Kelemahan Nafs
Berikut penjelasan dari kitab "Idharu Asrari Ulumil Muqarrabin" oleh Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus"
Wahai hamba yang lemah, ketahuilah, sesungguhnya nafs yang terdapat dalam tubuhmu adalah sebuah ujian bagimu. Jika engkau seorang pencari kebenaran yang menyadari keburukan nafs, tentu engkau mengetahui keiemahan nafs dan selalu berusaha memperbaikinya. Jika engkau membiarkannya sakit, maka in akan menghancurkanmu. Salah satu keiemahan nafs adalah sering membenci sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakannya Orang yang berakal saja nafs-nya segera bergelora ketika dihina oleh seorang anak yang belum mencapai usia tamyiz atau orang bodoh yang ucapannya tidak diperhitungkan. Sebenarnya ia sadar bahwa perbuatannya ini tidak bermanfaat dan ucapan itu tidak membahayakannya. Semua ini terjadi karena keiemahan dan kekurangan nafs sejak asal penciptaannya.
Begitulah manusia, mereka menviksa dirinya sendiri dan menghancurkan agamanya hanya untuk mencari sesuatu yang tidak dibutuhkannya. Lihatlah para penguasa, mereka melakukan berbagai hal yang berbahaya dan menanggung banyak dosa demi merebut sebuah daerah yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Mereka melakukannya demi nafs al-ammarnh bissu", yaitu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Andaikata mau berpikir serta mengetahui cara mengobati dan mencegah nafs agar tidak mematuhi hawa yang merusak, tentu ia akara menjinakkan keganasan nafs-nya. Ia akan menyibukkan nafsnya sehingga dapat melupakan berbagai keinginan buruknya dan meninggalkan dosa-dosa besar yang menghancurkan agamanya. Ia tidak akan melakukan perbuatan yang membahayakan makhluk lain dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Kelalaian dan bius hawa menghalangi akal untuk menolak keinginan nafs.Pada saat itulah nafs berbuat sesukanya, setan menguasai manusia dan taufik pun sirna. Manusia akan menaati perintah hawa dan tidak dapat melepaskan diri dari belenggunya Seorang penyair berkata:
Apa yang dapat diperbuat oleh dia yang diusir Tuannya
Obat para dokter tidaklah bermanfaat baginya
Karena inilah para solihin selalu berusaha mengobati dan memerangi nafs. Begitu merasakan sedikit saja perubahan ahlaknya, mereka pun segera mengobatinya. Lihatlah sikap amirul mukminin Umar Bin Khatab ra. Seorang manusia yang memiliki kedudukan tinggi dan tabiat mulia, saat memikul tempat air dipanggungnya dan bertemu dengan Urwah bin Zubair “Wahai amirul mukminin, tidak sepatutnya hal ini engkau lakukan", ucap Urwah
“Aku harus melakukannya, sebab diriku merasa mulia ketika sejumlah urusan arab menemuiku dengan patuh dan mendengarkan ucapanku. Aku ingin menghancurkan perasaan ini,” jawab beliau
Kemudian beliau membawa dan menuangkan air itu kerumah janda.
Lihatlah kekuatan manusia yang mulia ini, manusia tidak mungkin salah satu akhlaknya dapat kita samai, meskipun kuat dan mulia, beliau masih khawatir hatinya akan disusupi sesuatu yang tidak baik, lalu menurut pendaptmu bagaimana seharusnya sikap kita yang lemah dan hidup di zaman yang penuh kekurangan ini:
Wahai saudaraku, perhatikanlah baik-baik uraianku ini. Jika engkau memang seorang pencari kebenaran, maka berjuanglah untuk melawan nafs-mu. Dalam bagian ini telah kutunjukkan kepadamu akhlak rijalul haq Jalla Jalaluh. Jangan engkau kalah dengan kebiasaan buruk dan nafs yang keras kepala. Tempuhlah petungjuk menuju jalan yang lurus.
Wahai hamba yang lemah, ketahuilah, sesungguhnya nafs yang terdapat dalam tubuhmu adalah sebuah ujian bagimu. Jika engkau seorang pencari kebenaran yang menyadari keburukan nafs, tentu engkau mengetahui keiemahan nafs dan selalu berusaha memperbaikinya. Jika engkau membiarkannya sakit, maka in akan menghancurkanmu. Salah satu keiemahan nafs adalah sering membenci sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakannya Orang yang berakal saja nafs-nya segera bergelora ketika dihina oleh seorang anak yang belum mencapai usia tamyiz atau orang bodoh yang ucapannya tidak diperhitungkan. Sebenarnya ia sadar bahwa perbuatannya ini tidak bermanfaat dan ucapan itu tidak membahayakannya. Semua ini terjadi karena keiemahan dan kekurangan nafs sejak asal penciptaannya.
Begitulah manusia, mereka menviksa dirinya sendiri dan menghancurkan agamanya hanya untuk mencari sesuatu yang tidak dibutuhkannya. Lihatlah para penguasa, mereka melakukan berbagai hal yang berbahaya dan menanggung banyak dosa demi merebut sebuah daerah yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Mereka melakukannya demi nafs al-ammarnh bissu", yaitu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Andaikata mau berpikir serta mengetahui cara mengobati dan mencegah nafs agar tidak mematuhi hawa yang merusak, tentu ia akara menjinakkan keganasan nafs-nya. Ia akan menyibukkan nafsnya sehingga dapat melupakan berbagai keinginan buruknya dan meninggalkan dosa-dosa besar yang menghancurkan agamanya. Ia tidak akan melakukan perbuatan yang membahayakan makhluk lain dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Kelalaian dan bius hawa menghalangi akal untuk menolak keinginan nafs.Pada saat itulah nafs berbuat sesukanya, setan menguasai manusia dan taufik pun sirna. Manusia akan menaati perintah hawa dan tidak dapat melepaskan diri dari belenggunya Seorang penyair berkata:
Apa yang dapat diperbuat oleh dia yang diusir Tuannya
Obat para dokter tidaklah bermanfaat baginya
Karena inilah para solihin selalu berusaha mengobati dan memerangi nafs. Begitu merasakan sedikit saja perubahan ahlaknya, mereka pun segera mengobatinya. Lihatlah sikap amirul mukminin Umar Bin Khatab ra. Seorang manusia yang memiliki kedudukan tinggi dan tabiat mulia, saat memikul tempat air dipanggungnya dan bertemu dengan Urwah bin Zubair “Wahai amirul mukminin, tidak sepatutnya hal ini engkau lakukan", ucap Urwah
“Aku harus melakukannya, sebab diriku merasa mulia ketika sejumlah urusan arab menemuiku dengan patuh dan mendengarkan ucapanku. Aku ingin menghancurkan perasaan ini,” jawab beliau
Kemudian beliau membawa dan menuangkan air itu kerumah janda.
Lihatlah kekuatan manusia yang mulia ini, manusia tidak mungkin salah satu akhlaknya dapat kita samai, meskipun kuat dan mulia, beliau masih khawatir hatinya akan disusupi sesuatu yang tidak baik, lalu menurut pendaptmu bagaimana seharusnya sikap kita yang lemah dan hidup di zaman yang penuh kekurangan ini:
Wahai saudaraku, perhatikanlah baik-baik uraianku ini. Jika engkau memang seorang pencari kebenaran, maka berjuanglah untuk melawan nafs-mu. Dalam bagian ini telah kutunjukkan kepadamu akhlak rijalul haq Jalla Jalaluh. Jangan engkau kalah dengan kebiasaan buruk dan nafs yang keras kepala. Tempuhlah petungjuk menuju jalan yang lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar