Mobil-mobil Tokoh NU (1)
================
Sabtu, 06/04/2013 06:00
Siapa saja boleh
pasang anggapan bahwa PP GP Ansor dibanjiri oleh barisan pemuda.
Pori-pori muka kencang seperti kulit buah apel segar. Pandangan mata
tajam. Setidaknya mereka mempunyai kesanggupan melompat dari duduk sunyi
saat mendengar teriakan “maling” dalam kejauhan.
Hanya saja anggapan itu tidak secara bulat benar. Generalisasi
sebagai metode, kata orang, mengandung cacat bawaan. Artinya,
pengecualian hampir selalu ada. Buktinya, di kantor PP GP Ansor yang
menjadi kantong para pemuda terdapat minimal seorang orang tua. Warhoni
namanya.
Pada pokoknya begini. Siapa saja bisa singgah mengamati sekretariat
PP GP Ansor di Jalan Kramat Raya Nomor 65A, Jakarta Pusat. Satu jam
pengamatan dalam setiap harinya sudah lebih dari cukup. Kalau mau
mengerjakan selama seminggu itu bagus. Tetapi, tiga hari pun memadai.
Dalam amatan siapa saja yang berminat, Warhoni yang berusia lebih 60
tahun akan hadir di tengah mereka. Belum ada penelitian baik ilmiah,
setengah ilmiah, maupun tampak ilmiah berani terbuka mengategorikan anak
manusia berusia 60 tahun sebagai pemuda.
“Pak Roni,” para pemuda Ansor menyapa Warhoni. Kakeknya asal Brebes Jawa Tengah. Ia sendiri kelahiran DKI Jakarta.
Di malam basah itu, ia yang mengenakan kaos salah satu calon pasangan
Pilkada lalu DKI Jakarta menyuguhkan minum hangat di malam hujan.
Maklum, dari sekian orang yang berkegiatan di GP Ansor, ia terbilang
paling sering keluar dan masuk dapur GP Ansor. Ia selalu membuatkan
minuman hangat bagi pengunjung GP Ansor. Selain sudah tidak lagi muda,
perannya di GP Ansor tidak menonjol mungkin karena hanya main di dapur
dan belakang.
Pria yang tinggal di Kramat Sawah, Paseban, Senen memiliki ingatan
cukup baik terkait tokoh-tokoh NU. Adalah Roni, pria yang bersisir
menyamping sanggup menjelaskan mobil berikut nomor polisi mobil
tokoh-tokoh NU di zaman itu.
“Waktu tinggal di Mangunsarkoro, Menteng, Kiai Idham Cholid masih
menjabat sebagai wakil perdana menteri. Mobilnya Impala, sebuah merk
sedan keluaran Chevrolet yang cukup laris di eranya. Namun setelah 1965,
ia kerap diantar oleh Mercedes-Benz dengan nomor polisi ‘B 25’. Kalau
bukan Brimob, maka sejumlah prajurit Angkatan Udara (AU) mengawalnya,”
ungkapnya kepada NU Online, di Kantor PP GP Ansor, Rabu (3/4) malam.
Sementara Pak Subhan ZE selalu berkendaraan dengan Pontiac, sebuah
sedan panjang dengan plat nomor ‘B 4’. Sedangkan Pak Mahbub dan Pak
Zamroni, hanya mengendarai VW Kodok. Alm Kiai Musthofa Bisri, mbah dari
Wakil Rais Aam PBNU kini KH Musthofa Bisri, lain lagi. Mobilnya, imbuh
Roni, hanya Datsun yang telah keropos.
Roni cukup melek dengan kendaraan. Ini bisa dipahami. Karena, lepas
usia sepuluh tahun ia sudah bergelut dengan dunia itu. Ia menjadi tenaga
tambahan di sebuah bengkel Vespa di bilangan Senen selama 40 tahun.
Kini ia kerap membersih-bersih di sekretariat PP GP Ansor. Tangannya
akan segera bergerak membersihkan tumpukan cangkir bekas pakai dengan
sisa ampas kopi berkerak. Di akhir perjumpaan ia selalu menggaungkan
kesederhanaan dan keikhlasan dalam keorganisasian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar