Awal Konsolidasi Organisasi Organisasi
======================
(Catatan Dari Muktamar NU Ke-5 Pekalongan 1930)
Begitu NU keluar dari habitat kelahirannya di Surabaya, dengan
diselenggarakan Muktamar di Semarang tahun 1929, seolah perkembangannya
tidak terbendung lagi. Banyak simpatisan yang berkeinginan mendukung
perkembangan NU. Karena itu pada tahun berikutnya Kekuatan NU semakin
menyebar, sehingga tidak aneh bila Muktamar ke-5 kemudian
diselenggarakan di Hotel Araya Pekalongan, atas permintaan warga sana,
yang berarti telah mampu menyediakan sarana dan dana besar untuk
perhelatan Nasional itu. Bagi Pekalongan yang memiliki banyak pesantren
dan juga tempat saudagar kaya, maka seluruh beaya penyelenggaraan
Muktamar bisa ditanggung masyarakat sana.
Penyelenggaraan Muktamar di Pekalongan ini penting, tidak saja
berarti telah membuka front baru NU di sebelah Barat, tetapi berbagai
persoalan dan agenda penting dirumuskan di sana. Kalau selama ini NU
belum memiliki divisi yang jelas, maka Pada Muktamar ini pembagian tugas
organisasi mulai dipertegas, dari situ kemudian dibentuk berbagai
lembaga dan lajnah yang menangani berbagai tugas, ada yang menangani
bidang umum, bidang dakwah, bidang pendidikan, bidang urusan luar negeri
dan lain sebagainya.
Pada saat itu pendidikan memang menjadi isu penting, soalnya
pendidikan kolonial sangat diskriminatif, maka saat itu ada usulan
tentang penyelenggaraan pendidikan rakyat. Bahkan saat itu muncul
kritik adanya kecenderungan kalangan kiai yang hanya mengajar santrinya
di pesantren, sementara mengabaikan masyarakat yang sangat
membutuhkannya, maka para kiai disarankan untuk memperhatikannya. Guna
merespon tuntuan rakyat, maka sat itu dilakukan langkah-langkah
penerjemahan Al Quran, hadis dan beberapa kitab penting ke dalam bahasa
Jawa.
Selain itu KH Hasyim Asy'ari juga mengadakan dialog dengan para
saudagar setempat, yang dipimpin oleh H Ahmad Muhsin, yang membicarakan
khusus soal pengembangan syirkah (koperasi), yang selama ini selalu
mengalami hambatan dari bank-bank pemerintah kolonial. Padahal berkat
para saudagar itulah Muktamar Nu bisa diselenggarakan dengan meriah
walau tanpa bantuan pemerintah karena memang NU bersikap non kolaboratif
dengan kolonial. Lagi pula bidang itu menarik perhatian Kiai Hasyim
yang sejak lama merintis berdirinya Nahdlatut Tujjar, yang menjadi
embrio bahkan kemudian menjadi tulang punggung perkembangan NU.
Dalam Muktamar Ke-5 ini juga diproklamirkan berdirinya Cabang luar
jawa yaitu di Martapura Kalimantan Selatan. Dengan demikian perluasan
pengaruh NU semakin kuat, belum lagi di kawasan pulau Jawa sendiri
dukungan para Kiai kharismatik seperti Kiai Dimyati dari pesantren
Termas Pacitan yang selama ini belum pernah hadir di Muktamar. Dukungan
ini membuat semakin luasnya dukungan pesantren lain pada NU, terutama
pesantren yang berorientasi ke Termas. Walhasil perkembangan NU sebagai
pergerakan nasional menjadi semacam air bah yang tidak bisa dbendung
baik oleh kekuatan kolonial atau kekuatan politik yang lain.
sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,7648-lang,id-c,fragmen-t,Awal+Konsolidasi+Organisasi+Organisasi-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar