedang berdoa telah melakukan perbuatan dzolim.
5. Memuji asma Allah dengan lafadz “Ya Allah ya Qodim, ya Sami’u ya Basyir, ya Mubdi’u ya Kholiq, ya Hafidz ya Nasir ya Wakilu ya Allah, ya Lathif”
6. Kemudian bacaan istighotsah “Ya Hayyu ya Qoyyum birohmatika astaghits”
Jumlah bacaan bisa bermacam-macam antara 1, 3,
7, 33, 100, atau 1000 tergantung sang pemimpin jama’ah istigotsah.
Setelah itu dilanjutkan dengan membaca surat Yasin dan dilanjutkan
dengan tahlil untuk mendoakan para orang tua, guru, sesepuh, anak, dan
saudara yang telah menghadap Sang Kholiq.
Jauh-jauh hari, jama’ah thoriqoh mengamalkan
doa-doa tersebut pada waktu-waktu tertentu di ruangan tertutup seperti
masjid, langgar dan musholla dengan penuh kekhusu’an dan dipimpin oleh
guru tarekat (mursyid).
Pada akir tahun 1990-an para kiai Nahdlatul
Ulama berinisiatif mengajak umat Islam dan bangsa Indonesia untuk
berdoa, meminta pertolongan kepada Allah, secara bersama-sama di tempat
terbuka. Saat itu Indonesia diperkirakan kiai telah dan akan memasuki
bencana besar, maka berbagai elemen bangsa harus berdoa bersama-sama
untuk keselamatan bangsa Indonesia.
Persis tanggal 25 Desember 1997 doa bersama
untuk pertama kalinya dilaksanakan secara terbuka di lapangan bola
Tambak Sari, Surabaya, dipimpin oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul
Ulama (PWNU) Jawa Timur waktu itu KH Hasyim Muzadi. Ternyata Istighotsah
tersebut bisa terlaksana dengun khusu dan syahdu, sehingga bisa membawa
ketenangan jiwa. Yang kedua dilaksanakan lapangan Kodam Surabaya yang
dihadiri tidak hanya di kalanagan NU tetapi juga kalangan pejabat.
Istighosah kemudian sering dilakukan terutama
menjelang dan selama masa krisis 1997-1998. Istighotsah yang paling
besar dilakukan di Lapangan Parkir Timur senayan Jakarta oleh Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tidak hanya dihadiri oleh para kiai NU,
tokoh umat Islam, tetapi juga para pimpinan partai, pejabat tinggi
negara serta para petinggi Militer termasuk Panglima Angkatan
Bersenjata. Waktu itu, istighostah selain sebagai doa bersama juga
merupakan penegasan komitmen kebangsaan yang dilakukan oleh seluruh
elemen bangsa Indonesia saat Indonensia terjadi krisis politik, ekonomi
besar dan menghadapi bahaya disintegrasi bangsa.
Istighatsah kini menjadi istilah umum untuk
dzikir yang dihadiri oleh banyak orang dan dilakukan di tempat-tempat
umum. Istighotsah juga diisi dengan ceramah agama (mau'idzatul hasanah) kemudian ditutup dengan pembacaan doa pamungkas yang dipimpin oleh para ulama secara bergantian.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,8139-lang,id-c,ubudiyyah-t,Istighotsah-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar