Ketika Bung Karno Terpesona pada Sang Kiai
=============================
Alkissah pada Tahun 1958 Presiden Soekarno yang dalam rangkan menjalankan character and nation building
 itu akan berkunjung ke Mataram, Lombok untuk meresmikan Kantor Gubernur
 Nusatenggara Barat (NTB) sebuah Propinsi yang belum lama berdiri. 
Agenda perjalannya adalah untuk mengobarkan semangat revolusi diselaupacara peresmian lalu ketemu dengan para pejabat Mataram dengan memberikan brifing seperlunya.. 
Namun di tempat lain di luar kota
 Matraman terdapat sebuah pesantren yang dipimpin oleh seorang Tuan Guru
 yang kharismatik bernama Tuan Guru Saleh Hambali. Pada suatu pagi sang 
Tuan guru mengatakan
 pada santrinya, bahwa beberapa minggu mendatang Presiden Soekarno akan 
mampir pondok pesantrenanya di desa Bengkel, karena itu mereka 
diharuskan mempersiapkan segala sesuatunya, tidak hanya menata 
pesantren, tetapi juga memperbaiki jalanan menuju pesantren itu. Siang 
malam mereka bekerja sehingga jalan menjadi rapi dan bisa dimasuki 
kendaraan yang ditumpangi prsiden dengan para pengawalnya. 
Dengan
 sendirinya segera menyebarlah berita itu keseluruh Mataram, semua 
kalangan santri dan pengurus NU yang sangat hormat pada Tuan guru itu, 
tanpa banyak tanya langsung mengadakan persiapan sebisanya. Sementara 
para tokoh-tokoh Masyumi, yang tahu agenda kunjungan presiden itu tidak 
percaya kalau presiden Soekarno akan mampir ke pesantren itu, lagi pula 
hingga saat itu Soekarno tidak kenal dengan TGH Saleh Hambali, di tambah
 jadwal dia yang sangat padat. Kalangan Masyumi sama sekali tidak 
percaya dengan ramalan itu, itu hanya igauan, orang NU mau percaya dan 
mengikuti perintahnya karena mereka tidak rasional, penuh mistik dan 
khurafat..
Walaupun
 menghadapi berbagai ledekan bahkan cemoohan dari kelompok 
Masyumi-Wahabi, sebagai kelompok tidak rasional yang begitu saja kepada 
Kiai atau tuan gurunya tanpa melihat kondisi riil seorang presiden. 
Sementara kalangan NU bersikap petuah TGH Saleh Hambali itu harus 
diamankan dengan mengatakan kepada para pendukungnya,kita tunggu saja apa yang terjadi dan akan kita buktikan kewalian guru kita pada mereka Demikian salah seorang kiai muda menangkis ejekan kelompok Wahabi.
Memang
 hingga beberapa hari menjelang pelaksanaan agenda protokoler tidak ada 
jadwal Presiden Soekarno ke pondok, tetapi oleh TGH Saleh Hambali sudah 
disiapkan Podium penyambutan dan jamuan ala kadarnya. Semakin besar persiapan yang dibuat, semakin kencang cacian yang diterima warga NU, bahkanTGH
 Soleh Hambali diolok-olok sebagai orang gila oleh orang yang tidak 
suka. Semua warga NU menerima cacian itu dengan tabah, meski sangat 
menyakitkan, sebab guru yang mereka muliakan itu selama ini selalu benar
 terkaannya, sebagai seorang ulama yang waskitho yang ngerti sak durunge winarah (mengetahui sebelum terjadi).
Ketika forreders pengawal presiden dari bandara Selaparang Ampenan hendak menuju kota
 Mataram, melewati jalur desa Bengkel, maka semua santri disuruh keluar 
oleh sang Kai berbaris di pinggir jalan dengan membawa spanduk yang 
sudah disiapkan sambil membaca isi spanduk yang bertuliskan ayat 
al-Qur'an fa ammal yatima fala taqhar, wa amma sya ila fala tanhar. 
Di luar dugaan, tiba-tiba rombongan
 presiden dengan mobil yang beriringan langsung membelokkan mobilnya ke 
arah pesantren yang langsung menuju rumah kiai. Ketika bertemu mereka 
berpelukan akrab, seolah saling berkenalan sebelumnya. Soekarno 
bercengkerama dengan ramah. Melihat raut wajahnya yang tawadlu, tetapi 
menyimpan karakter yang kuat, membuat bung Karno terpesona pada Tuan 
Guru, tipe ulama kharismatik semacam itu diperlukan sebagai garda.
sumber:http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,7661-lang,id-c,fragmen-t,Ketika+Bung+Karno+Terpesona+pada+Sang+Kiai-.phpx 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar