Keistimewaan Pesantren Jampes
=========================
Walaupun
pesantren Jampes Kediri tidak terlampau besar tetapi sejak dulu memiliki
keistimewan sendiri, sebab seperti kriteria besar tidaknya pesantren
tidak diukur dengan sedikit banyaknya santri, melainkan ditentukan oleh
kualitas kiai dan kualitas santrinya. Di pesantren Jampes itulah
terdapat seorang ulama besar bernama Kiai Dahlan, ia diangap seorang
ulama wali yang memiliki ilmu ladunni. Tidak hanya itu di sana juga
muncul anaknya yang bernama kiai Ihsan seorang pujangga besar yang
menulis beberapa kitab yang dikagumi seluruh dunia.
Siapapun umat dan santri selalu mengharap barakah dari sang kiai
terutama kiai sepuh, dan salah satu bentuk barakah yang aneh yang sudah
menjadi mitos saat itu adalah barang siapa yang diludahi olehya maka ia
akan mendapatkan ilmu ladunni. Pada suatu hari kiai Dahlah kehadiaran
santri seniornya bernama Yahya yang berasal dari Gading Malang, ia
seorang santri kelana tulen, sebelum ke pesantren Jampes ia sudah
melahap berbagai ilmu dari pesantren lain, baru berani nyantri pada
Kiai Dahlan, ternyata santri satu ini mendapat perhatian khusus,
sehingga pada suatu hari diludahilah mulut si santri itu. Bukan marah
melainkan sangat bahagia, berarti ketangguhan keilmuannya diakui dan
memiliki kemampuan untuk memperoleh ilmu ladunni.
Ketika hendak pulang dari pesantren ia sempat minta diajarkan amalan
wirid tarekat kepada sang Kiai, padahal sebalumnya Yahya sudah pernah
mengikuti tarekat Khalidiyah dari Kiai Thohir Singosari namun
permintaan itu tidak dikabulkan oleh sang guru dengan mengatakan sabar
saja dulu, sekarang amalkan dulu wirid yang telah ada, karena suatu
ketika akan datang seorang Guru (Mursyid ) yang akan mengajarkan tarekat
kepadamu�
Mendengar jawaban sang kiai ia terus pergi dari Jampes untuk
melanjutkan pengembaran ke pesantren lain, yakni ke Tulungagung.
Sepeninggal Kiai Dahlan Pesantren Jampes diasuh oleh Kiai Ihsan, maka
Yahya segera balik ke Jampes dengan harapan bisa berguru pada kiai muda
brilian itu, sebab banyak ilmu yang harus digali dari kiai pujangga
itu. Selain ngaji, sebagai santri senior ia ditugasi Kiai Ihsan untuk
ikut mengajar, dan ini dijalankan dengan baik, sebab selama di Jampes ia
bisa banyak berdiskusi dengan Kiai muda pengarang itu.
Persis pada tahun 1930 ia balik ke Malang untuk mengelola pesantren
dan kemudian juga turut terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan,
baik zaman Belanda maupun zaman Jepang Maka tanpa di duga datanglah
kepadanya Kiai Zainal Makarim dari Solo, seorang Mursyid Tarekat
Qadiriyah-Naqshabandiyah. Maka diajarkan amalan tarekat tersebut, bahkan
kemudian Kiai Yahya diangkat sebagai Mursyid tarekat tersebut.
Peristiwa membuktikan kebenaran ucapan Kiai Dahlan 30 tahun yang lalu,
yang ia sendiri hampir melupakan ucapan sang guru waskita itu. Itu
antara lain bentuk ilmu ladunni yang dimiliki Kiai Dahlan Jampes, yang
kemudian dia warisi juga. (MDZ)
Disadur dari buku Lentera Kehidupan dan Perjuangan Kiai Yahya, Malang 2003.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,7631-lang,id-c,fragmen-t,Keistimewaan+Pesantren+Jampes-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar