ABDUL HAMID MUDJIB HAMID BERSHOLAWAT

Senin, 04 Maret 2013

Habib Syech, di antara Shalawat dan Indonesia Raya

=====================
Habib Syech, di antara Shalawat dan Indonesia Raya
==================================
Tubuhnya terbilang gemuk, wajahnya bulat, mata dan hidungnya khas tanah Arab, kopyah putih bulat tak lepas dari kepalanya. Namun tatapan mata dan gaya bicaranya medok Jawa bagian Solo: santun dan bersahabat. Itulah Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf.

Dialah Shohibu Majelis Ta’lim Dzikir dan Shalawat Ahbaabul Musthofa, di Solo. Pengajiannya selalu penuh di manapun berada. Di lapangan bola, penuh selapangan bola. Di aula kampus atau pesantren, membludak seaula kampus atau pesantren. Ribuan orang dinamis mengikuti shalawatannya dan khidmat mendengarkan taushiyahnya.

Minggu lalu Habib Syech menerima kontributor NU Online, Khoirudin dan Faiz, diterima dikediamannya di Solo, selama 1,5 jam. Ditemani teh dan kudapan, kami berbincang hangat. Di tengah berbincangan, sesekali ia menabuh genjring dan bershalawat.

Bib, bisa diceritakan latar belakang Majelis Ta’lim Dzikir dan Shalawat Ahbaabul Musthofa?

Kita melihat perpecahbelahan antarumat. Didirikannya Ahbaabul Mushtofa ingin mempersatukan umat dengan shalawat. Kita bershalawat untuk menjalankan apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an maupun hadist. Keutamaan Shalawat yaitu untuk penyejuk dan ketentraman hati.

Siapa jama'ah yang menghadiri dalam majelis Ahbaabul Musthofa?

Ahbaabul Musthofa tidak punya jama'ah khusus. Kami hanya sebagai wadah. Jama'ahnya adalah semua umat Islam yang senang shalawat. Ahbaabul Musthofa hanya wadah untuk mengumpulkan Ahlusunnah wal Jamaah. Yang hadir dari berbagai jamaah, seperti  Alhidayah, Jamuro, dan dari semua elemen masyarakat. Biasanya yang hadir minimal sepuluh ribuan orang di setiap acara. Kalau rutinan pengajian di rumah ini setiap malam kamis yang hadir 2.000-5.000 orang.

Apa sih makna Shalawat bagi Umat Islam?

Tadinya di setiap acara saya tidak bershalawat. Saya ceramah tanpa shalawat tapi setelah saya lihat hasilnya kurang. Lalu kita mengubah cara dengan mengawali dulu dengan shalawat, baru ceramah, nasehat dan pelajaran ilmu. Itu karena manusia yang hadir mempunyai pikiran yang berlainan, pikirannya macem-macem. Setelah mereka datang di suatu tempat kita masuki dengan shalawat, dengan dzikrullah wa dikrurosulih.

Setelah pikiran mereka dingin baru kita nasehati. Ahbaabul Musthofa memakai wadah shalawat karena shalawat adalah penyejuk. Nabi Muhammad, manusia yang kita bacakan shalawat kepada Allah adalah manusia sebagai contoh tauladan bagi umat.

Bagaimana kita menyikapi orang yang tidak menyukai sholawat?

Saya yakin semua orang suka shalawat. Jadi ketika ada orang yang tidak suka shalawat itu cuma karena dia tidak punya tempat di masyarakat. Akhirnya dia membuat ulah yang baru, akhirnya dia mendapat tempat. Kalau orang tidak suka shalawat, benci shalawat, berarti dia bukan umat Nabi Muhammad SAW. Itu sama saja ia tidak menjalankan perintah Allah dan sunah Nabi Muhammad.

Apa tantangan umat Islam saat ini?

Umat Islam kita harap bersatu. Jangan mempermasalahkan masalah furu'iyyah (cabang, red.). Islam kita mulai dihancurkan oleh orang-orang non muslim dengan merusak akhlaq dan moral bangsa ini. Lalu kenapa kita masih ribut masalah tahlil dan bukan tahlil, qunut dan tidak qunut?

Ayo kita bersatu bagaimana kita kuatkan Islam ini dengan satu sama lain dengan mempelajari apa yang telah disampaikan orang-orang tua kita. Buka lagi Al-Qur’an, buka lagi sunah Rasul. Punya pendapat beda silakan saja, tetapi kita tidak saling menyalahkan tentang masalah-masalah furu'iyyah. Jangan kita merasa diri kita lebih baik daripada yang lain. Jangan merasa kita lebih benar. Jangan merasa kita paling dekat dengan surga. Bangsa kita perlu disatukan dan jangan pula kita dipecah belah oleh partai. Partai dan organisasi itu hanya satu wadah. Tetapi kebersamaan ini yang kita butuhkan. Jangan kita lebih mementingkan partai atau organisasi itu daripada Islamnya.

Menurut Habib, dakwah yang baik itu seperti apa?

Sistem dakwah romo kiai dan Walisongo menurut saya paling mudah dan baik, apalagi di Jawa Tengah. Dengan seni kita masuk. Shalawat kita kemas dengan kesenian. Dengan cara itu lebih mengena ke masyarakat. Istilahnya dadio banyu ning ojo kintir. Di mana tempat kita mesti masuk. Dengan orang tua kita harus menghormati. Dengan yang muda kita harus sayangi. Ada orang maksiat jangan kita caci. Sama orang taat harus kita ikuti.

Bagaimana cara agar dakwah itu berhasil?

Pertama kita harus ikhlas. Kedua, tahu karakter masyarakat yang diajak bicara. Ketiga, dakwah dengan ucapan, dengan tingkah laku, dengan harta. Terus jangan menghilangkan kesenian di masyarakat semenjak itu tidak menyebabkan lupa kepada Allah dan Rosulnya. Dakwah dengan sholawat menurut saya dapat berhasil. Sekarang hampir seluruh Indonesia bersholawat. Belum tentu orang yang bershalawat itu baik tetapi kita mengarahkan mereka dan diri kita sendiri untuk menjadi baik. Saya punya cita-cita Indonesia bershalawat. Seluruh bumi pertiwi penuh dengan orang bersholawat.

Di akhir majlis Habib membawakan lagu Indonesia Raya, apa tujuannya?

Di akhir majlis kadang saya membawakan Indonesia Raya untuk membangkitkan umat ini agar kenal kepada bangsanya, kepada negaranya. Banyak orang yang tidak hafal Indonesia Raya. Saya ingin membangkitkan ghiroh kepada bangsa dan supaya masyarkat dan pemerintah tahu bahwa setiap ulama di negeri ini selalu berdampingan dengan pemerintah yang benar.

sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,5-id,41619-lang,id-c,halaqoh-t,Habib+Syech++di+antara+Shalawat+dan+Indonesia+Raya-.phpx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar