Pasukan Jin dan Malaikat
==================
Kalangan
pesantren sangat akrab dengan istilah jin, bahkan konon beberapa kiai
memiliki santri yang terdiri dari para jin bahkan mereka di antaranya
menjadi khadam (pelayan) kiai. Banyak juga kiai yang tidak mau berurusan
dengan mahluk itu. Namun demikian semuanya mengenal dengan baik,
sekalipun bagi mereka yang belum pernah menyaksikan.
Alkisah ketika NU hendak melaksanakan Rapat
Akbar di Lapangan Timur senayan yang mahaluas itu dengan menghadirkan
satu juta warga membuat mesyarakat geger, terutama kalangan aparat
keamanan dan menteri dalam negeri. Menurut polisi, susah mengamankaan
massa yang sedemikian besar. Sementara menurut Mendagri yang bagian
mengeluarkan perizinan, secara teknis sulit bagaimana mengatur mereka,
menyediakan makanaan dan menyediakan WC untuk mereka.
Melihat kenyataan itu pemerintah menghendaki
agar PBNU NU mengurungkan niatnya. Pemerintah tidak berani melarang
secara terus terang karena tujuan rapat akbar itu merupakan doa bersama
dan Apel Kesetiaan Pada Pancasila. Padahal saat itu Pancasila sedang
digunakan rezim untuk memukul pihak lain yang dianggap berseberangan
dengan pemerintah. Dengan cara itu NU tidak bisa lagi dituduh tidak
setia apalagi anti Pancaasila.
Persoalan itu ramai di kabar media masssa, hal
itu mendorong beberapa paranormal mendatangi panitia yang diketuai oleh
Abu Hasssan. Ditengah menghadapi terpaan halangan yang berbagai macam
itu kelihatan Abu Hasan terpengaruh oleh promosi paranormal yang mengaku
bisa mendatangkan pasukan jin untuk mengamankan Rapat Akbar tersebut.
Lalu Abu Hasan menanyakan hal itu pada Wakil Sekjen PBNU H Ahmad Bagdja.
Wasekjen itu tidak menolak tetapi menyanggupi untuk mencari jalan yang
lebih bagus. Lalu diserahkan lah urusan pasukan jin itu kepada Ahmad
Bagdja.
Setelah bertemu pengurus PBNU, paranormal tadi
sempat berbincang dengan wartawan, sehingga isu akan hadirnya ribuan
pasukan jin itu juga menghiasi media masssa, yang bikin pemerintah dan
masyarakat makin kaget. Sejak saat itulah wacana tentang jin muncul
dalam perbincangan pilitik dan publik.
Dalam setiap rapat panitia, setelah membicarakan
soalal acara, konsumsi akomodasi dan keamanan yang ditangani oleh
belasan ribu banser itu, Abu Hassan masih menandaskan bahwa
sesuangguhnya banser haarus tetap berkordinasi dengan pasukan besar yang
dipimpin Pak Bagdja. Tentu saja peserta penasaran, pasukan besar mana
yanag dibawa pak Baagdja, sehingga semuanya merasa hormat pada Pak
Bagdja, sementara yang bersangkutan hanya tersenyum dalam hati. Tetapi
setidaknya ia puas bisa meyakinkan pada panitia menghadapi tekanan Orde
Baru dari segala penjuru itu. Sehingga isu pasukan jin juga bisa
mengguatkan niat mereka dan termasuk membuat grogi aparat yang mau
menggnggu acara itu. Karena itu Bagjda dan Gusa Dur hanya tersenyum
ketika dikonfirmasi wartawan tentang adanya pasukan jin tersebut.
Ketika dana dirturunkan, Bagdja merasa geli
dengan pekerjaan barunya itu, sebab ia sama sekali tidak mengenal
paranormal, apalagi Jin. Lalu dibicarakanlah dengan beberapa tokoh NU,
kemudian diambil keputusan dana tersebut digunakan untuk melakuakn doa
memohon keselamatan kepada Allah di berbagai masjid dan Surau yang ada
di Jakarta. Dengan doa itu para pengurus NU yakin Allah akan menurunkan
pasukannya terdiri dari malaikat unutk melindungi mereka. Maka dibelilah
ribuan tasbih dan dicetak pula ribuan eksemplar surat yasin dengan logo
PBNU. Dengan demikian selam dua minggu mereka melakukan riyadloh untuk
kesuksesan dan keselamatan Rapat Akbar.
Karena sejak revolusi 1966 belum ada model
mobilisasi masa besar, sehingga membuat repot penyelenggara dan aparat
keamanan termasuk pemerintah. Maka dengan adanya doa itu ketua panitia
menjadi makin percaya diri. Dengan kesiapan panitia itu Gus Dur juga
semakin tegar tidak mau mundur dari niatnya walaupun tekanan dari Orde
Baru cukup kuat, ditambah komentar para pengamat yang meremehkan acara
tersebut, hanya sbebagai show of force yang tidak berarti..
Baiklah acara dijalankan dan ternyata berjalan
lancar. Orang mengira, itu karena dijaga jin. Sementara kalangan NU
merasa mereka berada di bawah lindungan Allah, karena memang mereka
selalu memanjatkan doa adalam acara itu. Namun demikian Abdurrahman
Wahid tetapi masih kurang puas karena merasa beberapa peserta dari luar
kota dihadang oleh aparat keamanan sehingga mereka tidak bisa menghadiri
Rapat Akbar.
sumber: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,7-id,8140-lang,id-c,fragmen-t,Pasukan+Jin+dan+Malaikat-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar